- Beranda
- Stories from the Heart
"Lebih Cantik Dari Bidadari Syurga"
...
TS
nursalim84
"Lebih Cantik Dari Bidadari Syurga"

Siang itu diriku disibukkan di airport karna menunggu teman lama ku datang dari luar pulau ketika diriku sedang asyik mengobrol dengan teman ku via chat untuk janjian ketemu,karna pesawat yang doi tumpangi sudah mendarat,saking asyik nya diriku tak menyadari seseorang di depan ku hingga terjadilah "BRUUKKK...!" badan ku menubruk seorang wanita yang ada didepan ku.
"aduh...!"desah wanita tersebut
"eh maaf...maaf Mbak"ujar ku
Wanita tersebut berbalik kearah ku,dan yang membuatku terdiam adalah pandangan pertama ku ketika melihat wanita yang didepanku ternyata dirinya bercadar hanya terlihat matanya saja,tak ada celah sedikitpun keculai matanya yang bisa aku pandangi.
"Mas kalau jalan matanya kedepan jangan ke hp terus,masa orang berhenti di tabrak"sahutnya
"maaf Mbak,bukan maksud aku sengaja menabrak aku lagi sibuk mau ketemu teman yang janjian disini"
Wanita tersebut hanya memandangi ku sebentar kemudian berlalu dari hadapan ku,aku sendiri begitu malu karna akibat kecerobohan ku membuat diriku bersentuhan dengan wanita yang bukan mahrom aku.
"Assalamu'alaikum Be"suara dari belakang ku mengejutkan ku
"eh Wa'alaikumsalam"sahut ku
"ahlan wa sahlan,gimana kabar mu?"tanya nya
" khair...khair...Kamu gimana?"
"Aku baik juga Brow"ujar ku namun pandangan ku alihkan lagi kearah wanita bercadar yang barusan ku tabrak ternyata sudah menghilang dari pandangan ku
"heh...Kamu nyari siapa Be?"tanyanya heran kepadaku
"enggak,itu loh?"
"itu siapa?"
"tadi kan Aku lagi chat Kamu,enggak sengaja nabrak akhwat bercadar"ujar ku menjelaskan
"wah wah Kamu ini kayaknya penasaran banget sama tuh Akhwat,hati hati loh bisa cinta pada pandangan pertama"canda teman ku sebut saja Abdillah
"apaan sih Dil,mana bisa lah Aku cinta orang lihat wajahnya aja enggak bisa cuman matanya doang"bela ku
"tapi rasa penasaran Mu itu yang bisa bisa membuat penyakit di hati,udah ah yuk enggak usah mikirin yang enggak enggak"ajaknya
Sebeneranya perkataan Abdillah memang benar semenjak insiden kecil barusan hati ku benar penasaran dengan wanita dibalik cadar tersebut,meskipun pertemuan kami terbilang singkat namun sukses membuat diriku bertanya tanya siapa kah gerangan dirinya?apakah bisa aku bertemu dengannya kembali?jujur aku sangat mengidam idamkan memiliki istri yang pandai menutup diri seperti berhijab panjang juga bercadar.
Aku bersama Abdillah lalu berjalan menuju Bus bandara yang akan mengantar kami keterminal dan dari terminal lalu kami melanjutkan kearah desa tempat dimana aku tinggal,desa yang sangat jauh dari hiruk pikuk Ibu kota.
Abdillah sebenernya adalah teman satu kampung dengan ku juga teman satu SMA namun semenjak lulus sekolah dan diterima di perusahaan pertambangan diseberang pulau dirinya pulang hanya 3 bulan sekali.
Diperjalanan Abdillah nyeletuk
"Be kamu kapan nikah?"
