Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Rahasia Dibalik Lambang “Stay at Home” dan Petunjuk Al-Qur’an tentang Wabah

daltiAvatar border
TS
dalti
Rahasia Dibalik Lambang “Stay at Home” dan Petunjuk Al-Qur’an tentang Wabah




📚 Rahasia Dibalik Lambang “Stay at Home” Instagram dan Petunjuk Al-Qur’an tentang Periode Waktu Wabah Pandemi Virus Corona Covid-19

Oleh: Syansanata Ra
(Yeddi Aprian Syakh al-athas)

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro membuat status dalam akun facebooknya:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus,10: 5)

Matahari bersinar >>>> Siang hari.
Bulan bercahaya >>>> Malam hari.
Manzilah manzilah >>>> Tempat mulai dan berhenti.
Perhitungan waktu >>>> Jarak tempuh dari dan sampai.
@ menghitung Corona✍️🤗
____________
Saya menanggapi:
Izin menambahkan ya Ibunda Andi Nurmiyati Mapangandro, khususnya terkait perhitungan waktu menurut Manzilah Bulan, yang dalam Al-Qur'an disebut dengan kata Al-Qamar.

Kata Al-Qamar ini disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 27 kali dalam 26 ayat.

Pertanyaannya:
Mengapa Al-Qur'an menyebut kata Al-Qamar hanya sebanyak 27 kali saja, dan bukan 29 kali?

Padahal kita tahu bahwa dalam Al-Hadits riwayat Anas bin Malik ra, Rasulullah saw pernah bersabda:
"Satu bulan itu dua puluh sembilan hari."
( HR. Bukhari No. 365; HR. Ahmad No. 12598 )

Jawab:
29 hari yang dimaksud oleh Rasulullah saw ini merujuk kepada istilah astronomi "Bulan Sinodis" (kata "sinodis" berasal dari Bahasa Yunani "synodos" yang berarti "pertemuan"), yakni lamanya siklus Bulan dari fase Dark Moon (Bulan Gelap) menuju fase Dark Moon (Bulan Gelap) berikutnya, atau dari fase Full Moon (Bulan Penuh) menuju fase Full Moon (Bulan Penuh) berikutnya, dan fase ini biasa dikenal dalam Kalendar Lunar (Kalendar Bulan) sebagai fase yang memiliki siklus sekitar 29,53 hari, atau tepatnya 29 hari, 12 jam, 44 menit.

Sedangkan penyebutan kata Al-Qamar (berarti "bulan") sebanyak 27 kali dalam Al-Qur'an itu merujuk kepada istilah astronomi "Bulan Sideris" (kata "sideris" berasal dari Bahasa Latin "sidus" yang berarti "bintang"), yakni satu siklus penuh 360 derajat dimana Bulan mengeliling Bumi secara periodik selama 27,32 hari, atau tepatnya adalah 27 hari, 7 jam, 43 menit, 12 detik dan istilah "Bulan Siderik" ini biasanya hanya dikenal di kalangan astronomer saja.

Lagi-lagi kita dihadapkan pada bilangan 27 yang merupakan kode nomor surat dari surat An-Naml (surat ke-27).

Demikian tambahan dari saya.
____________
Jaka Elbar Elbarani menanggapi:
Menarik, dalam hitungan leluhur di Sulawesi, 27 hari Bulan disebut dengan istilah "TALLU TAMMATE" yg berarti "tiga yang tidak mati", entah maksudnya apa?
____________
Saya menanggapi:
Sependek pemahaman saya, kalau gak salah bahwa istilah "TALLU TAMMATE" yang berarti "tiga yang tidak mati" itu merujuk kepada "Ayyamul Bidh", yakni hari ke-13, 14, 15 dalam kalender hijriah setiap bulannya.
____________
Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro bertanya:
Apa dasarnya sehingga "TALLU TAMMATE" disebut "Ayyamul Bidh", boleh tahu Nanda, mohon pencerahannya. 🙏
____________
Saya menjawab:
Maaf Bunda, saya memahaminya dari kalimat "3 hari yang tidak MATI". Kata MATI sengaja sy kasih huruf besar semua sebagai poin penting dalam memahami istilah "TALLU TAMMATE" sebagai "Ayyamul Bidh" yang bermakna "Hari-hari Putih".

Saya memahami kata MATI dalam konteks bulan sebagai BULAN MATI atau orang Bali menyebutnya sebagai BULAN TILEM atau BULAN GELAP.

