Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten





Assalamualaikum wr.wb.



Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.

Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.


Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.

Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi emoticon-Leh Uga), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.


Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.


Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.


Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !
emoticon-Takut

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini
emoticon-Shakehand2


*


Bismillahirrahmanirrahim



Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.


Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.


Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.


Awalnya aku hendak mengantarnya
emoticon-Ngacir tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.


Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.

"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.

"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."

Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.

"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"

Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.

"Bukan," jawab istriku.

Aku langsung memandang istriku dengan heran.

"Terus siapa?"

"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."

"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.

Istriku menggelengkan kepalanya.

"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.

Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."

"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.


Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.


Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.


Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati
emoticon-Cape deeehh


"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.


Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja
emoticon-Ngakak


Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol. 


Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.


Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.


"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.


Penyebabnya adalah los kompresi
emoticon-Cape d... Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.


Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku. 


Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.


Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.


Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.


"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.


Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.


Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.


"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."


"Atur aja bang," kataku cepat.


Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.


"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.


"Oke,"


Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.


Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.


Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.


Jam menunjukan pukul 12:00 wib.


Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.


"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.


"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.


Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering. 


Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.


"Nomer siapa nih," desisku.


Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.


Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.


Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.


Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.


"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.


"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.


"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.


"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.


"Oh, mas Sumarno," kataku.


Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.


"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.


"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.


Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.


Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.


Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."



***



Part 1

Pelet Orang Banten




Quote:




Part 2

Teror Alam Ghaib


Quote:




Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

emoticon-Nyepi






*


Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya


Diubah oleh papahmuda099 04-04-2024 21:27
ridom203
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
321K
3.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
papahmuda099Avatar border
TS
papahmuda099
#197
Cerita Istriku bag.2





Ya, nama lelaki itu adalah sukirman.
emoticon-Marah


Ah....aku mulai berandai-andai. Dan tanpa sadar membuatku terlelap kedalam mimpi.


( Sumpah, waktu ane nulis part ini, emosi ane bangkit lagi. Ingin rasanya ane menuntut istri ane, tapi disisi lain, ane juga tahu kalau semua ini tanpa sesadar istri ane. Tapi....tetep aja gaaaannn...sakit liat orang yang kita sayangi berpaling keorang lain )
emoticon-Marahemoticon-Marahemoticon-Marah


Beberapa hari telah berlalu.


Sukirman semakin berani mendekatiku. Aku juga tidak merasa risih. Malah senang dengan segala perhatiannya kepadaku.


Seperti waktu sore itu, disaat jam hampir menunjukan pukul 6 sore. 


Aku yang masih berada didalam pabrik masih sibuk menulis laporan hasil hari ini. Untuk besoknya dilaporkan kepada big bos.


Dan, Sukirman dengan setia mendampingiku.


Meskipun aku merasa senang, tapi aku takut ada anak buahku yang lainnya yang melihat kebersamaan kami, lalu melaporkannya pada suamiku. 


Hancur, pasti akan hancur berantakan semuanya.


Tapi, aku juga menikmati saat-saat berduaan dengan Sukirman. Terasa damai sekali, apalagi kalau ia mulai mengeluarkan rayuannya. Aku akan merasa seperti ABG lagi.
emoticon-Betty


Tapi, disaat Sukirman tengah merayuku. Muncul seorang anak muda yang tak kuduga sama sekali.
emoticon-Cape deeehh


Ia adalah Diki, anak muda yang sudah aku dan suamiku anggap sebagai adik angkat.


"Ayuk," Diki memanggilku dari pintu masuk pabrik.


"Iya, Ki," sahutku dengan muka yang aku buat setenang mungkin.


"Sama siapa, yuk ?" Tanya Diki. Tetap berdiri didepan pintu. Jarak kami sekitar 15 meteran. Sukirman terhalang tubuhku, makanya Diki tak bisa melihatnya.


"Oh, ini. Sukirman, dia abis lembur juga. Katanya mau nemenin Ayuk biar gak sendirian. Takut ada yang aneh-aneh lagi," jawabku.


Keringat dingin saat itu membasahi tubuhku. Wajahku memucat. Untung itu semua tertutupi oleh cahaya yang mulai remamg-remang. 


"Abang ada dirumah ?" Tanya Diki menanyakan suamiku.


"Ada, Ki. Ni Ayuk juga udah selesai buat laporan."


Aku langsung berjalan kearah Diki. Meninggalkan Sukirman yang hanya bisa diam.


( Dibawah ini adalah kesaksian adik angkatku, Diki. Dimalam sebelum kejadian )


Malam senin, aku dan kakakku, Faisal. Tengah berboncengan motor arah balik ke kontrakan kami setelah membeli pecel ayam emoticon-NgacirTapi, disaat kami melewati daerah dekat kontrakan Ayuk Rara dan Abang. Mataku melihat sebuah pemandangan yang mengejutkan.


