- Beranda
- Stories from the Heart
Pelet Orang Banten
...
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten

Assalamualaikum wr.wb.
Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.
Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.
Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.
Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi
), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.
Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.
Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini

*
Bismillahirrahmanirrahim
Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.
Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.
Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.
Awalnya aku hendak mengantarnya
tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.
"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.
"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."
Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.
"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"
Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.
"Bukan," jawab istriku.
Aku langsung memandang istriku dengan heran.
"Terus siapa?"
"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."
"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.
Istriku menggelengkan kepalanya.
"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.
Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."
"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.
Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.
Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.
Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati

"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.
Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja

Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol.
Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.
Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.
"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.
Penyebabnya adalah los kompresi
Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku.
Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.
Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.
Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.
"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.
Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.
Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.
"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."
"Atur aja bang," kataku cepat.
Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.
"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.
"Oke,"
Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.
Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.
Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.
Jam menunjukan pukul 12:00 wib.
Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.
"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.
"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.
Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering.
Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.
"Nomer siapa nih," desisku.
Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.
Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.
Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.
Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.
"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.
"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.
"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.
"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.
"Oh, mas Sumarno," kataku.
Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.
"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.
"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.
Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.
Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.
Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."
***
Part 1
Pelet Orang Banten
Quote:
Part 2
Teror Alam Ghaib
Quote:
Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

*
Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya
Diubah oleh papahmuda099 05-04-2024 04:27
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
333.7K
3.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
papahmuda099
#239
Abah bag.2
Tapi, belum sempat aku mengucapkan hasil dari keputusanku. Abah mengangkat tangannya terlebih dahulu. Aku segera menahan diri.