"Ayyamul Bidh" sendiri adalah hari ke-13, 14 dan 15 dalam kalender Hijriyyah. "Ayyamul Bidh" dalam prinsipnya adalah “ayyamu layali al-Bidh” yang berarti "hari-hari malam-malam putih" yang kemudian kata “layali”-nya dihapus dan ketiga hari ini kemudian dikenal dengan nama “Ayyamul Bidh”.

Kata “Bidh” sendiri adalah bentuk jamak dari kata “baidha'” yang dalam Bahasa Arab berarti “putih”. Orang-orang Arab kuno memiliki tradisi lama dengan menamakan hari-hari berdasarkan tingkat kecerahan cahaya bulan, dan karena cahaya bulan pada tiga malam ini (yakni malam ke-13, 14 dan 15) lebih bercahaya dan lebih putih dibanding dengan malam-malam yang lainnya (dalam hitungan satu bulan), maka kemudian ketiga hari ini dinamakan dengan nama “Ayyamul Bidh”.

Jadi jika Orang-orang Arab kuno menganggap bahwa ada tiga hari dalam kalender hijriah, yakni hari ke-13, 14 dan 15, yang memiliki tingkat kecerahan cahaya bulan yang lebih putih dan lebih terang, maka ke-27 hari lainnya (dalam hitungan satu bulan = 30 hari) dianggap sebagai hari-hari yang memiliki tingkat kecerahan cahaya bulan yang lebih gelap.

Sehingga dari sinilah kemudian saya memahami istilah "TALLU TAMMATE" sebagai "tiga hari yang tidak gelap" yang dalam pemahaman saya, saya anggap sama maknanya dengan "tiga hari yang tidak mati".
____________
Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro menanggapi:
Masuk akal. Terima kasih pencerahannya Nanda.
____________
Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro kemudian menuliskan status lanjutan dalam akun facebooknya:

MANZILAH, berasal dari kata MANAZIL, yang terbentuk dari huruf "Nun, Zay, Lam". Lalu kemana kah gerangan perginya huruf "Mim" ...?
____________
Jaka Elbar Elbarani menjawab:
Huruf "Mim"-nya pergi ke 'URJUUNIL QADIIM.

وَٱلْقَمَرَ قَدرْنهُ مَنَازِلَ حَتىٰ عَادَ كَٱلْعُرْجُونِ ٱلْقَدِيمِ

"Dan Bulan, telah Kami tetapkan MANAAZIL-nya, sehingga (setelah ia sampai ke Manzilah-nya yang terakhir, maka kembalilah ia) seperti 'URJUUNIL QADIIM - yakni bentuk tandan yang tua."
( QS. Yaasiin, 36:39 )
____________
Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro menanggapi:
Cerdas.
____________
Saya menanggapi:
Mohon Izin menjawab Bunda.

"Nun, Zay, Lam" dibaca NAZALA.
Dari kata ini kemudian menurunkan kata MANZIL atau MANZILAH.

Jika ditanya:
"Kemanakah gerangan huruf MIM pergi?"

Maka jawabnya:
Huruf MIM pergi masuk ke antara huruf NUN dan LAM untuk membersamai huruf ZAY.

Bukankah dalam urutan huruf-huruf hijaiyah dalam Bahasa Arab, khususnya kaidah "abajadun", setelah huruf LAM itu adalah huruf MIM dan setelahnya barulah huruf NUN.

Alif - Ba - Jim - Dal - Ha' - Waw - Zay - Ha - Tha - Ya - Kaf - LAM - MIM - NUN - Sin - 'Ain, dst ...

Namun dalam konteks kata NAZALA, posisi huruf NUN justru berada sebelum huruf LAM.

Jadi jika saya katakan bahwa huruf MIM pergi masuk ke antara huruf NUN dan huruf LAM, maka perginya huruf MIM ini akan menyebabkan rangkaian ketiga huruf ini akan menjadi kata "NAMLU" yang berarti "Semut".

Namun, karena di antara huruf NUN dan LAM sudah ada lebih dulu huruf ZAY disana sehingga rangkaian ketiga huruf ini dibaca sebagai kata "NAZALA" yang berarti "turun", maka hadirnya huruf MIM justru akan membersamai huruf ZAY. Dan huruf MIM sebagai huruf yang datang kemudian setelah huruf ZAY, maka huruf MIM kemudian menempati dirinya pada posisi setelah huruf ZAY sebagai bentuk penghormatannya kepada huruf ZAY yang sudah berada lebih dulu dibanding dirinya, sehingga akibatnya kehadiran huruf MIM untuk membersamai huruf ZAY ini akan menyebabkan hadirnya kata baru yang terbentuk dari rangkaian huruf ZAY dan MIM yang akan dibaca sebagai kata "ZAMA" (Zay-Mim) yang berarti "Virus-Virus" yang bentuk tunggalnya disebut sebagai "ZAWM" (Zay-Waw-Mim) yang berarti "Virus".

