- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#55
Spoiler for Part 28:
Part 28
.
.
.
Aku berjalan gontai memasuki pintu lab untuk menuju ruang asisten, setelah aku sampai didepan ruang asisten aku hanya melihat devan yang sesang bermainan permainan yang tadi kami mainkan sebelum aku mengantarkan viny pulang.
Devan: "lah, ini dia orangnya, ayo lanjut lagi"
Aku: "ayodah"
Akupun langsung menerima ajakan devan untuk melanjutkan permainan kami sebelumnya.
Devan: "lu pake apa?"
Aku: "gue liverpool ajalah"
Devan: "yaudah, kalo gitu gue ganti dah"
Aku: "gakusah lah, lu pake madrid aja"
Devan: "sok sok an lu, mentang-mentang tadi menang, inget tuh yang kemaren"
Aku: "yaudah, gue pake milan dah, lu pake madrid"
Devan: "nah, gitu dong"
Aku dan devan pun kembali larut dalam permainan, tapi untuk sekarang pikiran ku tidak sepenuhnya fokus pada permainan kali ini.
Sekarang sudah tidak terhitung gol yang berhasil devan cetak ke gawang tim ku. Setiap kali mencetak gol, devan selalu meledekku untuk memancing emosiku.
Tapi aku sama sekali tidak merespon ledekan dari devan, aku hanya diam dan melanjutkan perminan sebisaku.
Devan: "nat, lu serius gak sih mainnya, ampe 8-0 gini, males banget gue kalo lu nge poor"
Aku: "lagi gak mood main gue van"
Devan: "kenapa lu nat, perasaan sebelum lu pergi tadi muka lu seneng-seneng aja dah, sekarang kenapa jadi kusut gini"
Aku: "gakpapa van, udah, ayo lanjut"
Devan: "males gue nat, lu gak serius"
Sambil berkata seperti itu devan menjeda game yang sedang kami mainkan, setelah itu devan mengambil rokok disaku kemejanya, lalu membakarnya.
Devan: "rokok gak lu?"
Aku: "kagak, gue masih ada"
Akupun mengambil 1 kotak rokok dari saku celana jeansku, lalu mengambil 1 batang rokok untuk kunikmati.
Aku: "korek van"
Devan: "nih"
Akupun membakar rokok yang sudah ada ditanganku.
Devan: "bukannya lu udah baikan ya sama beby nat?"
Aku: "udah van, btw tau darimana lu?"
Devan menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskannya.
Devan: "lu pikir gue gak merhatiin lu nat"
Aku: "merhatiin apaan?"
Devan: "pas malem sabtu kita nongkrong, muka lu yang kemaren-kemarennya kusut banget nih kayak sekarang, tiba-tiba langsung berubah jadi ceria kayak gitu"
Mendengar jawaban devan, aku jadi teringat kejadian dimana beby menghampiriku yang sedang duduk digazebo sambil meletekkan 2 lembar uang 100 ribuan didepanku.
Memang setelah kejadian itu sikapku yang awalnya agak sedikit murung langsung berubah drastis.
Aku: "hehe, iya sih"
Devan: "lah terus, sekarang lu kenapa lagi?"
Aku: "tadi pas gue nganter viny kerumah, gue ngeliat beby baru pulang abis jalan sama sakti"
Devan: "lah, terus kenapa emang kalo beby abis jalan sama sakti?"
Aku: "ya gak kenapa-kenapa sih"
Devan: "lu cemburu ya?"
Aku: "ya kalo jujur-jujuran, bisa dibilang iya sih"
Devan: "kenapa emang?"
Sebelum menjawab pertanyaan devan, aku menghisap rokokku dalam-dalam, lalu menghembuskannya
Aku: "yaaahh, gue kira apa yang udah gue sama dia laluin akhir-akhir ini bisa bikin gue istimewa dan satu-satunya buat dia van"
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk
Sontak jawabanku membuat devan tertawa terbahak-bahak.
Devan: "tai lah nat bahasa lu!!!, emang lu udah ngapain aja sama dia?"
Untuk menjawab pertanyaan devan kali ini, akupun menceritakan semua momen-momen yang sudah aku lalui mulai dari aku mengenal beby pertama kali, sampai momen-momen yang terjadi akhir-akhir ini.
Disetiap ceritaku tentang kejadian disuatu momen tertentu, aku juga menceritakan emosi dan perasaanku sesuai dengan momen yang sedang aku ceritakan.
