- Beranda
- Berita dan Politik
Gegara Pemudik, ODR di Pacitan Hampir Tembus 10 Ribu Orang
...
TS
gabener.edan
Gegara Pemudik, ODR di Pacitan Hampir Tembus 10 Ribu Orang
Pacitan - Jumlah Orang Dengan Risiko (ODR) di Pacitan terus bertambah. Situs data pantauan COVID-19 menunjukkan hingga Rabu (8/4) pukul 14.00 WIB, angkanya hampir menembus 10 ribu orang.
Angka itu jauh lebih tinggi dibanding lima hari sebelumnya, Jumat (3/4). Saat itu jumlah ODP hanya tercatat 8.130 orang. Lonjakan diduga terjadi seiring banyaknya pemudik yang pulang kampung.
"Berdasar data ini yang paling banyak menyebabkan kenaikan adalah para pendatang," ujar Rahmad Dwiyanto, Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Pacitan, Kamis (9/4/2020).
Terkait tren gelombang kedatangan pemudik, lanjut Rahmad, pemkab menyiapkan antisipasi. Adapun kerangkanya tetap mengacu pada protokol yang sudah ada.
Dijelaskan Rahmad, bagi tiap pemudik yang datang berlaku kewajiban melapor kepada pemangku wilayah di tingkat desa, RW, maupun RT. Tidak itu saja, mereka juga harus menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Dan setelah itu baru karantina mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing," terangnya.
Untuk kepentingan tersebut, pemkab juga minta pihak desa menyiapkan rumah istirahat mandiri. Hal itu penting terutama untuk mengakomodasi jika pemudik datang dalam jumlah besar
Upaya antisipasi lain, lanjut Rahmad, adalah dengan mengoptimalkan fungsi check point di perbatasan. Saat melewati pintu masuk Kota 1001 Gua, pendatang wajib menjalani pemeriksaan.
Tak hanya pemeriksaan kesehatan, mereka juga harus menunjukkan dokumen kependudukan. Untuk kepentingan tersebut, pemkab menempatkan petugas disdukcapil di tiap pos pemeriksaan.
"Untuk check point kita tetap berlangsung. Malah dilengkapi dengan tenaga dari disdukcapil untuk pelaksanaan itu. Jadi untuk scan bukti kependudukan dalam hal ini KTP," pungkas Rahmad.
https://m.detik.com/news/berita-jawa...from=wpm_nhl_2
Semoga mereka sadar diri tuk isolasi diri...
Semoga
Angka itu jauh lebih tinggi dibanding lima hari sebelumnya, Jumat (3/4). Saat itu jumlah ODP hanya tercatat 8.130 orang. Lonjakan diduga terjadi seiring banyaknya pemudik yang pulang kampung.
"Berdasar data ini yang paling banyak menyebabkan kenaikan adalah para pendatang," ujar Rahmad Dwiyanto, Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Pacitan, Kamis (9/4/2020).
Terkait tren gelombang kedatangan pemudik, lanjut Rahmad, pemkab menyiapkan antisipasi. Adapun kerangkanya tetap mengacu pada protokol yang sudah ada.
Dijelaskan Rahmad, bagi tiap pemudik yang datang berlaku kewajiban melapor kepada pemangku wilayah di tingkat desa, RW, maupun RT. Tidak itu saja, mereka juga harus menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Dan setelah itu baru karantina mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing," terangnya.
Untuk kepentingan tersebut, pemkab juga minta pihak desa menyiapkan rumah istirahat mandiri. Hal itu penting terutama untuk mengakomodasi jika pemudik datang dalam jumlah besar
Upaya antisipasi lain, lanjut Rahmad, adalah dengan mengoptimalkan fungsi check point di perbatasan. Saat melewati pintu masuk Kota 1001 Gua, pendatang wajib menjalani pemeriksaan.
Tak hanya pemeriksaan kesehatan, mereka juga harus menunjukkan dokumen kependudukan. Untuk kepentingan tersebut, pemkab menempatkan petugas disdukcapil di tiap pos pemeriksaan.
"Untuk check point kita tetap berlangsung. Malah dilengkapi dengan tenaga dari disdukcapil untuk pelaksanaan itu. Jadi untuk scan bukti kependudukan dalam hal ini KTP," pungkas Rahmad.
https://m.detik.com/news/berita-jawa...from=wpm_nhl_2
Semoga mereka sadar diri tuk isolasi diri...
Semoga
sebelahblog dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.4K
58
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
676.4KThread•46.1KAnggota
Tampilkan semua post
urban21
#8
Mana bisa pemudik suruh mengisolasi diri?
Mereka keliaran kemana2 kalo mudik. Saya dah ngalami sendiri, kemarin ke Klaten Kota. Ada beberapa kluarga yg lagi jalan2 pakai Bahasa Indonesia.
Orang kalo hidupnya di Klaten bahasanya sama kayak Jogja, Solo, Wonogiri, dll pakai bahasa Jawa.
Kalo sekeluarga ngobrolnya pakai bahasa Indonesia bisa diperkirakan artinya...???
stiv8785 memberi reputasi
1
Tutup