- Beranda
- Stories from the Heart
LIMA BELAS MENIT
...
TS
gitartua24
LIMA BELAS MENIT


PROLOG
"Masa SMA adalah masa-masa yang paling ga bisa dilupakan." menurut sebagian orang. Atau paling engga gue anggepnya begitu. Di masa-masa itu gue belajar banyak tentang kehidupan mulai dari persahabatan, bandel-bandel ala remaja, cita-cita, masa depan, sampai menemukan pacar pertama dan terakhir?. Drama? mungkin. pake banget? bisa jadi.
Masa Sma bagi gue adalah tempat dimana gue membentuk jati diri. Terkadang gue bantuin temen yang lagi kena masalah dengan petuah-petuah sok bijak anak umur tujuh belas tahun. Gak jarang juga gue ngerasa labil sama sikap gue sendiri. mau gimana lagi, namanya juga anak muda. Kadang gue suka ketawa-ketawa sendiri dan mengamini betapa bodohnya gue saat itu.
Gue SMA di jaman yang namnya hp B*ackberry lagi booming-boomingnya. Di jaman itu juga yang namanya joget sapel-sapelan lagi hits. Mungkin kalo lo inget pernah masuk atau bahkan bikin squd sendiri terus launching jaket sambil jalan-jalan di mall mungkin lo bakal malu sendiri saat ada temen lo yang ngungkit-ngungkit masa itu. Gue sendiri paling kesel kalo adan orang petantang-petenteng dengan bangganya bilang kalu dia anggota salah satu squad sapel terkenal di ibu kota dan sekitarnya. Secara saat itu gue lebih suka nonton acara metal di Rossi Fatmawati. Playlist lagi gue juga ga jauh-jauh dari aliran metal, punk, hardcore. Mungkin itu yang ngebuat gue ga terlalu suka lagu EDM atau rap yang mumble. Atau bahkan lagu RnB yang sering ada di top 100 Joox dan Spotify. Yaaa meskipun gue sekarang lebih kompromi dengan dengerin lagu apa aja yang gue suka, ga mandang genre.
Oiya, nama gue Atreya xxxxx. Biasa dipanggil Treya, dengan tinggi 182 cm dan berat 75 kg (naik turun tergantung musim). Ganteng dan menawan? relatif. Nama gue mungkin aneh ntuk orang Indonesia. Tapi gue suka dengan nama ini. karena pada dasarnya gue emang gasuka segala sesuatu yang banyak orang lain suka. Gue anak kedua dari dua bersaudara. Gue lahir dan besar di Jakarta, lebih tepatnya Jakarta selatan. Ga tau kenapa ada pride lebih aja Jakarta selatan dibanding bagian Jakarta lainnya, meskipun gue tinggal di Bintaro, hehe. Bokap gue kerja di suatu kantor yang ngurusin seluruh bank yang ada di Indonesia. Meski kerja kantoran tapi bokap gue suka banget yang namanya musik. mungkin darah itu menurun ke gue. Nyokap gue seorang ibu rumah tangga yang ngerangkap jadi pebisnis kecil-kecilah dimana orderan paling ramenya dateng pas bulan puasa. mulai dari makanan kering sampe baju-baju. Kakak gue cewek beda empat tahun. Waktu gue masuk SMA berarti doi baru masuk kuliah. Kakak gue ini orangnya cantik pake banget gan. kembang sekolah gitu dah. Gue bahkan sampe empet kalo ada temen cowoknya yang sok-sok baikin gue.
Lo percaya dengan dunia pararel? Dunia dimana ada diri kita yang lain ngelakuin sesuatu yang beda sama apa yang kita lakuin sekarang. Misalnya lo ada di dua pilihan, dan lo milih pilihan pertama. Untuk beberapa lama setelah lo ngejalanan pilihan lo mungkin lo bakal mukir ""Gue lagi ngapain yaa sekarang kalo milih pilihan yang kedua. mungkin gue lebih bahagi. Atau mungkin lebih sedih." Hal itulah yang ngebuat gue bikin cerita ini.