Disana, dibawah sebuah pohon ceri didekat tikungan, aku melihat Ayuk Rara tengah duduk diatas sepeda motor dan didekatnya ada sukirman !
emoticon-Bingung


Aku yang penasaran ingin mendekati mereka. Akan tetapi, disatu sisi aku juga tidak berani mengganggu karena takut Ayuk rara marah aku tuduh yang macam-macam.


Akhirnya, aku dan kakakku memutuskan untuk mengubah arah motor. Kami akan melewati lokasi dimana mereka berdua berada.


Dengan hati yang berdebar-debar, kami mulai melaju perlahan mendekati lokasi dimana Ayuk rara berada.


Semakin dekat, aku semakin melihat kebersamaan mereka. Memang, Ayuk Rara duduk membelakangi Sukirman, tapi, seumur hidup aku mengenal Ayuk Rara, tak akan mungkin ia mau berduaan dengan laki-laki selain abangku apalagi malam-malam serta ditempat yang sepi seperti ini.


Dan, disaat kami melintas tepat didepan Ayuk Rara. Tau gak ?


Ayuk Rara tak sedikitpun menoleh kearah kami. Seolah-olah kami ini tidak ada, ataupun seperti kami ini orang lain yang Ayuk Rara tidak kenal.
emoticon-Bingung


Ayuk Rara asik terus memainkan HPnya. Dan meskipun ia kulihat sempat melihat kearah kami, tapi aku merasakan bahwa tatapan matanya itu kosong. 


Sedangkan Sukirman, ketika ia melihat kami. Ia berpura-pura menjatuhkan sesuatu kebawah. Ia menunduk saat kami tepat melewatinya.
emoticon-Cape d...


Jujur, kami berdua ingin sekali turun dan menegur Ayuk. Tapi, entah kenapa, aku dan kakakku segan sekali untuk turun. Kami berdua mencoba untuk berpikiran positif saja.


Dan sambil terus melirik mereka, kami pelan-pelan menjauh.


( Kembali ke cerita istriku, Rara )


Senin siang, aku berniat untuk pergi ke pabrik di Balaraja setelah suamiku berangkat kerja. 


Tapi, tak lama HPku berdering tanda ada panggilan masuk.


Kulihat dilayar.


Sukirman !


Aku lalu dengan cepat menekan tombol hijau dilayar HPku.


"Hallo sayang..."sapa Sukirman ketika aku mengangkat telponnya.


"Hus, jangan aneh-aneh deh," kataku pelan. Padahal dikontrakan aku sendirian. Tapi entah kenapa, seolah-olah ada banyak mata yang mengawasi perbuatanku, lalu melaporkannya kepada suamiku. Bisa gawat nantinya.


"Hehehe...iya, iya maaf, dek," kata Sukirman.


"Kok aa bisa nelfon adek sih ? Kan aa lagi kerja ?" Tanyaku.


"Ini aa lagi ijin kekamar mandi. Kangen sama adek," jawabnya.


"Ih...gak boleh loh kangen sama istri orang." Ujarku.


"Ah, biarin aja. Yang penting istri orang itu mau sama aa," katanya lugas.


"Dasar," kataku.


Oh iya, a. Adek mau pinjam motornya boleh ?" Tanyaku.


Aku berfikir kenapa tidak pakai motor dua saja untuk pergi ke Balaraja. Dari pada naik ojek online. Mahal.


"Oh, ya udah. Jam berapa ?" Tanya Sukirman.


"Siangan aja, a," kataku.


Setelah selesai telfon. Aku lalu berbenah dan tak lupa menyiapkan segala lamaran yang nanti sekiranya akan dibutuhkan.


Jam 11:30 siang.


Tiba-tiba pintu rumahku diketuk dari luar.


Sewaktu kebuka, Sukirman ternyata sudah berada didepan rumah kontrakanku.


"Lho, memangnya sudah istirahat ?" Tanyaku sambil mempersilahkan dia untuk duduk dikursi teras.


"Aa tadi ijin sakit perut, dek. Jadi boleh keluar karena alasan aa mau beli obat diwarung." Jawabnya.


Kami lalu mengobrol didepan teras kontrakan. Kami membahas masalah nanti jika aku jadi pindah kontrakan dan dia nantinya akan aku ajak serta. 


Namun, tiba-tiba...


"Dor...dor...dor...!"


Aku mendengar suara pintu diketuk dengan keras dari arah luar. Lebih tepatnya digedor.


