Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wismanganAvatar border
TS
wismangan
Dari Jurus Nasi Kucing Hingga Keranda Mayat
Setelah dinyatakan positif terpapar Covid-19, kondisi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berangsur pulih. Lebih dari dua pekan Budi Karya Sumadi mendapatkan perawatan intensif di ruang isolasi RSPAD Gatot Subroto.

Perkembangan terakhir Budi Karya Sumadi bisa dilihat dari video pernyataan dirinya dari ruang perawatan yang beredar di media sosial. Dalam video yang diunggah pada 31 Maret tersebut, selain bertakbir, ia juga menyampaikan pesan semangat melawan virus korona.

Budi Karya Sumadi dinyatakan positif terpapar Covid -19 pada 14 Maret 2020 melalui pengumuman resmi yang disampaikan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Membaiknya kondisi Menhub tentu menjadi harapan bagi semua anak bangsa yang tengah diliputi kepanikan akibat virus ini. Keberhasilan Budi Karya Sumadi akan membuat publik yakin bahwa Covid-19 tidak selalu berakhir dengan kematian.


Namun demikian, kabar yang menyebutkan bahwa Budi Karya Sumadi positif terpapar Covid-19 juga menjadi berita paling mengejutkan sekaligus ironi.

Bagaimana tidak, sebelum keberadaan pasien pertama di Indonesia diakui oleh presiden, Budi Karya Sumadi sempat berkelakar bahwa virus korona tidak mungkin masuk ke Indonesia.

Saat menyampaikan pidato ilmiah dalam acara peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik (HPTT) ke-74 di Grha Sabha Pramana, UGM (17/2), Budi berkelakar bahwa Indonesia kebal korona lantaran gemar makan nasi kucing.


"Tapi (ini) guyonan sama Pak Presiden ya, insyaallah ya, (virus) Covid-19 tidak masuk ke Indonesia karena setiap hari kita makan nasi kucing, jadi kebal," kata Budi Karya.

Apa yang terjadi pada Menteri Budi Karya barangkali bisa menjadi potret kecil bagaimana negara kita menghadapi pandemi global bernama Covid-19 ini.

Dicuplik dari sebagian catatan Borrys Hasian, kita bisa merefleksi kembali bagaimana kita menyikapi Covid-19 sejak awal 2020.

Catatan tersebut sangat membantu untuk memotret perjalanan waktu Covid-19 di Indonesia berikut respons kita terhadap Covid-19.

Dirangkum dari portal-portal tepercaya, kita mengawali rekam jejak ini pada 27 Januari 2020, di mana Presiden Jokowi yang memastikan Covid-19 tidak terdeteksi di Indonesia.

Saat virus korona masih jauh, kita juga sempat memotret sikap Ribka Tjiptaning pada 3 Februari 2020. Dalam sebuah rapat di DPR, Ribka Tjiptaning bercanda dengan menyebut bahwa korona adalah akronim dari komunitas rondo memesona.

Pada fase ini, kita juga masih ingat status Covid-19 di di Indonesia masih menjadi perdebatan. Dunia internasional merasa heran tidak ada satu pun kasus Covid-19 di Indonesia.

Meski pada akhirnya kita juga tahu, ternyata Pemprov DKI Jakarta justru sudah melakukan tracking terhadap ODP yang masuk ke Indonesia sejak pertengahan Januari.

Penegasan bahwa Covid-19 tidak terdeteksi di Indonesia kembali disampaikan pemerintah melalui Menteri Kesehatan Terawan pada 11 Februari.

Menjawab keraguan dunia internasional, Terawan juga menantang Universitas Harvard untuk membuktikan bahwa Covid-19 sudah masuk ke Indonesia.

Sehari berikutnya, yaitu 12 Februari, Indonesia masih percaya diri bahwa Covid-19 belum masuk Indonesia. Bahkan Presiden Jokowi masih kontak telepon dengan Xi Jinping dan menyatakan Indonesia akan membantu Cina melawan korona.

Tanggal 13 Februari, terekam Chief Executive Temasek Foundation International Benedict Cheong berkirim surat ke Pemerintah RI soal bantuan alat uji Covid-19 yang akhirnya tawaran tersebut ditolak.

Pada 17 Februari kita kembali ingat dengan jurus nasi kucing Budi Karya Sumadi yang bikin kebal terhadap korona. Bersamaan dengan itu, Menteri Kesehatan Terawan juga menyebutkan bahwa kekuatan doa menjadi kunci bagaimana RI bebas dari Covid-19.

Masih soal kelakar terhadap Covid-19, pada 24 Februari, Kepala BKPM Bahlil di depan Hary Tanoe mengatakan bahwa korona tak masuk Indonesia karena izinnya susah.

Kepercayaan diri atau entah membuat percaya diri bahwa korona tak masuk Indonesia ini juga ditunjukkan pemerintahan Jokowi pada 26 Februari 2020. Saat itu, Jokowi menggelontorkan dana sebesar Rp 72 miliar untuk influencer dan diskon tiket pesawat untuk mengatasi dampak korona terhadap perekonomian Indonesia.

Kebijakan Jokowi ini diperkuat dengan pernyataan Wapres Ma'ruf Amin yang menyebut bahwa berkah dan kekuatan doa kunut membuat Indonesia terhindar dari Covid-19.

Tiga hari berselang, atau tepatnya 1 Maret 2020, situasi berubah drastis. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan `lancang' menyebut ada 115 kasus Covid-19 di Jakarta.