Ditahun itu gue baru masuk salah satu SMA di Jakarta selatan. Disaat itu juga cerita gue dimulai
INDEX
Part 1 - MOS day
Part 2 - Perkenalan
Part 3 - Peraturan Sekolah
Part 4 - Balik Bareng
Part 5 - Masih MOS Day
part 6 - Terakhir MOS Day
Part 7 - Hujan
Part 8 - Pertemuan
Part 9 - Debat Penting Ga Penting
Part 10 - Atas Nama solidaritas
Part 11 - Rutinitas
Part 12 - Om Galih & Jombang
Part 13 - Gara Gara Cukur Rambut
Part 14 - Rossi Bukan Pembalap
Part 15 - Bertemu Masa Lalu
Part 16 - Menghibur Hati
Part 17 - Ga Makan Ga Minum
Part 18 - SOTR
Part 19 - Tubirmania
Part 20 - Bukber
Part 21 - Masih Bukber
Part 22 - Wakil Ketua Kelas & Wacana
Part 23 - Latihan
Part 24 - The Rock Show
Part 25 - After Show
Part 26 - Anak Kuliahan
Part 27 - Malam Minggu Hacep
Part 28 - Aneh
Part 29 - Kejutan
Part 30 - Dibawah Sinar Warna Warni
Part 31 - Perasaan
Part 32 - Sela & Ramon
Part 33 - HUT
Part 34 - Masuk Angin
part 35 - Kunjungan
Part 36 - Wacana Rico
Part 37 - Atletik
Part 38 - Pengganggu
Part 39 - Nasib jadi Adek
Part 40 - Boys Talk
Part 41 - Taurus
Part 42 - Klise
Part 43 - Eksistensi
Part 44 - Utas VS Aud
Part 45 - Naik Kelas
Part 46 - XI IPA 1
Part 47 - Yang Baru
Part 48 - Lo Pacaran Sama Putri?
Part 49 - Sok Dewasa
Part 50 - Masih Sok Dewasa
Part 51 - Salah Langkah
Part 52 - Penyesalan
Part 53 - Bubur
Part 54 - Bikin Drama
Part 55 - Latihan Drama
Part 56 - Pertunjukan Drama
Part 57 - Coba-Coba
Part 58 - Greet
Part 59 - Sparing
Part 60 - Sedikit Lebih Mengenal
Part 61 - Hal Tidak Terduga
Part 62 - Hal Tidak Terduga Lainnya
Part 63 - Ngedate
Part 64 - Berita Dari Kawan
Part 65 : Second Chance
Part 66 - Maaf Antiklimaks
Part 67 - Bikin Film
Part 68 - Sudden Date
Part 69 - Masih Sudden Date (Lanjut Gak?)
Part 70 - Kok Jadi Gini
Part 71 - Sedikit Penjelasan
Part 72 - Sehari Bersama Manda
Part 73 - Masak Bersama Manda
Part 74 - Malam Bersama Manda
Part 75 - Otw Puncak
Part 76 - Villa & Kebun Teh
Part 77 - Malam Di Puncak
Part 78 - Hari Kedua & Obrolan Malam
Part 79 - Malam Tahun Baru
Part 80 - Shifting
Part 81 - Unclick
Part 82 - Gak Tau Mau Kasih Judul Apa
Part 83 - 17
Part 84 - Hari Yang Aneh
Part 85 - Pertanda Apa
Part 86 - Ups
Part 87 - Menjelang Perpisahan
Part 88 - Cerita Di Bandung
Part 89 - Obrolan Pagi Hari & Pulang
Part 90 - Awal Baru
Part 91 - Agit
Part 92 - Tentang Sahabat
Part 93 - Keberuntungan Atau Kesialan
Part 94 - Memulai Kembali
Part 95 - Belum Ingin Berakhir
Part 96 - Makan Malam
Part 97 - Rutinitas Lama
Part 98 - Sekedar Teman
Part 99 - Bukan Siapa-Siapa
Part 100 - Seperti Dulu
Part 101 - Kue Kering
Part 102 - Perusak Suasana
Part 103 - Cerita Di Warung Pecel
Part 104 - Konfrontasi
Part 105 - Tragedi Puisi
Part 106 - Gak Sengaja Jadian
Part 107 - Day 1
Part 108 - Mengerti
Part 109 - Sisi Lain
Part 110 - Cemburu
Part 111- Cemburu Lagi
Part 112 - Cerita Akhir Tahun
Part 113 - Ketemu Lagi
Part 114 - Malam Panjang
Part 115 - Malam Masih Panjang
Part 116 - Malam Berakhir
Part 117 - Mereka Bertemu
Part 118 - rekonsiliasi
Part 119 - Bicara Masa Depan
Part 120 - Langkah
Part 121 - UN
Part 122 - Pilox & Spidol
Part 123 - Menjelang Prom
Part 124 - Malam Perpisahan
Part 125 - Sebuah Akhir Untuk Awal Baru (TAMAT)
Epilog - Untuk Perempuan Yang Sempat Singgah Di Hati
Terima Kasih, Maaf, & Pengumuman
Special Part : Gadis Manis & Bocah Laki-Laki Di Kursi Depan
MULUSTRASI
Diubah oleh gitartua24 25-04-2022 01:17
JabLai cOY dan 122 lainnya memberi reputasi
119
197.8K
1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gitartua24
#542
Part 60 - Sedikit Lebih Mengenal
Pertandingan kembali berlanjut setelah sedikit perselisihan yang hampir memancing keributan. yah, gue bisa maklum, setiap orang punya caranya sendiri-sendiri buat main futsal. seinget gue, gue juga pernah dipaksa main lawan orang kaya begitu. kaya misalnya sisa jam olahraga yang biasanya dipake buat main bola, karena sekolah negeri kelasnya ada banyak, jadi biasanya ada dua kelas langsung yang olahraga. salah satu dari mereka pasti ada yang berani buat adu kaki pas main bola.