Aku sangat terkejut mendapati aku sudah berada didalam kontrakan. Terkejut lagi karena Sukirman juga ada didalam bersamaku. Aku duduk disisi yang berlawanan dengannya. Aku didekat kulkas ditembok kanan, dan Sukirman disisi tembok kiri. Ditambah lagi dengan pintu kontrakanku yang sudah dalam keadaan tertutup.


"Lho, kenapa kamu ada disini ?" Tanyaku bingung disertai ketakutan yang sangat amat.


"Cepat keluar," kataku lagi agak keras.


Ia hanya terdiam, sambil terus melihat kearahku. Entah halusinasi atau bukan, aku seperti melihat ada seleret cahaya dikedua belah matanya itu.


Namun aku tersadar, karena tak mungkin bagiku menyuruh Sukirman untuk keluar dari kontrakan sekarang ini.


Aku bingung. Takut. 


Bingung harus berbuat apa untuk situasi ini. Takut, karena hal ini bisa berakibat sangat fatal bagi kelangsungan rumah tanggaku.


Tanpa ada ide, buntu, aku lalu menyuruh Sukirman agar ngumpet didalam kamar mandi saja.


Ia nurut, lalu dengan santai berjalan kearah belakang.


Tapi, sebelum masuk kedalam kamar mandi. Dia sempat berkata kepadaku.


"Dek, kalau ada apa-apa, aku siap bertanggung jawab,"


Aku melotot, dengan suara marah yang agak kutahan, aku berkata, "maksud kamu apaan sih ? Emang kita ngapain ?!"


Dia diam saja. Lalu masuk kedalam kamar mandi.


Kini, aku berdiri mematung kebingungan. Dari kaca jendela, aku bisa melihat orang makin banyak berkumpul didepan kontrakanku. Bisa kulihat diantara mereka yang berkumpul, ada beberapa anak buahku dipabrik.


Aku langsung down, cemas dan gelisah. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini.


"Ya Allah, kenapa saya mesti mendapatkan cobaan seperti ini ?" Kataku dalam hati.


Mulai terbayang dimataku, wajah-wajah dari orang yang kusayangi. Wajah anakku semata wayang, wajah keluargaku, dan wajah marah suamiku.


"Dor...dor...dor...!"


Suara gedoran dipintu membuatku tersadar kembali.


"I..iya," kataku gugup.


"Mbak Rara, tolong buka pintunya," 


Kudengar suara dari mas Marno dengan jelas.


"Iya mas, sebentar," kataku sambil meraih gagang pintu yang telah dikunci itu. Entah siapa yang menguncinya, aku juga tak memikirkan sejauh itu saat itu.


"Klek," suara pintu kubuka.


Dan, didepanku, sudah banyak warga setempat. Bisa kurasakan, diantara wajah-wajah itu, ada beberapa wajah yang seolah menertawakanku.


Mas Marno kulihat maju satu langkah.


"Mbak Rara benar membawa masuk laki-laki ?" Tanyanya.


Aku menggeleng. Aku masih coba menutupi keadaan yang sebenarnya sudah jelas itu.


"Kalau begitu," lanjut mas Marno, "boleh saya mengecek sendiri kedalam ?"


Aku hanya bisa terdiam sambil mempersilahkan mereka masuk.


Dan, tak butuh waktu lama. 


Mereka menemukan Sukirman didalam kamar mandi. Dan, ada keanehan lainnya yang kulihat.


Meskipun ia sudah tertangkap basah. Tapi tidak tampak sama sekali ketakutan diwajahnya. Ia hanya tersenyum kecil saat disuruh duduk diruang tamu bersamaku.


Dan....


Kejadian selanjutnya sama seperti yang suamiku ceritakan dipostingan sebelumnya.



*



Setelah mengakhiri ceritanya, istriku terdiam sembari menghapus air mata yang sesekali mengalir dipipinya.
emoticon-Sorry

Agak tersentuh juga hatiku saat mendengar ceritanya itu.

Aku adalah tipe orang yang tidak akan mengambil sebuah keputusan secara sepihak. Aku harus mendengar juga perkataan orang lain. Dan, jika kupikir ceritanya masuk akal, maka aku akan berpikir ulang tentang keputusan yang sebelumnya kubuat.

Sekarang, aku menoleh kearah abah.

Ia kulihat beberapa kali menghela nafasnya.

Aku bersiap mendengarkan apa yang akan abah katakan.

Dan...




***
Diubah oleh papahmuda099 02-04-2020 15:21
jenggalasunyi
redrices
sampeuk
sampeuk dan 35 lainnya memberi reputasi
36
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.