Akhirnya untuk pertama kali aku menceritakan dengan detail mengenai hubungan tidak jelas yang kujalani dengan beby sekarang kepada orang lain.
Sebenarnya aku tidak terlalu keberatan jika harus bercerita kepada devan, toh sekarang aku memang lagi butuh seseorang untuk membagi kisahku.
Aku yakin dia paham, mana cerita yang bisa diceritakan lagi kepada orang lain, dan mana cerita yang tidak perlu disebarkan.
Lagi pula devan juga sering berbagi kisah cintanya dengan veranda kepadaku, jadi aku yakin devan orang yang tepat.
.
.
.
Devan: "njirr, keren juga lu"
Aku: "keren apanya anjing"
Devan: "gue kira hubungan lu sama beby gak sampai sejauh itu"
Aku: "ya gitu lah, gue juga gak nyangka, meskipun ini belum bisa dibilang jauh"
Devan menekan puntung rokoknya kedalam asbak untuk mematikan rokoknya yang masih menyala.
Devan: "terus soal sakti?, bukannya kata viny itu mantannya doang ya?"
Aku: "iya sih van, tapi kalo gue denger cerita dari viny, sakti kayaknya spesial deh van buat beby"
Devan: "tau dari mana lu?"
Aku: "kata si viny, sakti udah deket banget sama keluarga beby, sakti juga temen kakaknya beby, dan mereka udah pacaran mulai SMA"
Devan: "oooohhh"
Aku: "terus, lu inget gak beberapa minggu yang lalu beby jadi pendiem"
Devan: "iya, inget"
Aku: "nah, itu mereka baru putus"
Devan: "ooooohh, iya, gue inget, pantesan"
Suasana menjadi hening karena tidak ada kalimat yang keluar baik dari mulutku ataupun mulut devan.
Devan: "tapi ya nat, kalo gue denger dari cerita lo, kayaknya beby juga nganggep lo spesial"
Aku: "awalnya juga gue ngira gitu"
Aku menghembuskan nafas dengan kasar, lalu mematikan rokokku yang memang sudah mulai habis.
Aku: "tapi... setelah gue liat kejadian tadi, kayaknya gue doang yang kepedean van"
Devan: "hmmmm, tapi gak salah lo nat"
Aku: "gak salah gimana?"
Devan kembali mengambil rokok, lalu menyalakannya.
Devan: "ya gak salah, sakti udah bukan pacar beby, dan lu juga gak tau, alesab dia jalan hari ini kenapa, dia jalan kemana, siapa tau memang ada kepentingan"
Aku: "gak mungkin lah, jelas-jelas sakti udah kenal dia lama, dia baru aja putus, paling bentar lagi balikan"
Devan: "pesimis banget sih lu nat"
Aku: "gue cuma gak mau kepedan van"
Devan kembali menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
Devan: "gue kasih tau ya nat, cinta itu gak mandang udah berapa lama dia kenal lu, udah berapa dia deket sama lu, kalo emang udah ada cheimistrynya, orang yang baru ketemu juga udah bisa saling jatuh cinta nat"
Suasana menjadi hening setelah devan mengucapkan kalimat terakhirnya.
Aku: "halaaah, tai kuda!!!, sok ngerti lo tentang cinta"
Buuukk...
Devan menjitak kepalaku.
Devan: "yeeee, si monyet dibilangin gak percaya"
Aku: "yaialah, lu aja digantung mulu ama veranda, malah sekarang sok-sokan ngomongin cinta"
Devan: "heh babi, itu mah tinggal nunggu waktu"
Aku: "halaah, dari kemaren gitu mulu ngomongnya, buktinya 0 besar"
Devan: "yeee, awas aja lu kalo sampe gue dapet!!!"
Aku: "bacot"
Sekarang devan memutar kursinya kearahku.
Devan: "btw nat, kalo gue liat-liat, lu sama beby punya cheimistry yang kuat loh"
Aku: " Sok tau lu"
Devan hanya membalas kalimat terakhirku dengan kekehan kecil.
Devan: "hehe, tapi lu inget gak nat?"
Aku: "apaan?"
Devan: "3 kaleng surya ya?"
Degggg....
Mendegar kalimat terakhir dari devan , aku jadi teringat janji yang pernah kuucapkan didepan teman-temanku.
"Anjiiinggg, tekor mah ini namanya"
Huuuhhh, ya tapi mau bagaimana lagi, omongan adalah janji yang harus ditepati, jadi yaaa mau tidak mau.
.
.
.
