Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 04-04-2024 21:27
ridom203
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
321.1K
3.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#350
Kuntilanak Baper





Assalamualaikum wr.wb.




Selamat pagi, siang, sore, malem, dan tengah malem sahabat POB semua.


Untuk postingan kali ini, mohon maaf sebelumnya, kalau postingan kali ini bukanlah kelanjutan cerita POB emoticon-Nyepi. Tapi, kali ini aku ingin membagikan sebuah cerita yang baru saja semalam aku alami. 


Mumpung masih fresh nih, aku ingin langsung membagikan sebuah pengalaman yang aku rasakan tadi malam ya.


Yup, tadi malam. Malam Sabtu, tanggal 17 April 2020 ini. Tepatnya sekitar pukul 03:00 wib dan berlokasi dikantor tempatku bekerja.


Jadi begini ceritanya...


Berhubung perusahaan tempatku bekerja terkena dampak pandemi Corona, maka diputuskan bahwa unit kantorku ditutup untuk sementara sampai waktu yang belum ditentukan. 


Jadi, sampai unit kantorku buka kembali, aku sementara ini ditugaskan dikantor pusat.


Dan, bukan hanya unitku saja yang terpaksa ditutup. Tapi juga beberapa unit tempat teman-temanku bekerja yang masih dalam satu kantor pusat.


Maka, demi menghindari terjadinya penumpukan dalam bekerja. Komandan reguku memutuskan untuk membagi kami semua kedalam beberapa shift.


Dan Minggu ini, aku kebagian tugas jaga shift malam. Dari jam 23:00 sampai jam 07:00.


Nah, semalam. Aku jaga bersama dengan seorang temanku. Sebut saja namanya mawar, hehehe bercanda. Sebut saja ia Komar.
emoticon-Ngakak


Ini denah tempatku bertugas saat malam kejadian.


keterangan:
1. Lorong kamar mandi
2. Toko barang antik pak ibrahim
3. Kantorku
dan pos jagaku didepan kantorku


Ini denah lorong kamar mandi




FYI, tempatku bekerja ini berbentuk ruko 2 lantai. Tapi tentu saja dikantorku tidak ada yang tidur diatas. Kantorku ini 1 gerbang dengan tetangga kami. Tetangga kami ini bernama pak Ibrahim, ia adalah orang surabaya. Beliau berjualan barang-barang antik khas Madura-surabaya. Dan karena saking banyaknya barang-barang jualannya. Sebagian malah ada yang tetap diluar. Barang-barang itu ia tata sedemikian rupa sehingga enak untuk dilihat. Dan sebagai pengaman dari panas dan hujan, pak Ibrahim memasang atap dari baja ringan disepanjang tembok samping lorong. Jadi, kalau malam atau siang, kami sering duduk-duduk dibawah atap itu. Karena disitu ada beberapa kursi panjang dan juga meja-meja antik.


Pak Ibrahim ini, memiliki seorang anak laki-laki dan 2 orang pekerja yang tidur diruko tersebut.


Nah, karena pandemi Corona ini, maka pak Ibrahim beserta 2 pekerja lainnya untuk sementar ini memilih pulang ke kampung halamannya masing-masing. Yang masih tinggal di toko barang-barang antik itu adalah mas Adi, anak pak Ibrahim.


Oke, untuk penjelasannya mungkin sudah cukup, ya.


Jadi malam itu, petugas keamanan yang berjaga diluar ada 2 orang, yakni aku dan Komar. Lalu diruko sebelah kami ada 1 orang. Yakni mas Adi. Ia malam itu sudah berada didalam tokonya.


Jam 11 malam kurang, aku sudah sampai dikantorku. Disana sudah kulihat Komar, dan 2 orang rekanku yang bersiap untuk pulang.


Setelah serah terima jabatan dan tidak ada taruna yang menonjol. Jam 11 malam lebih sedikit, kedua temanku pamit untuk pulang.


Kini yang tersisa adalah aku dan Komar. Kami mengecek kondisi sekitar kantor dan juga memeriksa cctv bagian dalam.


Alhamdulillah semua aman.


Sekitar jam 1 malam, kami saat itu tengah menonton TV dipos jaga. Komar tiba-tiba seperti mendengar suara seseorang memanggil namanya dari luar pos. 


Arahnya dari lorong yang mengarah ke kamar mandi.


"Ada apa, mar?" Tanyaku melihatnya menoleh kesana kemari seperti orang yang tengah mencari-cari sesuatu.