Dan "ZAWM" atau "Virus" ini terlahir ketika Sang Rembulan baru memulai fase siklus "sinodis"-nya pada awal MANZILAH-nya di Bulan Shafar tahun 1441 Hijriah.

Pertanyaannya:
"Ada apa dengan awal Bulan Shafar Tahun 1441 Hijriah?"

Jawab:
Seorang Imunolog dari Scripps Research Institute di California, Amerika Serikat bernama Kristian Andersen, mencoba menganalisa 27 turunan Virus Corona 2019-nCoV (saat ini dikenal dengan nama Covid-19) untuk merunut dari mana asal virus tersebut. Kristian Andersen kemudian memposting hasil analisanya di situs web penelitian virologi pada 25 Januari 2020. Dalam hasil analisanya tersebut, ia menyimpulkan bahwa Virus Corona 2019-nCoV ini ternyata berasal dari 1 leluhur yang sama yang lahir pada 1 Oktober 2019.

https://www.sciencemag.org/news/2020...ading-globally

Nah dari sini, akhirnya kita memperoleh informasi penting tentang hari lahirnya Virus Corona 2019-nCoV (saat ini dikenal dengan nama Covid-19) yang ternyata jatuh pada tanggal 1 Oktober 2019, bertepatan dengan tanggal 2 Shafar 1441 Hijriah.

Sejarah Islam pernah mencatat sejarah kelam terkait wabah penyakit, dimana pada pertengahan tahun 48 Hijriah (668 Masehi), wabah tha'un pernah terjadi di Mesir, yang mulai menyerang pada awal musim gugur (akhir Bulan Shafar dan memasuki Bulan Rabi'ul Awal), menyebar ke seluruh pelosok desa di Mesir hingga memasuki tahun 49 Hijriah (669 Masehi) dan menyebabkan ribuan orang tewas di Mesir.
( Al-Maqrizi, dalam Kitab As-Suluk li Marifati Duwalil Muluk, Juz II, hal. 152 )

Dan wabah penyakit juga pernah menjangkiti masyarakat Baridah dan Sa’al pada tahun 802 Hijriah (1399 Masehi) yang mulai menyerang pada Bulan Shafar hingga pertengahan tahun dan menewaskan banyak orang.
( Ibnu Hajar Al-Asqalani, dalam Kitab Badzlul Ma‘un fi Fadhlit Tha‘un", IV/115 )

Nah berkaca pada wabah penyakit yang pernah menyerang masyarakat Mesir, Baridah dan Sa’al di Bulan Shafar di masa lampau hingga menewaskan ribuan orang, maka tidak menutup kemungkinan jika wabah Virus Corona 2019-nCoV (atau Covid-19) yang lahir pada 1 Oktober 2019 Masehi atau 2 Shafar 1441 Hijriah ini pun akan terulang kembali dengan pola dan durasi waktu yang sama atau bahkan lebih, mengingat wabah Virus Corona 2019-nCoV (atau Covid-19) juga mulai menyerang pada Bulan Shafar sejak ia terlahir pada 1 oktober 2019 M atau 2 Shafar 1441 H.

Dan terkait hal ini sebenarnya sudah diprediksi sejak ratusan tahun yang silam dalam sebuah manuskrip kuno beraksara Koptik berjudul "Akbar Ezzeman" yang ditulis oleh Ibrahim bin Wasyff Shah (koleksi Perpustakaan Bodleian, Universitas Oxford No. 9973) yang sekarang sudah menjadi Manuskrip Bruce No. 28 dan kemudian dikutip oleh al-Mas‘udi (ditransliterasi menjadi El-Masoudi), dan kemudian ditransliterasi dengan judul "The History of Time" (koleksi Museum Inggris No. 7503) yang saat ini dikenal dengan judul "Akhbār al-zamān" dan dianggap oleh sebagian orang sebagai karya dari Abul Hasan Mas'udi dengan judul "Akhbar al-Zaman wa man Abādahu al-Hadatsani" yang berjumlah 30 jilid.