Aku berjalan gontai memasuki pintu lab untuk menuju ruang asisten, setelah aku sampai didepan ruang asisten aku hanya melihat devan yang sesang bermainan permainan yang tadi kami mainkan sebelum aku mengantarkan viny pulang.
Devan: "lah, ini dia orangnya, ayo lanjut lagi"
Aku: "ayodah"
Akupun langsung menerima ajakan devan untuk melanjutkan permainan kami sebelumnya.
Devan: "lu pake apa?"
Aku: "gue liverpool ajalah"
Devan: "yaudah, kalo gitu gue ganti dah"
Aku: "gakusah lah, lu pake madrid aja"
Devan: "sok sok an lu, mentang-mentang tadi menang, inget tuh yang kemaren"
Aku: "yaudah, gue pake milan dah, lu pake madrid"
Devan: "nah, gitu dong"
Aku dan devan pun kembali larut dalam permainan, tapi untuk sekarang pikiran ku tidak sepenuhnya fokus pada permainan kali ini.
Sekarang sudah tidak terhitung gol yang berhasil devan cetak ke gawang tim ku. Setiap kali mencetak gol, devan selalu meledekku untuk memancing emosiku.
Tapi aku sama sekali tidak merespon ledekan dari devan, aku hanya diam dan melanjutkan perminan sebisaku.
Devan: "nat, lu serius gak sih mainnya, ampe 8-0 gini, males banget gue kalo lu nge poor"
Aku: "lagi gak mood main gue van"
Devan: "kenapa lu nat, perasaan sebelum lu pergi tadi muka lu seneng-seneng aja dah, sekarang kenapa jadi kusut gini"
Aku: "gakpapa van, udah, ayo lanjut"
Devan: "males gue nat, lu gak serius"
Sambil berkata seperti itu devan menjeda game yang sedang kami mainkan, setelah itu devan mengambil rokok disaku kemejanya, lalu membakarnya.
Devan: "rokok gak lu?"
Aku: "kagak, gue masih ada"
Akupun mengambil 1 kotak rokok dari saku celana jeansku, lalu mengambil 1 batang rokok untuk kunikmati.
Aku: "korek van"
Devan: "nih"
Akupun membakar rokok yang sudah ada ditanganku.
Devan: "bukannya lu udah baikan ya sama beby nat?"
Aku: "udah van, btw tau darimana lu?"
Devan menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskannya.
Devan: "lu pikir gue gak merhatiin lu nat"
Aku: "merhatiin apaan?"
Devan: "pas malem sabtu kita nongkrong, muka lu yang kemaren-kemarennya kusut banget nih kayak sekarang, tiba-tiba langsung berubah jadi ceria kayak gitu"
Mendengar jawaban devan, aku jadi teringat kejadian dimana beby menghampiriku yang sedang duduk digazebo sambil meletekkan 2 lembar uang 100 ribuan didepanku.
Memang setelah kejadian itu sikapku yang awalnya agak sedikit murung langsung berubah drastis.
Aku: "hehe, iya sih"
Devan: "lah terus, sekarang lu kenapa lagi?"
Aku: "tadi pas gue nganter viny kerumah, gue ngeliat beby baru pulang abis jalan sama sakti"
Devan: "lah, terus kenapa emang kalo beby abis jalan sama sakti?"
Aku: "ya gak kenapa-kenapa sih"
Devan: "lu cemburu ya?"
Aku: "ya kalo jujur-jujuran, bisa dibilang iya sih"
Devan: "kenapa emang?"
Sebelum menjawab pertanyaan devan, aku menghisap rokokku dalam-dalam, lalu menghembuskannya
Aku: "yaaahh, gue kira apa yang udah gue sama dia laluin akhir-akhir ini bisa bikin gue istimewa dan satu-satunya buat dia van"
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk
Sontak jawabanku membuat devan tertawa terbahak-bahak.
Devan: "tai lah nat bahasa lu!!!, emang lu udah ngapain aja sama dia?"
Untuk menjawab pertanyaan devan kali ini, akupun menceritakan semua momen-momen yang sudah aku lalui mulai dari aku mengenal beby pertama kali, sampai momen-momen yang terjadi akhir-akhir ini.
Disetiap ceritaku tentang kejadian disuatu momen tertentu, aku juga menceritakan emosi dan perasaanku sesuai dengan momen yang sedang aku ceritakan.
Akhirnya untuk pertama kali aku menceritakan dengan detail mengenai hubungan tidak jelas yang kujalani dengan beby sekarang kepada orang lain.