"yah kamu nanya kapan aku nikah,seharusnya aku yang nanya kapan kamu nikah?udah sukses di pulau seberang masa belum nikah juga"tanya ku balik
"aku sebentar lagi Be,ini aku pulang karna bakal di kenalin sama wanita pilihan Bapak ku,rencana kalau cocok cuti kedepan aku menikahinya"
"wih mantap kawan,moga sukses deh Kamu"sahut ku
"makanya sekarang aku tanya kamu Be,umur udah 19 tahun masa belum nikah juga"
"yah aku masih nyari kerjaan dulu Dil,kamu kan tau kerjaan ku hanya memelihara sapi dan kambing punya Ayah ku,selain itu ikut paman ku kesawah,lagian masih terlalu muda Dil bagi ku untuk nikah"
"yah terlalu sempit pikiran kamu Be,nikah itu ibadah dan Allah menjamin kepada pemuda yang ingin menikah,fitnah wanita itu besar kalau Kamu enggak segera menikah bakal kena fitnah loh kaya sewaktu dibandara barusan"candanya
Benar juga apa yang dibilang oleh Abdillah karna nikah itu enggak nunggu umur kita tapi nunggu kapan kita siap,karna dalam Agama ku menganjurkan bagi para pemuda untuk menikah karna menikah bisa menundukan pandangan juga kemaluan,namun pernikahan juga butuh dana sedangkan aku sendiri masih nganggur belum kerja,sedangkan Ayah ku melarang ku bekerja di luar kota dikarnakan takut aku bisa terkontaminasi pergaulan kota yang sudah mulai mengikuti gaya hidup di barat.
Bisa di maklumi aku sedari kecil di didik dengan keras masalah Agama karna Ayah dan Ibu ku sangat menjunjung tinggi sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari hari,jangan kan pacaran mengenal seorang wanita pun aku belum pernah,aku disekolahkan di sekolah Agama yang jauh dari kata berkhalwat dengan wanita karna disekolahku lelaki semua enggak ada yang wanita.
Setelah mengantarkan Abdillah kerumahnya lalu aku pulang kembali kerumah,karna waktu sudah menunjukan waktu sore hari waktu nya untuk ku mencari rumput dan daun nangka untuk makanan sapi dan kambing punya Ayah.
Setelah sampai dirumah aku melihat sepertinya ada tamu yang datang karna sandal dan sepatu yang enggak ku kenali pemiliknya,saat masuk rumah aku lalu mengucap salam
"Assalamu'alaikum"ujar ku sembari masuk
"wa'alaikumsalam"sahut 4 orang yang ada diruang tamu yang dua dari Ayah dan Ibu ku yang dua lagi sepasang suami istri yang entah siapa sepertinya teman akrab Ayah ku
Aku masuk sembari memberikan senyum ku kepada tamu tersebut dan melanjutkan berjalan kearah dapur untuk mengambil peralatan mencari rumput,saat hendak melewati mereka tiba tiba Ayah ku memanggil
" Be mau kemana?ada tamu kok di lewatin gitu aja,duduk sini"pinta Ayah
"tapi Yah waktunya mencari rumput kan?"
"udah duduk dulu sebentar,teman Ayah mau kenalan sama kamu"ujar beliau sedikit memaksa
Akhirnya aku pun menuruti kehendak Ayah dan duduk disampingnya sembari tertunduk
"oh ini Mas yang namanya Abe?"ujar teman Ayah
"iyah yang kamu lihat dulu masih bayi sekarang udah gede"
"Nak Abe sekarang umurnya berapa?"tanya teman Ayah
"19 tahun om"sahut ku
"wah cocok Buk anak kita 18 tahun"bisik teman Ayah kepada istrinya
Entah maksud dari pembicaraan" cocok" itu apa aku masih bertanya tanya dan apa hubungan ku dengan anak beliau yang berbeda dengan ku satu tahun
"Nak Abe target nikah umur berapa?"tanya teman Ayah
"wah kalau ditanya nikah masih belum kepikiran Om,kerjaan aja belum punya"jawab ku sekenanya
"terus sehari hari kamu kerjanya ngapain?"
"yah cari rumput buat pakan ternak,kesawah bantu paman"jawabku
"itu kerja namanya Nak,kalau tidur seharian enggak ngapa ngapain namanya pengangguran"
Aku hanya menganggukkan kepala tanpa berani memandang kearah teman Ayah,
"maaf Om mau tanya soal ibadah apakah Nak Abe sholatnya 5 waktu?"