Manuskrip kuno beraksara Koptik berjudul "Akbar Ezzeman" yang ditulis oleh Ibrahim bin Wasyff Shah tersebut menyebutkan sebagai berikut,

حتى اذا تساوى الرقمان
“Hingga ketika (tiba tahun) dengan dua angka yang sama (tahun 2020 -versi penulis)"

وتفشى مرض الزمان
"Dan mewabahnya Maradhu az-Zamaan (Penyakit Zaman)"

فارتقبوا شهر مارس
"Maka tetaplah di tempatmu (dimulai dari) Bulan Maaris (Bulan Maret)"

Nah pertanyaannya kemudian adalah:
"Mengapa Manuskrip kuno beraksara Koptik berjudul "Akbar Ezzeman" yang ditulis oleh Ibrahim bin Wasyff Shah mengingatkan untuk berdiam diri di rumah (dalam istilah sekarang disebut Pembatasan Sosial / Social Distancing atau Stay at Home / Karantina Diri) dimulai dari Bulan Maaris atau Bulan Maret dan seterusnya?"

Jawab:
Karena pada tahun 2020 (disebut dalam manuskrip kuno sebagai tahun dengan dua angka yang sama), Bulan Maret bertepatan dengan Bulan Rajab dalam Kalender Islam, kemudian Bulan April-nya adalah Bulan Sya'ban, Bulan Mei-nya adalah Bulan Ramadhan dan Bulan Juni-nya adalah Bulan Syawal.

Al-Maqrizi, dalam Kitabnya As-Suluk li Marifati Duwalil Muluk mencatat bahwa wabah tha'un yang menyerang Mesir pada awal musim gugur (akhir Bulan Shafar dan memasuki bulan Rabi'ul Awal) pada pertengahan tahun 48 Hijriah (668 Masehi) kemudian menyebar ke seluruh pelosok desa-desa hingga memasuki tahun 49 Hijriah (669 Masehi), puncak wabahnya justru terjadi pada Bulan Sya’ban, Ramadhan, dan Syawal, dan baru mulai mereda pada pertengahan Bulan Dzulqa‘dah tahun 49 Hijriah (669 Masehi).
( Al-Maqrizi, dalam Kitab As-Suluk li Marifati Duwalil Muluk, Juz II, hal. 152 )

Maka jika kita berkaca pada sejarah di masa silam, yang umumnya akan selalu berulang dengan pola yang sama, maka kita akhirnya menjadi paham mengapa manuskrip kuno beraksara Koptik berjudul "Akbar Ezzeman" yang ditulis oleh Ibrahim bin Wasyff Shah mengingatkan agar ketika memasuki tahun 2020 (tahun dengan dua angka yang sama) sebaiknya kita berdiam diri di rumah (Social Distancing atau Stay at Home) dari Bulan Maret hingga beberapa bulan setelahnya, yang jika mengikuti pola wabah Tha'un di Mesir pada tahun 48-49 Hijriah, maka wabah ini akan mengalami puncaknya pada Bulan Sya'ban, Ramadhan dan Syawal yakni dari Bulan April 2020 hingga Juni 2020 dan baru akan mereda di Bulan Zulqa'dah atau Juli 2020.

Wallahu a'lam bishshawab.
Tabe.

Demikian jawaban dari saya atas pertanyaan yang Bunda Prof. Andi Nurmiyati tanyakan dalam TS Bunda di facebook.
____________
Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro menanggapi:
Hebat. Luar biasa. Tapi maaf darimana kah datangnya kata NAZALA kaitannya dengan MANZILAH. Mohon pencerahannya Nanda.
____________
Saya menjawab:
Asalnya dari Kitab Al-Futuhat Al-Makiyyah, Jilid 1 yang ditulis oleh Ibnu 'Arabi Bunda. Dalam kitabnya tersebut, Ibnu 'Arabi menuliskan bahwa MANZIL atau MANZILAH dan MANAZALAH secara harfiah berarti "tempat turun" atau NAZALA.

Lebih lanjut Ibnu 'Arabi menuliskan bahwa MANZIL atau MANZILAH adalah sebuah maqam yang di dalamnya Allah turun kepada (NAZALA ILA) hamba-Nya, atau hamba-Nya turun menuju (NAZALA 'ALA) Allah.
____________
Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro menanggapi:
Nah apa yang Nanda jelaskan ini serta merta akan merubah apa yang saya tuliskan dalam TS saya.