Lagi-lagi, pernyataan Anies ini dibantah oleh Menteri Terawan dengan menyebut bahwa pernyataan Anies salah alias keliru.
Terawan memastikan semua pasien yang dimaksud Anies adalah negatif.

Fase ini menjadi fase menarik. Di tanggal yang sama, Fahira Idris, anggota DPR RI juga dilaporkan sejumlah pihak ke polisi karena mengunggah informasi terkait pasien Covid-19 di akun Twitter-nya.

Fahira Idris juga di-bully akun-akun buzzer yang menyebut mencari panggung dan menciptakan kepanikan.

Namun, polemik ini langsung berakhir sehari berikutnya. Pada 2 Maret 2020, Presiden Jokowi merilis keberadaan dua pasien Covid-19 dan menyebut Indonesia sudah siap.

Sehari berikutnya, 3 Maret 2020, Menkopolhukam Mahfud MD meminta agar kepala daerah tak menjadikan Covid-19 sebagai panggung politik.

Usai mengakui keberadaan dua pasien covid-19, pada 3 Maret 2020, Presiden Jokowi sebagai kepala negara meminta masyarakat tetap waspada, tetap tenang, dan beraktivitas seperti biasa.

Jokowi juga menyampaikan bahwa gejala Covid-19 mirip seperti flu biasa. Pada 5 Maret, publik kembali ditenangkan oleh Mahfud MD yang menyebutkan bahwa korban meninggal akibat flu biasa jauh lebih banyak dibanding Covid-19.

Melihat situasi Covid-19 di Indonesia, pada 10 Maret 2020, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom meminta Jokowi untuk mengikuti langkah-langkah pencegahan virus korona yang diberikan oleh WHO.

Permintaan dari WHO ini tampaknya tak mendapat tanggapan serius dari pemerintah.

Di tengah polemik WHO dan bagaimana cara Indonesia menghadapi ini, jumlah kasus terus meningkat. Pada 13 Maret, jumlah kasus tercatat menjadi 69 terinfeksi dan empat orang di antaranya meninggal dunia.

Sehari berikutnya, Jokowi menyatakan korona sebagai bencana nasional dan kemudian membentuk gugus tugas menghadapi korona.

Usai fase ini, kita kemudian disibukkan dengan isu-isu pertumbuhan jumlah kasus yang terus meningkat. Pada 19 Maret, jumlah kasus sudah menjadi 227 kasus dan 25 orang di antaranya meninggal dunia.

Dari kenyataan tersebut, pada 24 Maret, baik Jokowi dan Mahfud MD menganulir sendiri pernyataannya sebelumnya yang meminta masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa.

Jokowi mengaku geram masyarakat mengabaikan dan meremehkan Covid-19. Sedangkan Mahfud MD menegaskan bahwa Covid-19 sangat berbahaya.

Meski demikian, pada 24 Maret 2020, Luhut B Pandjaitan masih sempat menegaskan bahwa proyek pemindahan ibu kota jalan terus. Usai itu, tema menghadapi korona ini terletak pada debat antara lockdown dan bukan lockdown.

Diskusi ini cukup melelahkan hingga saat ini. Namun yang perlu dicatat, pada 29 Maret, kasus Covid-19 sudah mencapai 1.155 kasus dan 102 di antaranya meninggal dunia.

Sehari berikutnya, kasus sudah mencapai angka 1.414. Dan Jokowi menyatakan darurat sipil yang belakangan dikenal dengan istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Sampai hari ini, Minggu (5/4) pukul 15.00 WIB, catatan yang bisa kita torehkan adalah kasus Covid-19 di Indonesia telah mencapai angka 2.009 kasus dengan 191 kematian.

Sementara secara global, Covid-19 telah menyebar ke 206 negara dengan 976.249 kasus berikut 50.489 kematian.

Catatan hari ini juga, pemerintah daerah yang rata-rata sudah siap dengan skenario paling sederhana dengan melakukan lockdown tampak dilema dengan kebijakan pusat.

Kepala daerah yang tahu langsung bagaimana situasi psikologis warganya menghadapi korona ini seakan tak berdaya dan tak punya kekuatan untuk menerapkan kebijakan yang ingin dijalankan.

Di satu sisi mereka yakin harus melakukan langkah tegas dan terukur. Namun di sisi lain, tak ada payung hukum yang bisa memastikan kebijakannya berjalan.

Di tengah kebingungan kebijakan pusat yang dinilai banyak pihak ragu, sejumlah kepala daerah terpaksa melakukan sosialisasi dengan caranya sendiri.

Sejumlah portal tepercaya juga menampilkan sejumlah kepala daerah maupun kepolisian keliling langsung ke warga untuk meminta warga banyak berdiam diri di rumah.

Beberapa di antara mereka juga keliling membawa keranda mayat untuk meyakinkan bahwa pesan yang disampaikan pemerintah kali ini benar-benar serius. Keranda mayat tersebut barangkali menjadi akhir dari keraguan sikap pemerintah sebelumnya terhadap Covid-19.

https://bangka.tribunnews.com/amp/20...mayat?page=all

Ada saja ya
lina.wh
4iinch
sebelahblog
sebelahblog dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.6K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Tampilkan semua post
AparatkaskusAvatar border
Aparatkaskus
#10
Dasar pemerintahan srimulat..
agus.malaikat.
abdul.kumat
liee
liee dan 3 lainnya memberi reputasi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.