"Tahan dulu, mas. Abah gak mau mas mengambil keputusan dengan terburu-buru. Soalnya Abah lihat mas masih ada perasaan bimbang. Jadi, sambil mas mempertimbangkan baik-baik keputusan mas. Abah akan membuka semuanya dulu."
"Maksud Abah ?" Tanyaku.
"Maksud Abah, biar Abah ceritakan juga siapa orang-orang yang ingin membuat si Eneng ini celaka. Apa motif dan tujuannya. Karena semua ini saling berkepentingan."
"Baik, Abah. Silahkan Abah lanjutkan," kataku.
Sebelum Abah kembali bercerita, Abah memanggil salah seorang santrinya yang kebetulan sedang berada dipondok bagian bawah.
"Soleh," panggil Abah.
Terdengar langkah kaki bergegas menaiki tangga kayu itu.
Kemudian muncul Soleh, santri Abah yang masih berusia belasan tahun.
"Iya, bah. Ada apa ?" Tanya Soleh sambil melihatku dan istriku. Ia sedikit mengangguk hormat. Aku dan istriku membalas anggukan itu.
"Abah minta tolong, kamu ambil air dibotol dikamar Abah. Tanya aja sama ibu. Ibu sudah tau kok. Oya, sama bawakan kopi 2 dan teh manis panas 1," ujar Abah.
"Baik, bah," jawab Soleh.
Ia lalu bergegas turun.
Setelah kepergian Soleh, Abah bersiap memulai ceritanya.
"Jadi gini, mas, neng," kata Abah kepada kami berdua. "Selain si mas, yang memang tidak ada niat jahat, ada 3 orang lain lagi yang bermaksud mencelakakan si Eneng. Disini akan Abah buka semuanya. Biar kalian tidak mencurigai orang yang tidak bersalah."
"Iya, bah," sahut kami berdua.
"Ketiga orang yang Abah maksud ini mungkin agak mengagetkan. Jadi Abah minta, terutama si Eneng, agar menyiapkan diri untuk mendengarkan," kata Abah sambil menoleh istriku.
Kulihat istriku mengangguk kecil.
Sebelum memulai, Abah menarik nafas panjang dan dalam.
"Semoga, apa yang Abah akan katakan ini semuanya berasal dari yang maha kuasa, Allah SWT. Karena Abah hanyalah manusia biasa seperti kalian, hanya saja, Alhamdulillah Abah dikasih kepercayaan sama Gusti Allah sebuah kelebihan. Dan kelebihan ini, mudah-mudahan bisa Abah gunakan untuk kebaikan."
"Aamiin, bah," kataku.
"Dari yang Abah lihat, 2 dari 3 orang ini sudah bekerja sama untuk menghancurkan eneng," Abah kembali menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Seperti ada beban yang sangat berat. Entahlah, aku tak tahu.
"Orang pertama namanya adalah Iyah," kata Abah sambil melihat reaksi istriku. Kulihat tidak ada perubahan yang berarti diraut wajahnya. Karena iya itu dari yang kudengar dari istriku, sudah agak lama keluar dari pabrik.
"Si Iyah ini, Abah lihat sudah tidak bekerja dipabrik lagi. Tapi, dia mempunyai rasa dendam pribadi kepada Eneng. Karena Eneng sudah memecatnya dan mengeluarkannya dari pabrik waktu itu. Nah, kebetulan, orang tua si Iyah ini adalah seorang dukun. Yang biasa dimintai tolong warga sekitar. Sebenarnya sudah lama dukun ini berniat mencelakai Eneng dan si mas. Hanya saja, Alhamdulillah. Ilmunya masih belum mampu menembus pagar ghaib Eneng dan si mas," ujarnya.
Aku tahu, Abah sengaja merendah dengan tidak menyebutkan pagar ghaib apa itu. Karena seingatku, sekitar setahun yang lalu, kami berdua pernah diruwat oleh abah. Abah hanya bilang itu untuk membersihkan energi-energi negatif ditubuh kami. Juga untuk jaga-jaga badan aja. Jadi, secara tidak langsung, itu menunjukan bahwa ilmu orang tua Iyah, masih dibawah Abah.
Saat Abah hendak berbicara kembali, Soleh muncul dengan membawa nampan yang berisi semua pesanan Abah.
Soleh lalu menghindangkan kopi didepan Abah dan aku. Sedangkan tehanis disiapkan untuk istriku. Ada juga sebuah botol Aqua yang penuh air.
"Diminum dulu, mas, neng," ujar Abah mempersilahkan kami.
Kami lalu meminumnya.
Setelah beberapa teguk, Abah tampak mengeluarkan rokok favoritnya, Dunhill putih. Kupikir ia akan merokok sebats dulu.
Tetapi ternyata Abah memasukannya lagi. Setelah kuperhatikan, ternyata disekitar kami tidak ada korek apinya.

Aku tersenyum kecil, begitupun dengan istriku.
Abah sendiri tertawa mengetahui candaannya mengenai kami.

Suasana agak sedikit cair dengan kelekar Abah barusan.
"Nah, sekarang abah akan ceritakan orang kedua dan ketiga ini," kata Abah melanjutkan cerita.
"Seperti yang sudah Abah singgung sebelumnya. Bahwa kedua orang ini bekerja sama untuk menghancurkan si Eneng. Mereka berbeda maksud, tapi memiliki satu tujuan. Dan mereka adalah Sukirman dan Rika."