meskipun udah main lagi, tapi pertandingan ga berjalan seperti biasanya. beberapa menit setelah keributan, gue manta buat digantiin. sebenernya gue udah mau minta ganti dari pas setelah ribut, tapi takut gaenak aja sama yang lain.
dan yang rasain sepertinya emang beneran terjadi, seengakknya dari pengamatan gue di bangku cadangan. kita berdua, maksudnya dari kedua kelas mainnnya jadi rada awkward. pas di awal permainan kedua kelas bisa main dengan santai, mulai dari adu bacot sesama tim sampe sorak-sorakan. yang jelas mainnya jadi ga seru lagi.
udah ga ada lagi yang merhatiin skor, gue bahkan ga tau skor akhirnya berapa-berapa. mungkin kalo nanya ke dua orang dari masing-masing kelas jawabannya bakal beda, dan bakal bilang kalau kelas mereka menang.
setelah pertandingan usai, kelasan gue langsung cabut keluar lapangan gara-gara dinda sama cindy mau jajan di luar. tapi sebelum itu kita salam-salaman dulu sama lawan, yaaa seengaknya buat ngejaga sportifitas, lagi pula lawannya kan juga temen sekolah satu angkatan.
saat itu adalah pertamakalinya gue berhadapan dengan putri lagi setelah sekian lama. gue sebisa mungkin untuk bersikap biasa aja. tos-tosan sama lawan, bilang terima kasih, salaman sama putri, sama andra juga pastinya, dia udah ngejogrog dari pas dicadangin. jagaan permaisurinya kali.
kalau di film-film, mungkin udah ada suara piano yang jadi musik latar dan layarnya jadi slow motion. pada akhirnya ga kejadian apa-apa juga. atau malah bisa dibilang udah kaya dua orang saling ga kenal.
setelah ganti baju di kamar mandi, kita ngumpul dulu di lobby, di saat yang bersamaan anak kelasannya putri juga mau cabut, kayanya sih mau nongkrong dulu di tempat lain. dan seperti sebelumnya, putri ngelewatin gue begitu aja, tanpa ngelirik sedikitpun, dan gue cuman bisa ngeliatin dari sebelah. emang ga ngarep apa-apa juga sih, bukannya ga mau, ga bisa malah.
abis anak-anak kelasannya putri bener-bener cabut, barulah terjadi obrolan mengenai pertandingan barusan.
"Sumpah yee, kalau bukan temen seangkatan udah abis tuh si andra gue pukulin." kata samudra yang sepertinya masih menyimpan dendam.
"Emang tadi lo diapain sih sam?" tanya bobby.
"dia ngincernya kaki jing!, kalau mau ngerebut bola pasti ngincer kaki terus. sekali dua kali gapapa dah, lah ini terus-terusan."
"emang ajing tuh orang." sahut rico yang mengalami hal yang sama. "padahal kaga ada jago-jagonya dia main."
"sampah ege tuh orang, orang sering banget gue kolongin." kata samudra.
"tadi skornya berapa-berapa dah?" tanya rian, sementara itu yang lainnya cuman ngangkat bahu.
"berapa-berapa tre?" tanya samudra ke gue.