Semoga Nanda senantiasa diberikan Kecerdasan Adam.
____________
Saya menanggapi:
Aamiin Yaa Rabb. Terima kasih Ibunda atas doanya.

Mohon Izin menambahkan ya Bunda.

Ketika Bunda menuliskan catatan kecil di bagian bawah TS Bunda dengan kalimat "menghitung corona", dari apa yang telah kita diskusikan panjang lebar di atas, utamanya terkait periode "Bulan Sideris" dalam siklus MANZILAH Bulan yang berjalan selama 27,32 hari, sebenarnya kita bisa menghitung berapa lama wabah pandemi Virus Corona Covid-19 ini akan berakhir.

Nah ada yang menarik dari apa yang dituliskan dalam manuskrip kuno beraksara Koptik yang ditulis oleh Ibrahim bin Wasyff Shah, khususnya pada kalimat:

وتفشى مرض الزمان
"Dan mewabahnya Maradhu Az-Zamaan (penyakit zaman)"

Banyak pengkaji naskah ini yang menterjemahkan kata مرض (maradhu) pada kalimat di atas sebagai "wabah" atau "tha'un", padahal kata مرض (maradhu) ini disebutkan sebanyak 14 kali dalam 13 ayat di dalam Al-Qur'an, sehingga jika kita paham apa makna dari kata مرض (maradhu) yang ada dalam ke-13 ayat tersebut, maka kita akan paham apa yang dimaksud dengan kalimat "Maradhu Az-Zamaan" (penyakit zaman) dalam manuskrip kuno beraksara Koptik yang ditulis oleh Ibrahim bin Wasyff Shah.

Dalam kajian saya sebelumnya, saya sudah menjelaskan makna dari kata مرض (maradhu) yang disebutkan dalam 13 ayat Al-Qur'an, yang kurang lebih memiliki makna sbb:

(1) Kebiasaan berdusta (QS. Al-Baqarah 2:10).
(2) Kebiasaan menipu (QS. Al-Anfaal 8:49).
(3) Kebiasaan menyebarkan kabar bohong / hoax (QS. Al-Ahzab 33:60).
(4) Ketakutan akan bencana (QS. Al-Maa'idah 5:52).
(5) Takut mati (QS. Muhammad 47:20).
(6) Keragu-raguan (QS. An-Nuur 24:50).
(7) Kedengkian (QS. Muhammad 47:29).
(8) Kemunafikan (QS. Al-Ahzab 33:12).
(9) Sebab bertambahnya kekafiran (QS. At-Taubah 9:125).
(10) Sebab datangnya perintah berdiam diri di rumah (QS. Al-Ahzab 33:32-33).
(11) Penyakit fisik (QS. Asy-Syuara 26:80).
(12) Cobaan (QS. Al-Hajj 22:53).
(13) Ujian bagi orang beriman dan Ahli Kitab terkait "bilangan 19" (QS. Al-Mudatsir 74:30-31).

Nah dari 13 ayat yang menyebutkan kata مرض (maradhu) di atas, ada satu ayat yang sangat menarik untuk kita kaji dalam keterkaitannya dengan perhitungan berapa lama wabah pandemi Virus Corona Covid-19 akan berakhir, yakni QS. Al-Mudatsir ayat 30-31, dimana ayat ini mengkaitkan kata مرض (maradhu) dengan bilangan "19" sebagai perumpamaan, dimana dengan bilangan ini, orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin, dan orang yang beriman menjadi bertambah keimanannya, serta orang yang diberi Al-Kitab dan sekaligus orang yang beriman menjadi hilang keragu-raguannya.

Bilangan "19" itu sendiri yang disebut dalam QS. Al-Mudatsir ayat 30-31 sebagai perumpamaan, sesungguhnya merujuk kepada fenomena berpindahnya kalimat BASMALAH yang berjumlah "19 huruf" dari Surat At-Taubah (surat ke-9) yang tidak dibuka dengan kalimat Basmalah ke Surat An-Naml (surat ke-27) yang di dalamnya memiliki dua kalimat Basmalah sekaligus, dimana jarak perpindahan dari surat ke-9 (Surat At-Taubah) ke surat ke-27 (surat An-Naml) tersebut berjumlah "19 bilangan" (dihitung dari 9 sampai 27).