"Itu bro. Tadi kayak ada yang manggilin nama gue," sahutnya dengan mata tetap awas mengawasi sekeliling. Mungkin ia tengah mencari siapa yang memanggil namanya.


"Gue gak denger suara apa-apa. Hallu kali lu," kataku.


"Mungkin," ujarnya.


Kami lalu kembali berfokus menonton tv.

Contoh pos jaga kami



Jam 01:30an, aku mulai mengantuk. Apalagi saat itu cuaca tengah gerimis. Sehingga semakin menambah rasa untuk tidur.


Aku menoleh melihat Komar.


"Lah buset, udah molor aja ini orang," desisku begitu melihat Komar ternyata malah sudah terlelap disampingku.


Komar tertidur dengan posisi duduk diatas kursi dengan kepala yang ia senderkan kedinding pos jaga.


Aku yang duduk disisi luar, segera berjalan keluar pos. Melihat-lihat keadaan. Sepi. Tak ada satupun kendaraan ataupun orang yang melintas didepan pagar.


Aku melihat jam di tanganku.


"Hmm, udah jam setengah 2. Pantesan udah sepi, apalagi ditambah gerimis. Brrr...mana dingin banget lagi hawanya," gumamku sambil melipat kedua tanganku didada.


Aku lalu berjalan keluar pos. Gerimis hujan langsung kurasakan sehingga agak mengurangi rasa kantukku. Ditanganku, aku membawa beberapa kunci gembok.


Aku berjalan kearah pagar depan. Aku mengecek kembali keadaan diluar, sepi dan aman-aman saja. 


Setelah memastikan keadaan aman dan terkendali, aku lalu mengunci pagar depan kantorku. Setelah beres, aku kembali ke pos jaga.


Aku lalu mengambil kain sarung didalam tas yang kubawa, dan juga jaket.


Aku menguap beberapa kali. Kantuk ini semakin menjadi-jadi. Tv kubiarkan menyala, tetapi volumenya saja yang kukecilkan. Lampu pos kumatikan. Jadi, kalau ada orang dari luar yang melihat kekantor kami, maka ia akan melihat tv yang menyala. Sehingga ia akan berpikiran bahwa dipos itu ada yang berjaga sambil menonton tv. Padahal molor, wkwkwkwk...


Setelah beres, aku lalu berjalan pelan kesebuah kursi antik panjang didepan toko pak Ibrahim. Sayup-sayup dari dalam toko pak Ibrahim, terdengar suara tv yang masih menyala. Mungkin mas Adi masih melek.


Aku lalu menyalakan senter HPku. Aku ingin buang air kecil dulu sebelum nantinya tidur. Aku lalu masuk kedalam lorong kamar mandi. Gelap banget.


"Kampret nih, pasti pada sengaja matiin lampu dikamar mandi. Biar yang masuk malem jadi agak ketakutan buat kesini," desahku sambil mengutuk kejahilan teman-temanku.


untungnya ada cahaya senter dari HPku, jadi aku bisa berjalan digudang dengan tenang. Tiba di kamar mandi, lampu segera kunyalakan.


Setelah aku menuntaskan hajat, aku segera berjalan kedepan lagi dengan terburu-buru. Lampu sengaja tak kumatikan. Biar ada cahaya, yang sedikitnya membantuku mengusir rasa takut yang sempat masuk kehatiku.


Karena pas aku buang air kecil tadi, aku merasa diatasku ada sesuatu yang sedang memperhatikannya.


Setelah melewati lorong gudang, aku menyempatkan cuci tangan dikeran air didepan gudang. Hp kuletakan dimeja disamping keran air. Diatasnya kulihat ada sebuah piring besar tapi terbuat dari batu berbentuk pipih lebar. 


"Serrr....,"


Kembali aku merinding, sekujur tubuhku seperti digerayangi semut-semut. aku merasakan dari arah gudang kamar mandi, ada sesuatu yang terus saja memperhatikanku.


Kupercepat cuci tanganku. Segera kuraih HPku dan bergegas kedepan lagi. 


Aku lalu mulai duduk disebuah kursi panjang didekat lorong menuju kamar mandi. Disitu, aku terlindungi dari tetesan air hujan. Aku duduk sambil berselimut kain sarung. 


Tanganku sedang asik menulis kelanjutan cerita pelet orang Banten. Sedikit rasa merinding tiba-tiba aku rasakan, ketika aku tengah menulis dibagian yang agak seram dimana istriku tengah dikejar-kejar sikampret genderuwo itu. 


Bulu kudukku tiba-tiba berdiri dilanjutkan dengan perasaan, bahwa ada sesuatu selain aku yang melihat layar HPku.