"kaga tau, ga ada yang merhatiin skor lagi pas abis ribut."
"bener-bener anjing dah nih si andra, padahal harusnya kita menang dua poin tadi." kata sam lagi.
gue ga tau ini temen-temen gua emang kesel sama andra atau sebenernya ngebelain gue dah, soalnya sama anak-anak kelasannya andra yang lain pada biasa andra. oke, sepertinya gue bisa mengimbil kesimpulan kalau mereka semua emang kesel sama si andra.
buat ngebacot, kita malah jadi pada diem-dieman. masih pada cape juga kali. kalo udah gini pasti ada yang nanya.
"mau kemana nih abis ini?" akhirnya rico memecah keebisuan dengan pertanyaan basa-basi.
"emang pada mau kemana lagi nih abis ini?" tanya rian.
"gue mah ngikutin yang lainya aja." jawab anda, dan yang lainnya ngejawab jawaban yang sama. emang pada susah buat nyuruh ngabil keputusan.
"gue kayaknya langsung cabut deh." kiwas yang dari tadi diem akhirnya buka suara. kiwas emang jarang nongkroong sama kita-kita. kerumah bobby yang sekarang udah jadi basecamp aja belom pernah.
yang lainnya mungkin ngerti sih, temen deket kiwas pas kelas sepulu pada di kelas lain semua, atau lebih tepatnya pada di kelas yang sama, kiwas doang yang mencar. tapi anak-anak yang lain tetep nawarin kiwas buat nongkrong sama kita-kita. pada akhirnya kiwas cabut, dan itu ngebuka pintu buat temen-temen gue yang lain buat pada cabut karena ga bisa nongkrong dulu hari itu. gue pun terpaksa cabut karena orang yang gue bonceng juga harus cabut.
"gue ga boleh pulang kemaleman nih." kata cindy.
"yaaah cin, sekali-sekali sih." rico masih ngebujuk cindy biar ikut nongkrong dulu, biar gue ikut nongkrong juga solahnya.
"gabisa co."
"terus lo gimana tre?"
"gue mah ngikut yang gue boncengin co."
"tai kucing, biasanya juga lo yang nahan-nahan kalo lagi nebeng." gue cuman ketawa aja rico bilang gitu.
"kalo engga gue balik naik ojek aja deh."
"yah jangan, malah repot nanti kalo ada apa-apa di jalan." dinda nyegah cindy buat pulang naik ojek, dan akhirnya kita semua mutusin buat cabut. kalo lagi di posisi kaya gini sih gue tinggal ikut-ikut aja sama keputusan yang lain.
di perjalanan pulang, cindy sempet nanya-nanya masalah keributan tadi. "emang si andra mainnya kasar banget yaa tre?" tanya cindy dari kursi penumpang sambil setengah teriak.
"gitu lah, sering banget ngejegal kalo mau ngerebut bola."
"emangnya ga boleh?"
"ga boleh lah, kalau ada wasit harusnya udah pelanggaran itu. kartu merah malah kalau parah banget. apa lagi dia sengaja."
"oooooo"
gue arahkan motor gue melalui jalan tikus yang gue coba buat inget-inget. gue ga terlalu hafal jalan tikus daerah cilandak cipete, padahal tadi pas berangkat lewat sini. gue cuma bisa mengandalkan ingatan gue yang seadanya, apalagi hari udah mulai gelap.
"lo mau kenama lagi abis ini tre?" tanya cindy lagi darii belakang.
"abis nganterin lo beli makan dulu paling."
"makan apaan?"
"nasi goreng gitu paling yang gampang. lo mau makan dulu cin? biar sekalian jalan gue juga."
"boleh, yang di perempatan situ aja tre." cindy menyebutkan perempatan yang persis tadi kita lewatin, perempatan deket smp negeri dan smp swasta islam yang cukup terkenal di daerah cipete.
setelah sampe, cindy langsung nyari tempat duduk, dia udah ngasih tau pesenen dia sebelumnya apa ke gue biar mesennya sekalian.
"mas, nasi goreng satu ga pedes yaaa," itu pesenan cindy. "satu lagi sama mi goreng pedes banget, tambah telor dadar, kecapnya tambahin, sama gorengnya agak lamaan biar agak gosong." itu pesenan gue
pas gue nyamperin cindy, dia lagi ketawa-ketawa sendiri. "kenapa lo ketawa-ketawa sendiri?" tanya gue sambil ngambil tempta duduk.