"Insya Allah Om"sambil menganggukkan kepala
"dimasjid?"tanya Beliau lagi
"Insya Allah Om"lagi lagi kata itu yang terlontar dari mulutku
"wAh cocok Mas jadi mantu kita"bisik istri Beliau
Meskipun dengan pelan istri teman Ayah berbisik kesuaminya namun tetap aja aku mendengarnya dan kata kata "Mantu" tersebut membuatku sedikit shock antara penasaran dan heran aku bergumam
"kenapa harus aku?siapa juga wanita yang mau menikah dengan pria desa seperti ku?dan kenapa teman ayah begitu ngotot menanyakan soal pribadi ku?"
Begitu banyak pertanyaan yang mengganjal dalam benak ku,ayah ku yang biasanya kedatangan teman karibnya biasa aja ketika aku lewat di hadapan beliau dan kali ini diriku malah di suruh memperkenalkan diri di hadapan teman Beliau,ketika aku sedang berpikir tiba tiba teman Ayah berbicara sesuatu yang membuat aku terkejut dan tidak percaya,beliau berkataQuote:"Nak Abe apakah Kamu siapa menikah dengan Anak Om?"
"terdiam tanpa bisa berkata apa apa"
"kalau Nak Abe siap,besok kerumah Om yah,nanti Om pertemukan dengan Anak Om"
"Menikah?dengan Anak beliau?GILA barusan tadi siang aku membicarakan tentang pernikahan dengan Abdillah dan sekarang tanpa diduga aku akan dijodohkab dengan anak teman Ayah?mimpi apa aku semalam?"bathin ku
Spoiler for index:
Diubah oleh nursalim84 26-05-2020 18:27
manik.01 dan 23 lainnya memberi reputasi
22
17.6K
166
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
nursalim84
#28
Part 19
Saat makan sahur ku perhatikan Aisyah dari tadi hanya memutar mutar sendoknya di piring nasi, makanannya tetap utuh tanpa disentuhnya sedikitpun, aku lalu menegurnya.
"kok nasinya cuman di liatin aja sih?kenapa ndak di makan?" ujar ku
"Ayank...?" panggilnya
"iyah..." sahut ku
"entar pulang cepet kan?" ujarnya merengek dan manja padaku
"insya Allah"
"beneran endak sih? Jangan Insya Allah terus tapi pulangnya malam"
"iyah sayang aku usahain yah pulang sebelum berbuka" ujarku sambil membelai kepalanya
"masa untuk kedua kalinya mesti berbuka sendirian terus" dengan tangis yang di buat buat
"tapi kan aku kerja sayang, endak enak kan aku pulang duluan sebelum jam kerja abis, yang ada dimarah bos gimana?"
"kamu jadi milih kerjaan yah ketimbang aku, yaudah sono mending tidur di kerjaan aja endak usah pulang" ujar Aisyah berpaling membelakangi ku
Haduh terpaksa deh rayuan maut bakal aku ucapkan supaya Aisyah enggak ngambek lagi, maklum di usia Aisyah yang masih muda terkadang sifat kekanak kanakannya masih lengket pada dirinya apa lagi manjanya masya Allah, tapi dengan sifatnya seperti itu lah yang membuat rumah tangga kami selalu berwana enggak monoton yang mesti harus romantis terus terusan.
Aku lalu memegang pundak Aisyah dengan lembut lalu memutar tubuhnya, setelah kita saling hadap hadapan aku lalu menggenggam jari jemarinya namun wajah Aisyah masih tetep berpaling dari pandangan ku,"CUPS...!" Aku lalu mencium tangannya seraya berkata "sayang coba cubit aku"
"Untuk apa?" jawab Aisyah
"Untuk meyakinkan bahwa hidup bersamamu itu nyata bukan mimpi eaaa..." ucapku
Dan akhirnya beneran kedua pipi ku abis di cubit oleh Aisyah yang makin gemes kepadaku.
