agungwahyukwAvatar border
TS
agungwahyukw
Dilema Trend “Sobat Hijrah”
      


           Hijrah, berasal dari bahasa Arab yang berarti 'meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat'. Dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beliau dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syariat Islam. Makna hijrah pada era sekarang adalah meninggalkan yang buruk dan mendekati yang baik. Nah, pada era modern seperti sekarang ini, semangat gerakan hijrah kembali digaungkan oleh para ustadz, influencer, dan para pemuda/pemudi yang mencari jati diri dalam beragama.
            
            Namun, banyak tingkah-tingkah pemuda/pemudi yang melakukan hijrah hingga mungkin barangkali membuat kita gemas. Beberapa faktor penyebabnya adalah pandangan mereka tentang hijrah itu sendiri, modernitas kehidupan, dan pengaruh lingkungan. Di era sekarang ini untuk mengaji tidak harus pergi ke pondok pesantren ataupun harus datang ke pengajian di suatu tempat. Alih-alih harus pergi ke suatu tempat, di era sekarang untuk mengaji bisa di dalam kamar tanpa harus keluar rumah. Mudah, kan.




           Di era sekarang, untuk berdakwah tidak melulu harus berada di mimbar, ustadz bisa menggunakan media sosial sebagai tempat untuk berdakwah. Media yang digunakan untuk berdakwah oleh para ustadz beragam, Whatsapp, Telegram, Instagram, Twitter, Facebook, dan Youtube, atau dengan mengetik nama ustadz di search engine, kita bakal dapat dengan mudah menemukan materi-materi kajian yang disampaikan oleh ustadz tersebut. Mudah memang, namun kita harus dapat memilah mana ustadz yang benar dan mana yang ya gitu deh, kita harus cermat dalam memilih dan memilah, seperti latar belakang ustadz tersebut, lulusan mana, belajar sampai tingkat apa. Barangkali sepertinya sekarang ini untuk menjadi ustadz tidak terlalu sulit, sebut saja Ustadz Bangun Samudra, hanya dengan mualaf dan mengaku lulusan S3 Vatikan, bisa jadi ustadz yang terkenal. Di tempat lain, ada ustadz yang berdakwah dengan berapi-api, menyerukan perang, mencap siapaun yang tidak sepemikiran sebagai kafir. Hmm, bukankah Nabi mengajarkan untuk berdakwah dengan santun?




             Sobat hijrah, dalam keseharianya ber-sosmed biasanya pasang status WA, IG, dan Facebookdengan gambar gambar dengan caption untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, namun terkadang, mereka share status berita hoax, dan ketika ditanyai, jawaban yang diterima adalah, “Lha, saya dapet dari grup dan disuruh nyebarin” Hmmm, menggelikan memang, apalagi sudah berada di bangku kuliah, yang seharusnya cara berpikir sudah modern dan menggunakan logika secara tepat sehingga tidak mudah dibohongi oleh hoax. 




             Sobat hijrah, menggaungkan ajakan untuk mengikuti sunnah. Sunnah, secara bahasa memiliki arti Jalan, dan Gaya Hidup, dalam pengertian hukum, berupa apabila dikerjakan mendapat pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak apa apa, dan dalam pengertian ilmu hadist, sunnah berarti ucapan atau tindakan yang dilakukan Nabi. Ini saya kira sebuah hal yang bagus, tapi jangan lupa dengan hal yang wajib ya, wkwkwk.



            Ketika pergi ke masjid pakaian yang dulu memakai kaos, celana jeans, sekarang berganti menjadi gamis, dan  perempuan, yang dulu jilbab sampai pundak sekarang diganti jilbab yang panjang, dan memakai niqab. Di sisi lain, yang sudah bertahun-tahun ngaji di pesantren menggunakan baju batik atau kadang baju koko yang sederhana dan memakai sarung, dan peci khas berwarna hitam seperti yang digunakan bapak-bapak di belakang buku iqro. Sebenarnya tidak ada masalah dengan pakaian, namun ketika mereka lantas merendahkan orang lain yang tidak memakai gamis/niqab, dan menganggap merekalah paling dekat dengan Tuhan, itu yang barangkali kurang benar. Panggilan mas, mbak, sekarang berganti menjadi akhi, ukhti, aneh memang, saya malah baru mengenal istilah itu pada saat semester 1 kuliah pada 2018. Yang dulu profil picture WA nya foto selfie, kini berganti dengan kaligrafi arab. Yang dulunya koleksi lagu dan musik sampai ratusan, kini dihapus dan diganti koleksi murrotal. Yang dulu tidak peduli dengan kehidupan orang lain, sekarang berubah menjadi polisi moral dengan dalil yang didapat dari hasil browsing. Mungkin kita masih mengingat apa yang terjadi di Sragen beberapa waktu yang lalu, anggota rohis yang meneror siswi hanya karena tidak mau mengenakan jilbab, sampai menghina ayahnya karena tidak mau menasehati siswi tersebut. Hmmm, ngeri. Yang dulu masih berpacaran, diputusin dengan alasan ingin menghindari zina dan ingin mendekatkan diri kepada Allah. Di tempat lain, ada seorang teman saya yang dulu aktif mengajak untuk mengikuti kajian di masjid kampus, dan dia juga mengatakan kepada saya untuk tidak pacaran, karena menurutnya pacaran itu dosa, selang beberapa bulan, malahan teman saya itu mendapatkan pacar, hmmm. Apa mungkin saya terlalu polos menganggap teman saya itu sudah menanggalkan keinginan untuk berpacaran atau karena faktor yang lain sata tidak tahu.



            Trend sobat hijrah bisa menjadi positif dan negatif, tergantung jika dilihat dari sudut mana. Seperti apa yang dikatakan oleh Mbak Kalis Mardiasih, Hijrah jangan jauh-jauh, nanti nyasar, wkwkwkwk.

            Sekian artikel saya yang sederhana ini. Ini hanya berisi opini, pengalaman pribadi. Saya meminta maaf jika ada kesalahan dalam menulis artikel ini.
Sekian dan terimakasih.

Spoiler for Sumber ::


Diubah oleh agungwahyukw 13-04-2020 11:55
sebelahblog
infinitesoul
bukan.bomat
bukan.bomat dan 53 lainnya memberi reputasi
48
12K
283
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
Tampilkan semua post
dead.or.aliveAvatar border
dead.or.alive
#27
ane keinget percakapan siapa gt, kalo hijrah mah terlalu keren bahasanya, yg bener mah tobat wkwkemoticon-Wakaka
realhoax
muhammadafdal15
bukan.bomat
bukan.bomat dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.