"gapapa, pesenan lo banyak banget maunya."
gue ikutan ketawa begitu ngerti maksudnya cindy, "udah kebiasaan cin kalo beli di rumah. malah kalo sama langganan deket rumah masaknya harus gue liatin."
"ada-ada aja deh lo."
"eh tre, gue boleh nanya ga?"
"nanya tinggal nanya."
"takutnya lo ngerasa ga enak."
"yaelah cin, kaya sama siapa aja. emang nanya apaan sih, tentang putri?"
"hehehe, tau aja lo."
"emang kurang bahan gosip lo?" kata gue sambil ketawa.
"yeee, gue bukan bigos."
"terus kenapa?"
"penasaran aja, kan kalo dari gosip-gosip orang lain gue udah denger, tapi gue belom pernah denger dari lo sendiri."
"emang nyari bahan gosip kan lo."
"bukan gitu treya, ish. udah deh, gausah jawab, bete gue."
"hahaha, iya iya, tapi gue mau nanya dulu, emang gosip-gosip dari orang lain kaya gimana? gue aja belom pernah denger."
cindy yang gue kasih kesempatan buat ngomong mendadak moodnya berubah lagi jadi ceria, bungung gue kadang-kadang sama cewek.
"yaaa gitu, kalo kata orang-orang kan lo yang nyuekin putri. terus ada yang bilang lo nyuekin putri gara-gara udah punya pacar tapi ga mau ngelepasin putri."
"buset dah, gosip darii mana tuh, belom pernah denger gue."
"adalah, gapenting dari siapanya juga, belom tentu bener juga kan? tapi katanya ceweknya lebih tua dari lo."
"cin, gue aja belom pernah pacaran, putri satu-satunya cewek yang pernah deket sama gue."
"ooooh, berarti yang pernah ngeliat lo jalan sama cewek lain itu salah liat?"
"bukan salah liat kayanya, salah ngira. paling yang liat itu ga tau kalo gue lagi jalan sama kakak gue."
"begitu toh, tapi kalo yang nyuekin Putri?"
"ga salah sih kalo ada yang bilang kaya gitu, gue emang sempet nyuekin dia tapi bukan gara-gara cewek."
"terus?"
"adalah, masalah keluarga dulu. ga kenapa-kenapa sih sebenernya, cuman emang guenya aja yang lebay naggepinnya."
"tapi putri tau kan kalo lo suka sama dia."
"gue belom pernah ngomong langsung."
"berarti lo ngegantungin dong."
"ga salah sih kalo lo nganggepnya kaya gitu. lagian pembelaan gue juga cuman gue takut ngerusak hubungan pertemanan. klise sih, tapi yaudah lah yah."
ga lama kemudian pesenan kita berdua dateng, dan kita lanjut ngobrol lagi sambil makan.
"emang gitu sih tre, kadang tuh lebih nyaman pas di masa pdktnya."
"bentar-bentar, ini kanyanya ada sangkut pautnya sama hubungann lo sekarang nih, hahaha."
"hah? apaan? kaga, gue biasa aja sama cowok gue." tapi cindy malah malingin muka.
"hahaha, ngaku aja deh lo, kaga pinter boong lo sumpah."
"iya iya..." kata cindy akhirnya ngaku setelah diem bebera apsaat.
"ada apa lagi sih emangnya?"
"biasa lah, posesifnya kambuh."
"gara-gara apaan? jangan-jangan gara-gara lo balik sama gue hari ini?"
"yaaa gitu deh."
"emangnya lo ga ngejelasin apa-apa gitu? sama kaya waktu latihan drama dulu dong."
"justru itu, gue malah jujur ke dia kalau gue ngapain aja, gue jalan sama siapa, jelasin kalo dia siapanya gue. biar ga ada curiga-curigaan. eh dianya malah begitu."
"biasanya nih cin yaaa, kalo cowok yang posesif sama curigaan itu justru malah dia yang sebenernya selingkuh. orang yang suka nuduh kan biasanya kan sesuai sama apa yang dituduhinnya."
"sok tau lo."
"wkwkwkwk, yeee si baget. yaudah, gue mah cuman ngasih opini doang."
makanan gue udah abis dari beberapa waktu lalu, sementara itu cindy udah nyerah ngabisin nasi goreng yang sepertinya porsinya terlalu besar buat dia. kebiasaan buruk gue pun muncul. kata orang-orang yang kenal sama gue sih biasanya.