"Itulah kenapa Mas aku tuh pengen kamu pulang cepet"
"Kenapa memang?" tanyaku
"Karna di setiap kata katamu itu bikin Aisyah meleleh kaya mertega" seraya memperagakan kedua tangannya menempel didadanya kaya tuan putri abis di gombalin sang raja
Setelah keadaan kembali kondusif aku pun berbicara dengan tatapan penuh makna
"istri ku, penyejuk pandangan ku, maaffin suamimu yah yang masih belum sempurna menjadi pemimpin bagimu, namun selama Allah memberi nafas pada ku, aku akan berusaha menjadi suami yang bertanggung jawab untukmu, aku kerja pulang malam bukan karna aku lebih cinta pekerjaan aku daripada kamu, tapi aku kerja juga buat kamu dan anak kita kelak" ujar ku
Aisyah senyum senyum sendiri sembari menunduk malu setelah mendengar pernyataan yang keluar dari mulutku.
"maaffin Aisyah juga yah Mas, selama ini bikin Mas capek dengan sikap Aisyah yang kadang ngambekan, kadang manja, kadang mewekan, padahal Mas kerja capek seharian bukannya menjadi penghilang capek Aisyah malah jadi penambah capek Mas 😢"
"yaudah ndak apa apa, lagian seharian kerja walau capek tapi setelah ketemu kamu ilang kok capek aku" ujarku
"makasih suamiku jangan pernah lelah yah ngadepin istrimu yang bawel ini 😆" lalu memeluk lengan ku
"iyah, yaudah sebentar lagi mau adzan subuh, aku kemesjid sekalian berangkat yah" ujar ku yang lalu mencium kepalanya
"iyah Mas, hati hati dijalan yah"
Setelah melaksanakan sholat subuh aku lalu melanjutkan berkendara menuju kearah kantor, dalam hati berdoa semoga kiriman hari ini enggak sampai keluar kota supaya diriku pulang tepat waktu.
Setelah sampai didepan kantor pandangan ku arahkan ketempat parkiran sepeda motor namun tak kudapati motor Rendra terparkir ditempat parkiran, bathin ku kemana dirinya tumben enggak nongol, aku lalu masuk kantor menuju tempat kerja Ayah Rendy untuk menanyakan apakah ada barang yang dikirim hari ini.
"Assalamu'alaikum" sapa ku sembari mengetuk pintu ruangan
"wa'alaikumsalam" sahut dari dalam lalu membuka pintu
"permisi Pak apa hari ini ada barang yang mau saya antar?" ucapku dengan halus
"hmmm... Banyak sih Be tapi hari ini kamu aku liburkan untuk nganter barang" ucap Ayah Rendy
"loh kenapa Pak?" tanya ku heran
"aku punya tugas yang lain buat kamu Be, kamu masuk dulu deh" pinta beliau
Aku pun lalu masuk dan duduk di kursi dan menghadap beliau, ku lihat raut muka beliau menunjukan wajah yang begitu kebingungan, ingin ku tanyakan namun aku segan lebih baik ku tunggu beliau berbicara duluan saja bathin ku.
"Rendy kamu kenal kan Be?" tanya beliau
"iyah saya kenal Pak, dulu satu kampus sama Istri saya" jawab ku
"Bapak capek ngadepin dia Be, orangnya begitu liar dan endak mau di atur sama sekali, kalau kamu bisa bantu tolong ingatkan si Rendy supaya berhenti dari pergaulan yang merusak dirinya"
"insya Allah bi'idznillah Pak" jawab ku
"makasih Be, saya sudah mulai prustasi dengan kelakuan anak itu semenjak perjodohan dengan Aisyah di batalkan dirinya yang dulu baik kini semakin brutal bahkan berani melawan orang tua" ucap Beliau sedih
"jangan berhenti berdoa Pak, insya Allah Rendy bakal bisa berubah"
"iyah Be, tolong kamu cari dia di tongkrongannya yah kalau kamu bersedia" pinta Beliau
"kalau boleh tau tongkrongannya dimana Pak?" tanya ku
"di sekitaran sini juga Be, sebelum kantor kan ada pos kampling nah disana dijadikan tempat nongkrongnya bersama teman temannya"
"oh iyah saya tahu Pak, insya Allah saya bakal kesana hari ini" ucap ku
"hati hati Nak, teman teman Rendy berandalan dan nekat orangnya kalau ada apa apa hubungin saya yah" ucap beliau
"insya Allah Pak endak kenapa kenapa karna saya punya Allah yang melindungi saya, kalau Dia belum berkehendak mencabut nyawa saya berapa pun orang endak akan membahayakan saya Pak" ucapku dengan yakin sembari menunjuk ke atas
Aku lalu siang harinya keluar kantor menuju kearah dimana tempat Rendy nongkrong, aku kumpulkan keberanian ku untuk kesana, apapun resiko yang bakal aku hadapi insya Allah aku siap karna Allah akan selalu menjaga hambaNya yang berbuat kebaikan kepada saudara seiman.