Sebenarnya aku tidak terlalu keberatan jika harus bercerita kepada devan, toh sekarang aku memang lagi butuh seseorang untuk membagi kisahku.
Aku yakin dia paham, mana cerita yang bisa diceritakan lagi kepada orang lain, dan mana cerita yang tidak perlu disebarkan.
Lagi pula devan juga sering berbagi kisah cintanya dengan veranda kepadaku, jadi aku yakin devan orang yang tepat.
.
.
.
Devan: "njirr, keren juga lu"
Aku: "keren apanya anjing"
Devan: "gue kira hubungan lu sama beby gak sampai sejauh itu"
Aku: "ya gitu lah, gue juga gak nyangka, meskipun ini belum bisa dibilang jauh"
Devan menekan puntung rokoknya kedalam asbak untuk mematikan rokoknya yang masih menyala.
Devan: "terus soal sakti?, bukannya kata viny itu mantannya doang ya?"
Aku: "iya sih van, tapi kalo gue denger cerita dari viny, sakti kayaknya spesial deh van buat beby"
Devan: "tau dari mana lu?"
Aku: "kata si viny, sakti udah deket banget sama keluarga beby, sakti juga temen kakaknya beby, dan mereka udah pacaran mulai SMA"
Devan: "oooohhh"
Aku: "terus, lu inget gak beberapa minggu yang lalu beby jadi pendiem"
Devan: "iya, inget"
Aku: "nah, itu mereka baru putus"
Devan: "ooooohh, iya, gue inget, pantesan"
Suasana menjadi hening karena tidak ada kalimat yang keluar baik dari mulutku ataupun mulut devan.
Devan: "tapi ya nat, kalo gue denger dari cerita lo, kayaknya beby juga nganggep lo spesial"
Aku: "awalnya juga gue ngira gitu"
Aku menghembuskan nafas dengan kasar, lalu mematikan rokokku yang memang sudah mulai habis.
Aku: "tapi... setelah gue liat kejadian tadi, kayaknya gue doang yang kepedean van"
Devan: "hmmmm, tapi gak salah lo nat"
Aku: "gak salah gimana?"
Devan kembali mengambil rokok, lalu menyalakannya.
Devan: "ya gak salah, sakti udah bukan pacar beby, dan lu juga gak tau, alesab dia jalan hari ini kenapa, dia jalan kemana, siapa tau memang ada kepentingan"
Aku: "gak mungkin lah, jelas-jelas sakti udah kenal dia lama, dia baru aja putus, paling bentar lagi balikan"
Devan: "pesimis banget sih lu nat"
Aku: "gue cuma gak mau kepedan van"
Devan kembali menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
Devan: "gue kasih tau ya nat, cinta itu gak mandang udah berapa lama dia kenal lu, udah berapa dia deket sama lu, kalo emang udah ada cheimistrynya, orang yang baru ketemu juga udah bisa saling jatuh cinta nat"
Suasana menjadi hening setelah devan mengucapkan kalimat terakhirnya.
Aku: "halaaah, tai kuda!!!, sok ngerti lo tentang cinta"
Buuukk...
Devan menjitak kepalaku.
Devan: "yeeee, si monyet dibilangin gak percaya"
Aku: "yaialah, lu aja digantung mulu ama veranda, malah sekarang sok-sokan ngomongin cinta"
Devan: "heh babi, itu mah tinggal nunggu waktu"
Aku: "halaah, dari kemaren gitu mulu ngomongnya, buktinya 0 besar"
Devan: "yeee, awas aja lu kalo sampe gue dapet!!!"
Aku: "bacot"
Sekarang devan memutar kursinya kearahku.
Devan: "btw nat, kalo gue liat-liat, lu sama beby punya cheimistry yang kuat loh"
Aku: " Sok tau lu"
Devan hanya membalas kalimat terakhirku dengan kekehan kecil.
Devan: "hehe, tapi lu inget gak nat?"
Aku: "apaan?"
Devan: "3 kaleng surya ya?"
Degggg....
Mendegar kalimat terakhir dari devan , aku jadi teringat janji yang pernah kuucapkan didepan teman-temanku.
Spoiler for Flashback (Part 5):
Aku: "gak mungkinn, kalo sampe gue suka sama dia, gue bakal bawa surya 3 kaleng buat kita di lab"
"Anjiiinggg, tekor mah ini namanya"
Huuuhhh, ya tapi mau bagaimana lagi, omongan adalah janji yang harus ditepati, jadi yaaa mau tidak mau.
Herisyahrian dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas
