lickmyballsAvatar border
TS
lickmyballs
Jutaan pengangguran di China tak bisa mengakses jaminan pengaman sosial


KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pandemi virus corona (Covid-19) diperkirakan akan mengakibatkan jutaan orang di China bakal kehilangan pekerjaannya. Banyak dari mereka akan terdampar tanpa jaminan pengaman sosial sehingga tidak dapat mengakses tunjangan pengangguran.

Penyebaran Covid-19 yang begitu cepat di seluruh dunia telah meluluhlantakkan harapan untuk pemulihan cepat di China dimana virus tersebut pertama kali ditemukan.

Analis yang dikutip Reuters, memprediksi hampir 30 juta orang akan kehilangan pekerjaannya tahun ini karena bisnis gagap untuk kembali beroperasi dan anjloknya permintaan global. Angka itu melampaui pemutusan hubungan (PHK) yang terjadi selama krisis keuangan tahun 2008-2009 yakni 20 juta.

China memang telah memperkuat program klaim pengangguran dalam dekade sejak krisis keuangan meletus, melipat gandakan pungutan dan baik dari perusahaan dan pekerjaan menjadi 581,7 miliar yuan atau sekitar US$ 82,37 miliar.

Tetapi jutaan pekerja tidak memiliki kontrak atau belum membayar skema asuransi pengangguran. Itu artinya, mereka hanya bisa bergantung kompensasi dari pemberi kerja jika terjadi PHK. Banyak dari mereka terpaksa harus menggunakan tabungan atau mencari bantuan dari keluarga jika harus kehilangan pekerjaan.

Menurut data Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China, sekitar 2,29 juta orang telah menerima asuransi pengangguran pada Januari dan Februari 2020. Pada periode tersebut, Dan Wang, analis Economist Intelligence Unit memperkirakan ada sekitar 5 juta orang telah kehilangan pekerjaannya.

Wang memperkirakan 22 juta orang lagi bakal kehilangan pekerjaan tahun ini, tetapi hanya separuh yang kemungkinan akan memenuhi syarat untuk tunjangan pengangguran.

Seorang pria bermarga Xue (19) yang diwawancarai Reuters yang baru diberhentikan dari pekerjaannya di Salon Kuku pada April lalu mengaku tidak dapat mengklaim asuransi pengangguran karena dirinya belum bekerja cukup lama. "Sewa tempat tinggal di kota seperti Beijing sangat mahal dan saya tidak punya penghasilan lagi," keluhnya pada Reuters, Senin (13/4)

Dalam aturan asuransi pengangguran itu, pekerja yang terdaftar di dalamnya bisa menarik pembayaran bulan hingga dua tahun jika sudah berkontribusi melakukan pembayaran iuran selama satu dekade.

Pekerja yang terdaftar dalam sistem dapat menarik pembayaran bulanan hingga dua tahun jika mereka berkontribusi pada skema tersebut selama satu dekade. Panjang pembayaran berkurang dengan periode kontribusi yang lebih pendek.

Di Beijing, pekerja yang diberhentikan yang telah membayar asuransi pengangguran cukup lama bisa mendapatkan hingga 1.815 yuan ($ 257) per bulan tetapi jumlah itu kurang dari setengah upah rata-rata buruh migran pada tahun 2018 dan lebih rendah dari sewa bulanan rata-rata sekitar 2.500 yuan untuk kamar sederhana di ibukota Cina.

Jika mereka tidak dapat mengklaim asuransi pengangguran, orang-orang dengan pendapatan rumah tangga di bawah ambang batas minimum - mulai dari 1.160 yuan atau sekitar US$ 165 per bulan di Shanghai hingga 337 yuan di wilayah miskin seperti Ningxia, dapat mengajukan permohonan bantuan untuk menambah pendapatan mereka.

Kondisi ini membawa dampak lebih parah bagi sekitar 200 juta bagi buruh-buruh pabrik China yang berasal dari pedesaan. Mereka ini melakukan pekerjaan padat karya dengan upah yang sangat kecil dan memiliki akses terbatas ke perawatan kesehatan masyarakat. Banyak dari mereka kehilangan pekerjaan karena pabrik ditutup, tetapi tidak bisa keluar dari garis kota lantaran pemerintah melakukan lockdown di sebagian besar wilayah untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Stanford University memperkirakan, buruh rural migran telah kehilangan upah hingga US$ 100 miliar selama pemberlakuan lockdown awal tahun ini.

"Mengingat bahwa kita sedang menuju ke arah resesi global yang dalam dalam waktu dekat, bisnis-bisnis yang ditutup menyebabkan tunggakan upah dan kegagalan membayar kontribusi asuransi sosial akan mendorong keresahan tenaga kerja," kata Mimi Zou, akademisi hukum Tiongkok di Oxford University.

Data China Labor Bulletin, yang memantau kondisi perburuhan di negara dengaan ekonomi terbesar kedua di dunia itu, menunjukkan bahwa dari 50 protes pekerja kolektif pada bulan Maret, setengahnya berasal di sektor jasa dan transportasi. Pekerja konstruksi juga memprotes kompensasi, termasuk beberapa yang membantu membangun rumah sakit darurat di Wuhan, pusat epidemi di Cina

"Masalah utama yang kami lihat sudah dalam protes pekerja yang kembali mencuat adalah terutama tunggakan pekerjaan. Pekerja sama sekali tidak dibayar meskipun ada jaminan pemerintah bahwa mereka harusnya dalam daftar gaji." kata Geoffrey Crothall dari China Labor Bulletin.
https://internasional.kontan.co.id/n...sial/?page=all

JPS di china kam mirip korut, pake AK47
Beres, aman boss..

emoticon-Leh Ugaemoticon-Ngakak
lina.wh
.doflamingo.
4iinch
4iinch dan 6 lainnya memberi reputasi
7
520
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar NegeriKASKUS Official
79.1KThread10.8KAnggota
Tampilkan semua post
Lockdown666Avatar border
Lockdown666
#3
bukannya di negara sosialis, penggangguran sudah pasti dapat jaminan sosial gratis? kok beda dengan yang elu2kan oleh para pendukung sosialis selama ini? emoticon-Big Grin
jeerabbit
jeerabbit memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.