Aku melajukan motor ke arah dimana Rendy sedang nongkrong, sesampainya di tempat tujuan dari kejauhan aku sengaja berhenti untuk mengecek apakah Rendy ada disana, setelah mengecek ternyata Rendy memang ada disana sedang tertawa bersama teman temannya yang rata rata penampilannya kaya preman kampung dan banyak tatonya, mereka sepertinya sedang bermain kartu di pos kamling tersebut sembari menegak miras.
"Assalamu'alaikum" sapa ku sembari mendekat kearah mereka yang berjumlah 7 orang termasuk Rendy
Mereka yang tadi tertawa kini terdiam setelah mendengar sapa an ku, rata rata mereka semua berwajah sinis ketika menatap ku, lalu salah satu di antara mereka berkata "ini Babu Lu Ren?"
"iyah" jawab Rendy sembari membanting kartu domino lalu berjalan mendekat kearah ku
"Lu mau ngapain kemari?, Lu mau sok jadi ustadz lagi nyeramahin Gua hah!"
"maaf Mas, saya kesini untuk menjemput Mas Rendy karna Bapaknya kesian nyari kamu Mas" ucap ku dengan selembut mungkin
"eh Lu siapa?, berani nyuruh nyuruh temen Gua?" sahut temannya dari belakang
"maaf Mas, Mas nya, saya cuman ada urusan sama Rendy" sahut ku dengan sopan
"wah Ren, kita abisin aja nih bocah keknya nyolot banget jadi manusia" sahut temennya yang mulai berdatangan dari belakang Rendy
"serah Lu pada deh, selesaikan aja, Gua mau tiduran" ujar rendy menjauh dari ku dan kini diriku berhadapan dengan 6 orang
Tanpa di aba aba salah satu preman mengarahkan bogeman kewajah ku namun aku berhasil menghindar secara reflek lalu mendorongnya seraya berkata
" Maaf Mas ini bulan ramadhan aku ndak mau ribut dengan kalian"
"AH BANYAK BACOT LU"ujarnya kembali menyerangku
Hingga mengenai dada kanan ku dan membuat ku mundur beberapa langkah, pukulan pun di arahkan lagi kewajah ku namun aku bisa menangkisnya lalu aku pelintir tangannya dan menendang perutnya hingga satu preman terjatuh sembari meringis kesakitan.
Meskipun diriku pernah ikut perguruan karate tetep aja lawan yang aku hadapi enggak seimbang, tiba tiba dari arah belakang merangkul kedua lengan ku hingga aku tak dapat berbuat banyak untuk bisa menghadapi mereka.
Pukulan bertubi tubi pun di arahkan ke perut dan wajah ku hingga diriku hampir tak sadar kan diri dikarnakan sakit dan susahnya untuk bernafas, setelah di rasa tubuh ku melemas aku lalu di lepas dan terduduk tak berdaya dan dari arah mulut dan hidung ku di penuhi dengan darah akibat pukulan dari mereka.
Saat hendak mencoba untuk berdiri tiba tiba "PYARRR...!!!"kepala ku di pukul oleh botol miras hingga akhirnya aku terjatuh tengkurap tak berdaya, samar samar aku mendengar teriakan dari beberapa warga yang mencoba membubarkan preman tersebut.
Tiga orang warga lalu menggotong ku untuk di masukan kedalam mobil pick up ntah diriku bakal di bawa kemana, aku mencoba untuk bangkit namun dikarnakan sakit yang teramat sangat aku kembali rebahan, aku lalu meraba kepala ku yang sepertinya basah setelah meraba kepalaku aku terkejut karna ditangan ku banyak darah yang mengalir.