"ga abis nasi goreng lo?"
"kenyang banget gue tre."
"gue abisin yak." kata gue sambil cengar-cengir. sementara itu cindy cuman nyerahi piring nasi gorengnya sambil geleng-geleng.
Pertandingan kembali berlanjut setelah sedikit perselisihan yang hampir memancing keributan. yah, gue bisa maklum, setiap orang punya caranya sendiri-sendiri buat main futsal. seinget gue, gue juga pernah dipaksa main lawan orang kaya begitu. kaya misalnya sisa jam olahraga yang biasanya dipake buat main bola, karena sekolah negeri kelasnya ada banyak, jadi biasanya ada dua kelas langsung yang olahraga. salah satu dari mereka pasti ada yang berani buat adu kaki pas main bola.
meskipun udah main lagi, tapi pertandingan ga berjalan seperti biasanya. beberapa menit setelah keributan, gue manta buat digantiin. sebenernya gue udah mau minta ganti dari pas setelah ribut, tapi takut gaenak aja sama yang lain.
dan yang rasain sepertinya emang beneran terjadi, seengakknya dari pengamatan gue di bangku cadangan. kita berdua, maksudnya dari kedua kelas mainnnya jadi rada awkward. pas di awal permainan kedua kelas bisa main dengan santai, mulai dari adu bacot sesama tim sampe sorak-sorakan. yang jelas mainnya jadi ga seru lagi.
udah ga ada lagi yang merhatiin skor, gue bahkan ga tau skor akhirnya berapa-berapa. mungkin kalo nanya ke dua orang dari masing-masing kelas jawabannya bakal beda, dan bakal bilang kalau kelas mereka menang.
setelah pertandingan usai, kelasan gue langsung cabut keluar lapangan gara-gara dinda sama cindy mau jajan di luar. tapi sebelum itu kita salam-salaman dulu sama lawan, yaaa seengaknya buat ngejaga sportifitas, lagi pula lawannya kan juga temen sekolah satu angkatan.
saat itu adalah pertamakalinya gue berhadapan dengan putri lagi setelah sekian lama. gue sebisa mungkin untuk bersikap biasa aja. tos-tosan sama lawan, bilang terima kasih, salaman sama putri, sama andra juga pastinya, dia udah ngejogrog dari pas dicadangin. jagaan permaisurinya kali.
kalau di film-film, mungkin udah ada suara piano yang jadi musik latar dan layarnya jadi slow motion. pada akhirnya ga kejadian apa-apa juga. atau malah bisa dibilang udah kaya dua orang saling ga kenal.
setelah ganti baju di kamar mandi, kita ngumpul dulu di lobby, di saat yang bersamaan anak kelasannya putri juga mau cabut, kayanya sih mau nongkrong dulu di tempat lain. dan seperti sebelumnya, putri ngelewatin gue begitu aja, tanpa ngelirik sedikitpun, dan gue cuman bisa ngeliatin dari sebelah. emang ga ngarep apa-apa juga sih, bukannya ga mau, ga bisa malah.
abis anak-anak kelasannya putri bener-bener cabut, barulah terjadi obrolan mengenai pertandingan barusan.
"Sumpah yee, kalau bukan temen seangkatan udah abis tuh si andra gue pukulin." kata samudra yang sepertinya masih menyimpan dendam.
"Emang tadi lo diapain sih sam?" tanya bobby.
"dia ngincernya kaki jing!, kalau mau ngerebut bola pasti ngincer kaki terus. sekali dua kali gapapa dah, lah ini terus-terusan."
"emang ajing tuh orang." sahut rico yang mengalami hal yang sama. "padahal kaga ada jago-jagonya dia main."
"sampah ege tuh orang, orang sering banget gue kolongin." kata samudra.
"tadi skornya berapa-berapa dah?" tanya rian, sementara itu yang lainnya cuman ngangkat bahu.
"berapa-berapa tre?" tanya samudra ke gue.
"kaga tau, ga ada yang merhatiin skor lagi pas abis ribut."
"bener-bener anjing dah nih si andra, padahal harusnya kita menang dua poin tadi." kata sam lagi.
gue ga tau ini temen-temen gua emang kesel sama andra atau sebenernya ngebelain gue dah, soalnya sama anak-anak kelasannya andra yang lain pada biasa andra. oke, sepertinya gue bisa mengimbil kesimpulan kalau mereka semua emang kesel sama si andra.
buat ngebacot, kita malah jadi pada diem-dieman. masih pada cape juga kali. kalo udah gini pasti ada yang nanya.
