- Beranda
- Berita dan Politik
Jangan Cuma Istimewakan Ojol, Kebijakan Transportasi Harus Adil
...
TS
triyanti3
Jangan Cuma Istimewakan Ojol, Kebijakan Transportasi Harus Adil

Di tengah masa sulit saat pandemi virus Corona (COVID-19) menyerang, ojek online (ojol) memang terpukul lantaran pendapatnnya berkurang karena sepi penumpang. Namun, bukan hanya ojol yang terhantam pukulan COVID-19. Sektor lain pun ikut merana.
Pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menyayangkan ada kebijakan yang tidak adil di bidang transportasi. Salah satunya program cashback bahan bakar minyak (BBM) untuk ojol.
“Profesi pengemudi ojek online (ojol) atau daring bukanlah satu-satunya profesi pengemudi angkutan umum yang mengalami penurunan pendapatan di masa pandemi COVID-19. Namun, perhatian pemerintah dan BUMN cukup berlebihan terhadap pengemudi ojek daring. Walaupun dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ojek bukan termasuk angkutan umum. Seyogyanya pemerintah dan BUMN dapat bertindak adil terhadap seluruh profesi pengemudi angkutan umum,” kata Djoko dalam pernyataannya, Rabu (15/4/2020).
Djoko melanjutkan, di balik operasional ojol, ada perusahaan aplikasi yang sudah menyandang status sebagai perusahaan startup unicorn dengan nilai triliunan rupiah. Namun, Djoko menganggap para pengemudi ojol yang merupakan mitra kurang diperhatikan oleh aplikator. “Dan bahkan kemudian Pemerintah memberikan sesuatu yang istimewa kepada mereka,” ujarnya.
Di sisi lain, perusahaan transportasi lainnya juga terpukul. Djoko mengutip pernyataan Sekjen Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Wahyudi yang menyebutkan bahwa saat ini air mata pun sudah kering. “Nah, kondisi ini yang juga harus mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah,” ujar Djoko.
Pada 2019, menurut data dari Direktorat Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan ada 3.650 perusahaan bus atau angkutan. Jumlah perusahaan bus/angkutan itu merupakan gabungan dari 6 jenis layanan, yaitu bus antar kota antar provinsi (AKAP); mobil antar jemput antar propinsi (AJAP); bus pariwisata; angkutan sewa; angkutan alat berat; dan angkutan bahan berbahaya dan beracun (B3).
“Itu belum termasuk bus-bus angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan pedesaan (angkudes), angkutan perkotaan (angkot), bajaj, becak, becak motor, becak nempel motor (bentor) yang datanya ada di Dinas Perhubungan Provinsi, Kabupaten maupun Kota,” sebut Djoko. Angkutan itu, menurut Djoko, juga perlu diperhatikan.
sumber: http://www.wartaregional.com/2020/04...si-harus-adil/
Bener juga ya, kan yang kena dampak wabah corona bukan cuman Ojol doang.
Gimana menurut Agan?
sebelahblog dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.9K
21
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
691.4KThread•56.7KAnggota
Tampilkan semua post
xanax.for.sale
#15
karena lebih mudah mengidentifikasi ojol ketimbang supir angkot lainnya. kalo ojol kan ada perusahaan online nya, jadi gampang mendata nya. kalo supir angkot perdesaan atau opang gitu, cara mendata nya gimana? karena mereka itu informal, gak terdata kayak ojol.
ane malah jadi ada ide baru nih, bikin aja aplikasi buat supir angkot dan bus (bukan transjakarta loh). aplikasinya bisa di merge ke gojek grab atau bikin terpisah. karena menteri nya nadiem, ane rasa lebih praktis kalo di merge ke gojek aja aplikasi nya, karena teknologi nya udah mapan, jadi udah gak coba coba lagi macem maxim atau anterin.
dengan aplikasi itu, supir tahu dimana ia harus berhenti pick up penumpang (asal sesuai rute). tiap supir berhasil pick up, supir dapat point yang nanti bisa di gunakan utk cashback bensin atau berupa uang atau apa kek yg intinya memotivasi supir dan penumpang utk rajin pake tuh aplikasi. yang kasi cashback yah pemerintah tentu saja.
keuntungan penumpang pake tuh aplikasi yah gak perlu menyetop angkot atau bus yg di incar nya, cukup tunggu aja, nanti bus nya berhenti sendiri dekat posisi penumpang itu. jadi gak ribet kasi tangan da da da da ke supir lagi. dan penumpang juga tau bus nya masih jauh atau udah dekat (lewat peta gps real time nya)
tuh adil kan? kena semua deh, gak cuma ojol, tapi supir angkot lain juga dapat berkah kalo ide ane diterapkan
ane malah jadi ada ide baru nih, bikin aja aplikasi buat supir angkot dan bus (bukan transjakarta loh). aplikasinya bisa di merge ke gojek grab atau bikin terpisah. karena menteri nya nadiem, ane rasa lebih praktis kalo di merge ke gojek aja aplikasi nya, karena teknologi nya udah mapan, jadi udah gak coba coba lagi macem maxim atau anterin.
dengan aplikasi itu, supir tahu dimana ia harus berhenti pick up penumpang (asal sesuai rute). tiap supir berhasil pick up, supir dapat point yang nanti bisa di gunakan utk cashback bensin atau berupa uang atau apa kek yg intinya memotivasi supir dan penumpang utk rajin pake tuh aplikasi. yang kasi cashback yah pemerintah tentu saja.
keuntungan penumpang pake tuh aplikasi yah gak perlu menyetop angkot atau bus yg di incar nya, cukup tunggu aja, nanti bus nya berhenti sendiri dekat posisi penumpang itu. jadi gak ribet kasi tangan da da da da ke supir lagi. dan penumpang juga tau bus nya masih jauh atau udah dekat (lewat peta gps real time nya)
tuh adil kan? kena semua deh, gak cuma ojol, tapi supir angkot lain juga dapat berkah kalo ide ane diterapkan
nichodoankk memberi reputasi
1
Tutup