"udah Mas jangan banyak gerak sebentar lagi sampai rumah sakit" ujar salah satu warga
"ma..maaf Pak...sa...saya minta tolong hp saya ambilkan di kantong" pinta ku dengan suara lirih
Setelah salah satu warga mengambil kan hp dari kantong celana ku aku lalu mengambil hp tersebut lalu mengetik pesan singkat kepada Aisyah "sayang Maaffin aku, mungkin aku bakal pulang malam hari ini" lalu pesan tersebut aku kirim kenomer Aisyah
Setelah berhasil mengirim pesan kepada Aisyah akhirnya diriku mulai tenang dan sedikit demi sedikit mata ku mulai tertutup dan kesadaran ku pun mulai hilang akibat banyaknya darah yang mengalir dari kepalaku
"kok nasinya cuman di liatin aja sih?kenapa ndak di makan?" ujar ku
"Ayank...?" panggilnya
"iyah..." sahut ku
"entar pulang cepet kan?" ujarnya merengek dan manja padaku
"insya Allah"
"beneran endak sih? Jangan Insya Allah terus tapi pulangnya malam"
"iyah sayang aku usahain yah pulang sebelum berbuka" ujarku sambil membelai kepalanya
"masa untuk kedua kalinya mesti berbuka sendirian terus" dengan tangis yang di buat buat
"tapi kan aku kerja sayang, endak enak kan aku pulang duluan sebelum jam kerja abis, yang ada dimarah bos gimana?"
"kamu jadi milih kerjaan yah ketimbang aku, yaudah sono mending tidur di kerjaan aja endak usah pulang" ujar Aisyah berpaling membelakangi ku
Haduh terpaksa deh rayuan maut bakal aku ucapkan supaya Aisyah enggak ngambek lagi, maklum di usia Aisyah yang masih muda terkadang sifat kekanak kanakannya masih lengket pada dirinya apa lagi manjanya masya Allah, tapi dengan sifatnya seperti itu lah yang membuat rumah tangga kami selalu berwana enggak monoton yang mesti harus romantis terus terusan.
Aku lalu memegang pundak Aisyah dengan lembut lalu memutar tubuhnya, setelah kita saling hadap hadapan aku lalu menggenggam jari jemarinya namun wajah Aisyah masih tetep berpaling dari pandangan ku,"CUPS...!" Aku lalu mencium tangannya seraya berkata "sayang coba cubit aku"
"Untuk apa?" jawab Aisyah
"Untuk meyakinkan bahwa hidup bersamamu itu nyata bukan mimpi eaaa..." ucapku
Dan akhirnya beneran kedua pipi ku abis di cubit oleh Aisyah yang makin gemes kepadaku.
"Itulah kenapa Mas aku tuh pengen kamu pulang cepet"
"Kenapa memang?" tanyaku
"Karna di setiap kata katamu itu bikin Aisyah meleleh kaya mertega" seraya memperagakan kedua tangannya menempel didadanya kaya tuan putri abis di gombalin sang raja
Setelah keadaan kembali kondusif aku pun berbicara dengan tatapan penuh makna
"istri ku, penyejuk pandangan ku, maaffin suamimu yah yang masih belum sempurna menjadi pemimpin bagimu, namun selama Allah memberi nafas pada ku, aku akan berusaha menjadi suami yang bertanggung jawab untukmu, aku kerja pulang malam bukan karna aku lebih cinta pekerjaan aku daripada kamu, tapi aku kerja juga buat kamu dan anak kita kelak" ujar ku
Aisyah senyum senyum sendiri sembari menunduk malu setelah mendengar pernyataan yang keluar dari mulutku.