Aku dan istriku terkejut. Kalau Sukirman, memang sudah kami duga sebelumnya. Tapi nama terakhir yang Abah katakan sungguh mengejutkan kami.
Karena sepengetahuanku, Rika itu sangat baik dengan kami. Pernah kulihat ia dan istriku makan bersama dikontrakan kami. Kadang juga setiap malam minggu, Rika, istriku dan juga beberapa temannya satu pabrik suka melakukan makan seruit bareng. Makan dengan cara khas Lampung.
Abah kembali berkata.
"Tujuan Sukirman adalah untuk mendapatkan si Eneng. Jadi, dia itu tadinya berharap, saat kejadian tadi siang itu. Rumah tangga kalian bubar berantakan. Biar Abah rinci agar si mas dan Eneng paham."
Abah meneguk dulu kopinya sebelum melanjutkan perkataannya.
"Jadi, awalnya. Sukirman memang bertujuan untuk mendapatkan si Eneng, karena rumah tangga Sukirman, Abah lihat sedang kacau. Jadi Sukirman berniat untuk menceraikan istrinya. Dan akan menggantikannya dengan si Eneng. Selain karena secara fisik si Eneng lebih cantik, juga karena si Eneng ini Sukirman anggap akan bisa membantunya dalam masalah ekonomi. Karena gaji Eneng yang lumayan besar bisa menutupi gaya hidupnya. Maka mulailah ia membuat rencana."
Aku menatap Abah dengan tegang. Tak kusangka Sukirman sudah memikirkan hal sekeji itu. Berniat menghancurkan rumah tanggaku demi kepuasan dia sendiri.
Tanganku mengepal. Aku mulai menyesal, kenapa tak kuhajar saja dia tadi siang.
Abah seperti mengerti jalan pemikiranku barusan.
Ia kembali memukul pelan dengkulku.
Sambil tersenyum Abah menggelengkan kepalanya.
Aku menghela nafas. Membuang segala rasa emosi yang tadi sempat masuk kehatiku ini.
Setelah melihatku tenang, Abah melihat istriku. Abah juga melihat istriku. Aku juga melihatnya.
Istriku duduk dengan tenang. Wajahnya meskipun terlihat masih sedih. Tapi entah kenapa tak ada ekspersi apapun diwajahnya.
( Nantinya, setelah beberapa lama. Disaat aku tanya perasaannya waktu itu. Istriku berkata, "bunda waktu itu udah capek, yah. Bunda udah pasrah dengan semua keputusan yang akan ayah katakan. Air mata bunda juga udah capek. Jadi bunda udah lillahita'ala, yah.")
Abah lalu berkata lagi.
"Langkah yang pertama Sukirman jalani adalah, ia mulai sering memperhatikan si Eneng. Karena ilmu sukirman itu, ada dikedua mata dan alisnya. Jadi dia itu berusaha untuk si Eneng melihatnya. Dan saling bertatap mata. Agar Sukirman mulai bisa melancarkan aksi peletnya. Hanya saja, ilmunya itu masih tak sanggup untuk masuk kedalam tubuh Eneng. Dan, secara tak sengaja bertemulah ia dengan Rika."
Jantungku berdebaran, karena cerita ini aku yakin akan memasuki intinya.
"Rika sendiri, iri dengan kesuksesan si Eneng. Karena ia merasa, kerjaannya sudah repot dan banyak. Tapi gaji hanya setengah dari gaji si Eneng. Dan dia berambisi untuk menyingkirkan si Eneng dari pabrik itu. Agar nantinya, ia bisa mendapatkan posisi sebagai spv. Lalu sepenglihatan Abah, Rika ini bertemu dengan Sukirman saat mereka berdua tak sengaja bertemu disebuah tempat yang keramat. Saat mereka sedang tirakat untuk mencelakakan si Eneng."

Aku lalu menyela perkataan Abah.
"Maaf, bah. Tapi bukannya kalau kita ziarah atau tirakat itu untuk keperluan yang baik-baik saja. Dan tempat yang diziarahi itu biasanya makam-makan wali atau orang-orang shaleh ?" Tanyaku.
Abah tersenyum.
"Mas, ditempat-tempat itu tidak saja berdiam ruh-ruh para wali yang diizinkan Allah untuk memberikan manfaat. Tapi juga ada jin-jin kafir yang bersiap untuk menyesatkan orang-orang yang datang dengan maksud dan tujuan buruk. Mas pahamkan ?"
( Ruh disini abah tidak menjelaskan dengan detail. Apakah itu ruh aslinya, atau jin qorin atau apapun itu ).
Aku mengangguk.
"Nah, para jin-jin jahat itulah yang membantu orang-orang seperti mereka untuk memuluskan jalan mereka." Jelas Abah.
Lalu katanya lagi, "disaat mereka bertemu dan akhirnya saling berbincang. Ternyata mereka satu tujuan. Dan dibuatlah rencana itu. Disini, peran Sukirman adalah sebagai pelaksana. Sedangkan Rika sebagai back up-annya. Dan hal yang pertama mereka lakukan adalah bersama-sama mengirimkan ilmu jahat kepada Eneng. Dan disaat itu, Eneng sudah mulai tak kuat, karena diserang oleh 3 kekuatan secara bersamaan. Meskipun tak kena secara telak, tapi itu berhasil membuat pertahanan si Eneng tergoyahkan. Eneng mulai merasakan sakit dan tak enak badan. Sehingga neng mulai sering melamun."
Istriku menatap Abah dengan mata sayu. Entah apa pemikiran didalam kepalanya itu.
"Lalu, disaat Eneng mulai melemah dan sering melamun karena kurang fit saat bekerja. Sukirman melepaskan jin kafir peliharaannya. Berupa sosok makhluk hitam tinggi dengan rambut yang lebat.