Sesuatu itu entah apa, pokoknya yang aku rasakan adalah, seperti ada orang lain dibelakangku. Dan orang itu ikut membaca dengan suara pelan, pelaaan sekali, setiap kata yang sedang aku tuliskan.


"Wuanjir...apaan nih. Nengok kebelakang gak ya. Tapi kalo nengok kebelakang terus ngeliat sesuatu, berabe juga urusannya," aku menghitung-hitung setiap kemungkinan yang terjadi. 


Setelah beberapa saat, dan dari pengalaman yang pernah kurasakan, aku memilih untuk tidak menoleh. Jadi aku membiarkan saja apapun itu, dibelakangku.


Sempat terpikirkan untuk aku mencoba fokus menatap layar, tapi bukan ketulisan-tulisan itu, melainkan aku mencoba agar HPku ini menjadi sebuah cermin. Sehingga aku bisa melihat apa yang ada dibelakangku.


Tapi usahaku itu juga tak bisa kulakukan. Karena niatanku yang hanya setengah-setengah. Jadi aku tak bisa fokus dan melihat kebelakang.


Entah sudah berapa lama aku duduk tegang dibangku panjang itu. Yang pasti leherku mulai terasa kaku. Jari-jari tanganku hanya sesekali saja menyentuh layar hp, menjaga agar layar itu tak mati.


Mungkin sosok itu seolah mengerti, bahwa kehadirannya bisa kurasakan. Perlahan-lahan perasaanku semakin membaik. Aku bisa berkata seperti itu, karena tubuhku dibagian belakang, seperti apa ya. Pokoknya kaya ada sesuatu yang tadinya menempel sama kita, terus secara perlahan sesuatu itu terangkat. Sehingga badan kita enteng lagi. Ya pokoknya gitulah.


Mulai merasa tak nyaman, dan lagi tubuhku mulai terasa bisa digerakan. Aku segera merebahkan diri dikursi panjang itu.


Hawa dingin membuatku menutup sekujur tubuh dengan kain sarung. Suara rintik-rintik air hujan mulai berkurang. Sehingga suasana mulai terasa hening.


Mataku sudah mulai berat ketika sayup-sayup aku mendengar suara tv dari dalam toko pak Ibrahim. Suara itu seperti suara perempuan menangis.


Sempet kaget juga mendengarnya. Tapi aku segera menepiskan pikiran negatif yang mulai merasuki otak ini. 


"Hmm...mas Adi kayaknya lagi nonton sinetron nih. Dan lagi adegan sedih kayaknya," kataku menghibur diri.


Aku mulai merasa tenang setelah berpikiran seperti itu.


Aku lalu sedikit memperbaiki posisi tidurku. 


Kembali aku memejamkan mata. Kain sarung masih menutup sekujur tubuh dari kepala sampai kaki.


Tapi aku semakin gelisah. 


Kenapa?


Karena ada sesuatu yang aneh. 


Suara menangis itu terus menerus terdengar. Aku mulai berpikir ada sesuatu yang janggal dengan ini. Gak mungkin dong, adegan sinetron nangis terus terusan.


"Ada yang gak beres nih," kataku dalam hati.


Dan entah kenapa, setelah berpikir seperti itu. Dan aku mulai menemukan ada yang aneh. 


Suara tangisan itu mulai bergerak mendekat! Dan itu berasal dari lorong!


"Mampus...," Kataku.


Tubuhku semakin mengkerut didalam kain sarung.


Suara tangisan itu, ternyata adalah suara tangisan dari kuntilanak!




Yup, aku yakin 100% kalau itu adalah tangisan dari beliau.


Aku membaca doa-doa didalam hati. Berharap agar gangguan ini cepat berlalu.


Tapi apa daya.


Suara itu kini semakin mendekat. Perlahan saja, sepertinya kuntilanak itu sengaja berjalan perlahan dari lorong kamar mandi menuju ketempatku berada. Mungkin ia menikmati ketakutan yang melandaku saat itu.


"Ya Allah, kenapa jadi semakin sering sih ngalamin hal seperti ini," kataku pelan. Mencoba meminta pertolongan kepada-NYA disaat yang genting ini.


Dan aku baru ingat akan satu hal. Aku belum melaksanakan solat isya malam ini.


Mungkin ini adalah teguran dari Allah akibat dari kelalaianku dalam menjalankan perintahNYA.


Deg!


Jantungku seperti berhenti berdetak. Suara tangisan itu berhenti. Berhenti tepat didepan pintu masuk mau kelorong. Dan jaraknya kurang lebih hanya 3 meteran saja dari posisiku tiduran.


Rasa kantukku sudah hilang. Lenyap tergantikan oleh rasa takut, dan sedikit rasa kepo. Kenapa kepo? 


Karena aku penasaran. Kenapa suara itu berhenti? Dan berada dimana sosok menyeramkan itu? Apakah ia sudah pergi? Ataukah malah sekarang berada di dekatku?


Entahlah.


Dan disaat aku sedang menebak-nebak posisinya. Suara khas kuntilanak mulai terdengar lagi. Kini suara yang keluar adalah tawanya.


Tawa kuntilanak itu kuakui memiliki ciri khas tersendiri. Sedikit melengkung tapi sungguh menyayat hati orang yang mendengarnya.


Mungkin, itu adalah salah satu caranya berkomunikasi atau caranya mengungkapkan kesedihannya. 


Tapi jujur, saat itu ketakutanku sudah agak berkurang.


Kenapa?


Karena gini bro.


Pernah gak kalian itu ngerasa takut dengan sesuatu yang mengganggu kalian. Tapi karena terlalu seringnya kalian diganggu, rasa takut itu perlahan berubah menjadi rasa jengkel dan amarah.


Dan itulah yang terjadi denganku.


Ketika kuntilanak itu mulai tertawa. Memang awalnya aku merasa takut, tapi lama kelamaan kok semakin nyebelin kedengarannya.


Ditambah lagi aku mulai pengap berada didalam sarung. Keringatku yang mengucur deras saat ketakutan, membuatku semakin pengap.


Aku mulai jengkel, marah dan gedek.


Jengkel karena jadi sering digangguin.


Marah karena aku sudah capek buat menghadapi ketakutan ini.


Gedek karena gangguannya hanya itu itu saja. Kalau gak nangis, pasti ketawa. Udah begitu aja dari dulu.


Maka, dengan emosi yang mulai memuncak. Aku melakukan sesuatu hal yang sangat beresiko.

"mati, mati dah,"


Aku membuka kain sarung yang menutupiku!


Dengan mata terbuka lebar. Aku berteriak keras (tanpa menoleh kearah lorong. Karena masih ada rasa takutnya).


"Bangs**! Pergi lu anj***!"


Dan...


Pet.


Senyap. 


Suara tawa itu hilang. Tak ada suara apapun. Juga tak kulihat sosok itu disekitarku.

Komar juga gak denger kali. Soalnya dia juga gak dateng.


Aku menarik nafas lega.


"Huufft....,"


Aku segera menarik kain sarung lagi menutupi kepala. Karena nyamuk-nyamuk yang nakal mulai berdatangan.


Tapi...


"BRAK!"


Suara yang sangat keras tiba-tiba saja terdengar persis didepanku.

(Anjir, merinding abis gue pas nulis bagian ini)


Aku terkejut.


Seketika keberanianku menghilang.


Badanku kembali mengkeret. Bahkan kini lebih kecil lagi. Aku baca-baca doa yang aku bisa. Apapun itu.


Dan entah berapa lama aku membaca doa-doa, aku tak tahu. Karena aku kemudian terlelap tidur.


Aku terbangun ketika adzan subuh berkumandang dimasjid dekat kantorku.


Begitu aku membuka mata, dan kain sarung kuturunkan. Mataku seketika terbuka lebar.


Diremang-remangnya cahaya lampu, aku melihat sebuah batu berbentuk piring yang pecah berantakan, tepat didepan kursi panjang ini!


Aku tak tahu persis kenapa. 


Tapi aku memiliki sedikit jawabannya. Aku menduga, itu adalah perbuatan dari kuntilanak yang semalam kubentak.


Mungkin gara-gara kubentak, ia jadi baper. Lalu melampiaskannya dengan cara melempar piring batu itu didepanku.


Tapi aku masih sedikit bersyukur. Karena batu itu tidak jatuh menimpaku. Entahlah apa jadinya jika kuntilanak itu berniat jahat seperti itu.
emoticon-Hammer2





***



Untuk kelanjutan cerita, masih terkendala ingatan istri emoticon-Hammer2. Solanya doi lupa-lupa inget. Besok hari minggu mau ane kasih asupan gizi dulu biar daya ingatnya membaik emoticon-Ngakak


wassalamu'alaikum wr.wb.
Diubah oleh papahmuda099 19-04-2020 02:06
redrices
sulkhan1981
sampeuk
sampeuk dan 40 lainnya memberi reputasi
41
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.