"maaffin Aisyah juga yah Mas, selama ini bikin Mas capek dengan sikap Aisyah yang kadang ngambekan, kadang manja, kadang mewekan, padahal Mas kerja capek seharian bukannya menjadi penghilang capek Aisyah malah jadi penambah capek Mas 😢"
"yaudah ndak apa apa, lagian seharian kerja walau capek tapi setelah ketemu kamu ilang kok capek aku" ujarku
"makasih suamiku jangan pernah lelah yah ngadepin istrimu yang bawel ini 😆" lalu memeluk lengan ku
"iyah, yaudah sebentar lagi mau adzan subuh, aku kemesjid sekalian berangkat yah" ujar ku yang lalu mencium kepalanya
"iyah Mas, hati hati dijalan yah"
Setelah melaksanakan sholat subuh aku lalu melanjutkan berkendara menuju kearah kantor, dalam hati berdoa semoga kiriman hari ini enggak sampai keluar kota supaya diriku pulang tepat waktu.
Setelah sampai didepan kantor pandangan ku arahkan ketempat parkiran sepeda motor namun tak kudapati motor Rendra terparkir ditempat parkiran, bathin ku kemana dirinya tumben enggak nongol, aku lalu masuk kantor menuju tempat kerja Ayah Rendy untuk menanyakan apakah ada barang yang dikirim hari ini.
"Assalamu'alaikum" sapa ku sembari mengetuk pintu ruangan
"wa'alaikumsalam" sahut dari dalam lalu membuka pintu
"permisi Pak apa hari ini ada barang yang mau saya antar?" ucapku dengan halus
"hmmm... Banyak sih Be tapi hari ini kamu aku liburkan untuk nganter barang" ucap Ayah Rendy
"loh kenapa Pak?" tanya ku heran
"aku punya tugas yang lain buat kamu Be, kamu masuk dulu deh" pinta beliau
Aku pun lalu masuk dan duduk di kursi dan menghadap beliau, ku lihat raut muka beliau menunjukan wajah yang begitu kebingungan, ingin ku tanyakan namun aku segan lebih baik ku tunggu beliau berbicara duluan saja bathin ku.
"Rendy kamu kenal kan Be?" tanya beliau
"iyah saya kenal Pak, dulu satu kampus sama Istri saya" jawab ku
"Bapak capek ngadepin dia Be, orangnya begitu liar dan endak mau di atur sama sekali, kalau kamu bisa bantu tolong ingatkan si Rendy supaya berhenti dari pergaulan yang merusak dirinya"
"insya Allah bi'idznillah Pak" jawab ku
"makasih Be, saya sudah mulai prustasi dengan kelakuan anak itu semenjak perjodohan dengan Aisyah di batalkan dirinya yang dulu baik kini semakin brutal bahkan berani melawan orang tua" ucap Beliau sedih
"jangan berhenti berdoa Pak, insya Allah Rendy bakal bisa berubah"
"iyah Be, tolong kamu cari dia di tongkrongannya yah kalau kamu bersedia" pinta Beliau
"kalau boleh tau tongkrongannya dimana Pak?" tanya ku
"di sekitaran sini juga Be, sebelum kantor kan ada pos kampling nah disana dijadikan tempat nongkrongnya bersama teman temannya"
"oh iyah saya tahu Pak, insya Allah saya bakal kesana hari ini" ucap ku
"hati hati Nak, teman teman Rendy berandalan dan nekat orangnya kalau ada apa apa hubungin saya yah" ucap beliau
"insya Allah Pak endak kenapa kenapa karna saya punya Allah yang melindungi saya, kalau Dia belum berkehendak mencabut nyawa saya berapa pun orang endak akan membahayakan saya Pak" ucapku dengan yakin sembari menunjuk ke atas
Aku lalu siang harinya keluar kantor menuju kearah dimana tempat Rendy nongkrong, aku kumpulkan keberanian ku untuk kesana, apapun resiko yang bakal aku hadapi insya Allah aku siap karna Allah akan selalu menjaga hambaNya yang berbuat kebaikan kepada saudara seiman.
Aku melajukan motor ke arah dimana Rendy sedang nongkrong, sesampainya di tempat tujuan dari kejauhan aku sengaja berhenti untuk mengecek apakah Rendy ada disana, setelah mengecek ternyata Rendy memang ada disana sedang tertawa bersama teman temannya yang rata rata penampilannya kaya preman kampung dan banyak tatonya, mereka sepertinya sedang bermain kartu di pos kamling tersebut sembari menegak miras.