Sukirman berharap kalau si Eneng akan pingsan. Tapi Eneng masih memiliki sedikit kekuatan untuk bertahan. Tapi hal itu sudah cukup bagi Sukirman untuk melakukan aksinya yang kedua. Sewaktu Eneng lemas, Sukirman dengan cepat berusaha memberikan air yang sudah ia siapkan untuk neng minum. Dan dengan bantuan Rika, Sukirman bisa membuat neng meminumnya. Dan saat itulah, pelet yang Abah katakan sebagai pelet orang Banten mulai merasuki tubuh Eneng."
Aku memgangguk-angguk mengerti akan apa yang terjadi dengan istriku.
"Nah, setelah pelet orang Banten ini masuk, maka secara perlahan, ilmu ini akan memaksa Eneng untuk terus memikirkan Sukirman. Siang dan malam. Nah, disaat Sukirman dan Rika sudah yakin akan ilmu itu, Rika menyuruh Sukirman untuk melaksanakan rencana terakhirnya. Membuat si mas menceraikan si Eneng. Dan caranya adalah seperti yang terjadi siang ini. Sukirman sengaja menutup pintu disaat ada yang melintas. Sehingga orang yang melintas itu bisa menjadi saksi bahwa Eneng telah memasukan laki-laki lain kedalam rumah. Dengan harapan bisa menggugah kemarahan si mas. Sehingga si mas akan menceraikan si Eneng. Lalu, keuntungan bagi Rika adalah, setelah nama baik Eneng tercemar dilingkungan pabrik, akan dengan mudah bagi Rika untuk menghasut orang-orang pabrik, terutama atasan-atasan dipabrik. Setelah bukti cukup, maka neng pasti akan dikeluarkan dari pabrik itu."
"Lalu bila rencana itu berhasil, bukankah istriku tidak bekerja lagi. Dan otomatis istriku tidak memiliki penghasil seperti yang Sukirman pikirkan." Kataku.
"Tidak, mas. Sukirman tahu, kalau si Eneng sudah ada penawaran dipabrik lain. Bahkan dengan gaji yang lebih besar. Jadi nantinya setelah si Eneng ini keluar dari pabrik yang sekarang, maka Sukirman akan membuat Eneng masuk kepabrik barunya nanti. Jadi tujuan Rika tercapai, keinginan Sukirman juga terkabul. Itulah pemikiran mereka," Abah tersenyum.
Lalu lanjutnya, "hanya sayang, mereka salah memperhitungkan sifat si mas. Dan mereka juga lupa, kalau yang maha agung, tidak akan membiarkan kejahatan mereka itu berjalan lancar."
"Nah sekarang. Abah sudah menjelaskan semuanya sama mas. Sekarang mas bisa mengambil keputusan yang mas anggap tepat dan baik."
Abah mengakhiri penjelasannya. Dan kini ia memintaku untuk mengambil sebuah keputusan. Sebuah keputusan yang kini kuyakin paling baik bagiku dan juga istriku.
***
sampeuk dan 42 lainnya memberi reputasi
43