Nah kaitannya dengan kata مرض (maradhu) dalam kalimat "Maradhu Az-Zamaan" (penyakit zaman) yang disebutkan dalam manuskrip kuno beraksara Koptik yang ditulis oleh Ibrahim bin Wasyff Shah adalah bahwa perpindahan bilangan "19" dari surat ke-9 (Surat At-Taubah) ke surat ke-27 (surat An-Naml) sesungguhnya merupakan perumpamaan berpindahnya "19 huruf" Basmalah dari Surat At-Tawbah ke Surat An-Namlu.

Kata "Taubah" itu sendiri terambil dari kata "taba, yatubu, taubatan" yang berarti "kembali", yang dapat dimaknai sebagai kembali kepada Allah, kembali kepada jalan yang Allah ridhai, kembali kepada keadaan sebelum melakukan dosa/kesalahan, atau bahkan kembali kepada fitrahnya ketika ia pertama kali terlahir ke dunia, sehingga kembali menjadi "kosong" atau kembali menjadi "nol", atau meminjam istilahnya Pertamina dapat dimaknai dengan istilah "dimulai dari NOL ya".

Nah pemaknaan "At-Taubah" dengan istilah "kosong" atau "nol" ini serta merta mengingatkan kita akan makna nama Bulan SHAFAR yang terambil dari kata SHAFAR ( صفر ) dalam Bahasa Arab yang berarti "kosong".

Ibnu Mandzur dalam Kitabnya Lisanul ‘Arab menyebutkan alasan penamaan Bulan SHAFAR, yakni:

لِإِصْفَارِ مَكةَ مِنْ أَهْلِهَا إِذَا سَافَرُوا

“Karena kosongnya Makkah dari penduduknya apabila mereka berpergian”
( Ibnu Mandzur, dalam Kitab Lisanul ‘Arab, Juz 4, hal. 460 )

Kata SHAFAR ( صفر ) juga dimaknai sebagai "nol", inilah sebabnya mengapa angka nol dalam Bahasa Arab disebut SHIFRUN.

Sehingga jika surat ke-9 atau Surat At-Tawbah diumpamakan sebagai Bulan SHAFAR, maka surat ke-27 atau Surat An-Naml diumpamakan sebagai periode perpindahannya itu sendiri yang mengikuti siklus MANZILAH Bulan mengelilingi Bumi satu putaran penuh selama 27,32 hari atau yang dikenal dengan siklus "Bulan Sideris". Dalam penjelasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa bilangan "27" ini juga merupakan jumlah penyebutan kata Al-Qamar yang berarti "bulan" sebanyak 27 kali dalam 26 ayat di dalam Al-Qur'an.

Nah dengan demikian, maka pertanyaanya kemudian adalah:
"Dari 19 huruf Basmalah, secara lebih spesifik kira-kira huruf apakah gerangan yang berpindah?"

Jawab:
Yang berpindah adalah huruf ke-19 dari 19 huruf yang menyusun kalimat Basmalah.

Kalimat Basmalah ( بِسْمِ ٱللهِ ٱلرحْمنِ ٱلرحِيمِ )
sendiri tersusun dari huruf "BA" yang berada di awal kalimat Basmalah hingga huruf "MIIM" yang berada di akhir kalimat Basmalah. Maka dengan demikian, huruf ke-19 dari 19 huruf yang menyusun kalimat Basmalah adalah huruf "MIIM".

Pertanyaan selanjutnya:
"Berpindah kemana kah gerangan huruf MIIM itu?"

Jawab:
Pada awal tulisan ini, Ibunda Prof. Andi Nurmiyati Mapangandro bertanya,

MANZILAH, berasal dari kata MANAZIL, yang terbentuk dari huruf "Nun, Zay, Lam". Lalu kemana kah gerangan perginya huruf "Mim" ...?

Dan saya menjawab,
Huruf MIM pergi masuk ke antara huruf NUN dan LAM untuk membersamai huruf ZAY dan membentuk kata "ZAMA" (Zay-Mim) yang berarti "Virus-Virus" yang bentuk tunggalnya disebut sebagai "ZAWM" (Zay-Waw-Mim) yang berarti "Virus".
sebelahblog
infinitesoul
nona212
nona212 dan 22 lainnya memberi reputasi
-1
5.6K
95
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Tampilkan semua post
adnninAvatar border
adnnin
#5
Maaf gan topiknya di luar nalar kami, kami ga mampu mengerti ini.

Mungkin agan bisa cari kenalan di luaran yang kemampuan otaknya lebih setingkat agan, agar omongannua nyambung.
i.macintosh
pitaksemprul
Danz360
Danz360 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.