"Assalamu'alaikum" sapa ku sembari mendekat kearah mereka yang berjumlah 7 orang termasuk Rendy
Mereka yang tadi tertawa kini terdiam setelah mendengar sapa an ku, rata rata mereka semua berwajah sinis ketika menatap ku, lalu salah satu di antara mereka berkata "ini Babu Lu Ren?"
"iyah" jawab Rendy sembari membanting kartu domino lalu berjalan mendekat kearah ku
"Lu mau ngapain kemari?, Lu mau sok jadi ustadz lagi nyeramahin Gua hah!"
"maaf Mas, saya kesini untuk menjemput Mas Rendy karna Bapaknya kesian nyari kamu Mas" ucap ku dengan selembut mungkin
"eh Lu siapa?, berani nyuruh nyuruh temen Gua?" sahut temannya dari belakang
"maaf Mas, Mas nya, saya cuman ada urusan sama Rendy" sahut ku dengan sopan
"wah Ren, kita abisin aja nih bocah keknya nyolot banget jadi manusia" sahut temennya yang mulai berdatangan dari belakang Rendy
"serah Lu pada deh, selesaikan aja, Gua mau tiduran" ujar rendy menjauh dari ku dan kini diriku berhadapan dengan 6 orang
Tanpa di aba aba salah satu preman mengarahkan bogeman kewajah ku namun aku berhasil menghindar secara reflek lalu mendorongnya seraya berkata
" Maaf Mas ini bulan ramadhan aku ndak mau ribut dengan kalian"
"AH BANYAK BACOT LU"ujarnya kembali menyerangku
Hingga mengenai dada kanan ku dan membuat ku mundur beberapa langkah, pukulan pun di arahkan lagi kewajah ku namun aku bisa menangkisnya lalu aku pelintir tangannya dan menendang perutnya hingga satu preman terjatuh sembari meringis kesakitan.
Meskipun diriku pernah ikut perguruan karate tetep aja lawan yang aku hadapi enggak seimbang, tiba tiba dari arah belakang merangkul kedua lengan ku hingga aku tak dapat berbuat banyak untuk bisa menghadapi mereka.
Pukulan bertubi tubi pun di arahkan ke perut dan wajah ku hingga diriku hampir tak sadar kan diri dikarnakan sakit dan susahnya untuk bernafas, setelah di rasa tubuh ku melemas aku lalu di lepas dan terduduk tak berdaya dan dari arah mulut dan hidung ku di penuhi dengan darah akibat pukulan dari mereka.
Saat hendak mencoba untuk berdiri tiba tiba "PYARRR...!!!"kepala ku di pukul oleh botol miras hingga akhirnya aku terjatuh tengkurap tak berdaya, samar samar aku mendengar teriakan dari beberapa warga yang mencoba membubarkan preman tersebut.
Tiga orang warga lalu menggotong ku untuk di masukan kedalam mobil pick up ntah diriku bakal di bawa kemana, aku mencoba untuk bangkit namun dikarnakan sakit yang teramat sangat aku kembali rebahan, aku lalu meraba kepala ku yang sepertinya basah setelah meraba kepalaku aku terkejut karna ditangan ku banyak darah yang mengalir.
"udah Mas jangan banyak gerak sebentar lagi sampai rumah sakit" ujar salah satu warga
"ma..maaf Pak...sa...saya minta tolong hp saya ambilkan di kantong" pinta ku dengan suara lirih
Setelah salah satu warga mengambil kan hp dari kantong celana ku aku lalu mengambil hp tersebut lalu mengetik pesan singkat kepada Aisyah "sayang Maaffin aku, mungkin aku bakal pulang malam hari ini" lalu pesan tersebut aku kirim kenomer Aisyah
Setelah berhasil mengirim pesan kepada Aisyah akhirnya diriku mulai tenang dan sedikit demi sedikit mata ku mulai tertutup dan kesadaran ku pun mulai hilang akibat banyaknya darah yang mengalir dari kepalaku
i4munited dan jiyanq memberi reputasi
2