"mau kemana nih abis ini?" akhirnya rico memecah keebisuan dengan pertanyaan basa-basi.
"emang pada mau kemana lagi nih abis ini?" tanya rian.
"gue mah ngikutin yang lainya aja." jawab anda, dan yang lainnya ngejawab jawaban yang sama. emang pada susah buat nyuruh ngabil keputusan.
"gue kayaknya langsung cabut deh." kiwas yang dari tadi diem akhirnya buka suara. kiwas emang jarang nongkroong sama kita-kita. kerumah bobby yang sekarang udah jadi basecamp aja belom pernah.
yang lainnya mungkin ngerti sih, temen deket kiwas pas kelas sepulu pada di kelas lain semua, atau lebih tepatnya pada di kelas yang sama, kiwas doang yang mencar. tapi anak-anak yang lain tetep nawarin kiwas buat nongkrong sama kita-kita. pada akhirnya kiwas cabut, dan itu ngebuka pintu buat temen-temen gue yang lain buat pada cabut karena ga bisa nongkrong dulu hari itu. gue pun terpaksa cabut karena orang yang gue bonceng juga harus cabut.
"gue ga boleh pulang kemaleman nih." kata cindy.
"yaaah cin, sekali-sekali sih." rico masih ngebujuk cindy biar ikut nongkrong dulu, biar gue ikut nongkrong juga solahnya.
"gabisa co."
"terus lo gimana tre?"
"gue mah ngikut yang gue boncengin co."
"tai kucing, biasanya juga lo yang nahan-nahan kalo lagi nebeng." gue cuman ketawa aja rico bilang gitu.
"kalo engga gue balik naik ojek aja deh."
"yah jangan, malah repot nanti kalo ada apa-apa di jalan." dinda nyegah cindy buat pulang naik ojek, dan akhirnya kita semua mutusin buat cabut. kalo lagi di posisi kaya gini sih gue tinggal ikut-ikut aja sama keputusan yang lain.
di perjalanan pulang, cindy sempet nanya-nanya masalah keributan tadi. "emang si andra mainnya kasar banget yaa tre?" tanya cindy dari kursi penumpang sambil setengah teriak.
"gitu lah, sering banget ngejegal kalo mau ngerebut bola."
"emangnya ga boleh?"
"ga boleh lah, kalau ada wasit harusnya udah pelanggaran itu. kartu merah malah kalau parah banget. apa lagi dia sengaja."
"oooooo"
gue arahkan motor gue melalui jalan tikus yang gue coba buat inget-inget. gue ga terlalu hafal jalan tikus daerah cilandak cipete, padahal tadi pas berangkat lewat sini. gue cuma bisa mengandalkan ingatan gue yang seadanya, apalagi hari udah mulai gelap.
"lo mau kenama lagi abis ini tre?" tanya cindy lagi darii belakang.
"abis nganterin lo beli makan dulu paling."
"makan apaan?"
"nasi goreng gitu paling yang gampang. lo mau makan dulu cin? biar sekalian jalan gue juga."
"boleh, yang di perempatan situ aja tre." cindy menyebutkan perempatan yang persis tadi kita lewatin, perempatan deket smp negeri dan smp swasta islam yang cukup terkenal di daerah cipete.
setelah sampe, cindy langsung nyari tempat duduk, dia udah ngasih tau pesenen dia sebelumnya apa ke gue biar mesennya sekalian.
"mas, nasi goreng satu ga pedes yaaa," itu pesenan cindy. "satu lagi sama mi goreng pedes banget, tambah telor dadar, kecapnya tambahin, sama gorengnya agak lamaan biar agak gosong." itu pesenan gue
pas gue nyamperin cindy, dia lagi ketawa-ketawa sendiri. "kenapa lo ketawa-ketawa sendiri?" tanya gue sambil ngambil tempta duduk.
"gapapa, pesenan lo banyak banget maunya."
gue ikutan ketawa begitu ngerti maksudnya cindy, "udah kebiasaan cin kalo beli di rumah. malah kalo sama langganan deket rumah masaknya harus gue liatin."
"ada-ada aja deh lo."
"eh tre, gue boleh nanya ga?"
"nanya tinggal nanya."
"takutnya lo ngerasa ga enak."
"yaelah cin, kaya sama siapa aja. emang nanya apaan sih, tentang putri?"
"hehehe, tau aja lo."
"emang kurang bahan gosip lo?" kata gue sambil ketawa.
"yeee, gue bukan bigos."
"terus kenapa?"
"penasaran aja, kan kalo dari gosip-gosip orang lain gue udah denger, tapi gue belom pernah denger dari lo sendiri."
"emang nyari bahan gosip kan lo."
"bukan gitu treya, ish. udah deh, gausah jawab, bete gue."
"hahaha, iya iya, tapi gue mau nanya dulu, emang gosip-gosip dari orang lain kaya gimana? gue aja belom pernah denger."
cindy yang gue kasih kesempatan buat ngomong mendadak moodnya berubah lagi jadi ceria, bungung gue kadang-kadang sama cewek.
"yaaa gitu, kalo kata orang-orang kan lo yang nyuekin putri. terus ada yang bilang lo nyuekin putri gara-gara udah punya pacar tapi ga mau ngelepasin putri."
"buset dah, gosip darii mana tuh, belom pernah denger gue."
"adalah, gapenting dari siapanya juga, belom tentu bener juga kan? tapi katanya ceweknya lebih tua dari lo."
"cin, gue aja belom pernah pacaran, putri satu-satunya cewek yang pernah deket sama gue."
"ooooh, berarti yang pernah ngeliat lo jalan sama cewek lain itu salah liat?"
"bukan salah liat kayanya, salah ngira. paling yang liat itu ga tau kalo gue lagi jalan sama kakak gue."
"begitu toh, tapi kalo yang nyuekin Putri?"
"ga salah sih kalo ada yang bilang kaya gitu, gue emang sempet nyuekin dia tapi bukan gara-gara cewek."
"terus?"
"adalah, masalah keluarga dulu. ga kenapa-kenapa sih sebenernya, cuman emang guenya aja yang lebay naggepinnya."
"tapi putri tau kan kalo lo suka sama dia."
"gue belom pernah ngomong langsung."
"berarti lo ngegantungin dong."
"ga salah sih kalo lo nganggepnya kaya gitu. lagian pembelaan gue juga cuman gue takut ngerusak hubungan pertemanan. klise sih, tapi yaudah lah yah."
ga lama kemudian pesenan kita berdua dateng, dan kita lanjut ngobrol lagi sambil makan.
"emang gitu sih tre, kadang tuh lebih nyaman pas di masa pdktnya."
"bentar-bentar, ini kanyanya ada sangkut pautnya sama hubungann lo sekarang nih, hahaha."
"hah? apaan? kaga, gue biasa aja sama cowok gue." tapi cindy malah malingin muka.
"hahaha, ngaku aja deh lo, kaga pinter boong lo sumpah."
"iya iya..." kata cindy akhirnya ngaku setelah diem bebera apsaat.
"ada apa lagi sih emangnya?"
"biasa lah, posesifnya kambuh."
"gara-gara apaan? jangan-jangan gara-gara lo balik sama gue hari ini?"
"yaaa gitu deh."
"emangnya lo ga ngejelasin apa-apa gitu? sama kaya waktu latihan drama dulu dong."
"justru itu, gue malah jujur ke dia kalau gue ngapain aja, gue jalan sama siapa, jelasin kalo dia siapanya gue. biar ga ada curiga-curigaan. eh dianya malah begitu."
"biasanya nih cin yaaa, kalo cowok yang posesif sama curigaan itu justru malah dia yang sebenernya selingkuh. orang yang suka nuduh kan biasanya kan sesuai sama apa yang dituduhinnya."
"sok tau lo."
"wkwkwkwk, yeee si baget. yaudah, gue mah cuman ngasih opini doang."
makanan gue udah abis dari beberapa waktu lalu, sementara itu cindy udah nyerah ngabisin nasi goreng yang sepertinya porsinya terlalu besar buat dia. kebiasaan buruk gue pun muncul. kata orang-orang yang kenal sama gue sih biasanya.
"ga abis nasi goreng lo?"
"kenyang banget gue tre."
"gue abisin yak." kata gue sambil cengar-cengir. sementara itu cindy cuman nyerahi piring nasi gorengnya sambil geleng-geleng.
japraha47 dan 21 lainnya memberi reputasi
22