Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
japraha47Avatar border
aripinastiko612Avatar border
jalakhideungAvatar border
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#904
Chapter 63
“Masih belum kapok juga kamu, Far?” tanya Gavin yang tiba-tiba muncul di hadapan Fara.

“Dia siapa, Vin?” tanya Anita.

“Oh, dia ini Fara. Sepupunya Bella.” ujar Gavin.

“Nggak, gak gitu. Aku kebetulan lagi main di sini juga.” Fara berkata.

Tiba-tiba, ada seorang anak perempuan berumur 5 tahun berlari menghampiri Fara. Anak itu menarik Fara agar ingin ikut bermain dengannya. Gavin pun terkejut karena tak menyangka bahwa Fara sudah memiliki anak perempuan yang sama cantiknya seperti Fara. Anak itu berlari seraya berteriak memanggil mamanya lalu memeluknya.
“Mama lama banget! Ayo main ayunan!” seru anak itu.

“Iya nanti Mama ke sana ya…” ujar Fara.

“Awas ya kalau mama ka main sama aku, aku ga mau makan!” anak itu kembali ke area bermain di kawasan taman.

“Jangan lari, nak!” seru Fara.

“Aku ga nyangka kamu udah punya anak.” ujar Gavin.

“Namanya Nurmala…” ujar Fara.

“Sejak kapan kamu menikah?” tanya Gavin.

“Aku ga menikah, Mas Gavin…” jawab Fara. “Dia anak dari masa kelamku dulu…” lanjutnya.

Fara berbalik arah lalu menatap Gavin. “Dia anak dari Om Rama… Dia adikmu…” pungkasnya, lalu berjalan meninggalkan Gavin dan Anita yang berdiri mematung melihat Fara melangkah.

****

Cemburu adalah emosi yang dirasakan terhadap sesuatu atau seseorang yang dimiliki dan ingin dipertahankan. Cemburu tidak berbeda jauh dengan keposesifan dan ketakutan bahwa sesuatu yang berharga bisa direbut kapan saja. Sesehat apapun hubungan yang dimiliki, tidak akan bisa terhindar dari kecemburuan.

Sementara itu, Anna kembali ke kediamannya dengan penuh amarah. Ini adalah kali pertama amarahnya memuncak ketika melihat lelaki yang dicintai disentuh oleh perempuan lain. Apa lagi, perempuan itu mempunya riwayat hubungan yang tidak baik dengan Anna. Rasa takut akan kehilangan, serta rasa percaya diri yang hilang, menjadi penyebab Anna tak kuasa menahan rasa sakitnya.

Anna langsung mengurung diri di dalam kamarnya. Orang tuanya pun membiarkan anaknya untuk menangkan dirinya terlebih dahulu dan lebih memilih untuk tidak ikut campur dalam masalahnya saat ini. Orang tua dari Anna pun paham bahwa hanya masalah hubungannya dengan Rendy yang mampu membuat Anna menangis mengurung diri di dalam kamar tak menentu berapa lama waktu yang dilalui.

Bukan Rendy namanya jika tidak memperjuangkan cintanya terhadap perempuan yang ia cintai saat ini. Dia juga bergegas mengunjungi rumahnya untuk menjelaskan perkara yang terjadi. Rendy khawatir keadaan Anna semakin memburuk karena kondisinya sudah melemah pasca operasi pengangkatan rahim lalu. Dan, tibalah dia di kediaman Anna.
Assalamu ‘alaikum…” Rendy melangkah masuk ke dalam rumah Anna.

Wa ‘alaikum salam…” ibunda Anna menyambut.

“Anna di mana, Bu?” tanya Rendy.

“Anna di kamarnya. Ya, ibu sih udah tau pasti ada masalah sama kamu. Wajarlah, nak. Cobaan pra-nikah itu banyak. Godaannya juga besar.” ujar ibunda Anna.

“Aku boleh ke kamarnya, Bu?”

“Ya boleh aja… Kalau kamu bisa bujuk dia… Ibu mah nyerah, Rendy kalau dia marah karena urusan cinta-cintaan… Hehehehe… Suka galakkan dia kalau dibilangin…” ujar ibunda Anna sedikit tersenyum.

Rendy mencoba membuka pintu kamar Anna. Tangannya hanya sampai memegang handle pintunya saja. Dia terlihat gugup. Ibunda Anna pun memberikan isyarat bahwa kalau ragu, lebih baik jangan dan tunggu Anna dengan kondisi yang lebih baik. Tapi, bukan Rendy namanya kalau menyerah di tengah medan perang.
“Anna…” panggil Rendy namun tidak ada jawaban dari dalam.

“Anna sayang…”

“Apaan sih lo! Sayang sayang, jijik gue dengernya!” seru Anna dari dalam kamar.

“Kok Anna galak banget ya, Bu?” tanya Rendy.

“Rendy… Kamu kayak baru kenal Anna aja. Kamu lupa dulu waktu SMA kalian sering berantem dan lihat galaknya Anna gimana?” ujar ibunda Anna.

“Hehehehe… Iya ya…”

“Anna, aku masuk ya…” lanjut Rendy.

“Nggak!” jawab Anna dengan marah.

“Nggak berarti iya…” goda Rendy.

“Gue lagi ga pake baju!” jawab Anna.

“Ga percaya ah…” Rendy membuka pintu kamar Anna yang kebetulan pada saat itu, Anna lupa menguncinya.

Rendy melihat Anna sedang duduk di atas ranjangnya. Menghadap jendela sambil menghapus air matanya yang tak berhenti jatuh dari matanya yang cantik. Rendy menghampiri Anna dan duduk di sampingnya. Menghapus air mata Anna dengan lembut dan menatap wajahnya.
“Kenapa kamu marah, Anna?” tanya Rendy.

“Hati siapa yang ga sakit lihat pria yang dicintai disentuh oleh perempuan lain, Rendy…” jawab Anna.

“Oh, gitu… Aku sama Fara kan ga ada hubungan apa-apa… Dari dulu sampai sekarang pun ga ada hubungan apa-apa. Bahkan, aku baru tadi ketemu dia…” jawab Rendy.

“Rendy…” Anna memeluk Rendy.

“Aku takut kamu berpaling. Apa lagi, Fara lebih cantik dariku. Lebih sempurna, dan bahkan dia bisa memberikan apa yang ga bisa ku berikan buat kamu…” ujar Anna.

Seraya Rendy mencium kening Anna. “Hanya kamu perempuan di muka bumi ini yang ku cinta. Tak peduli apa kekuranganmu, tak peduli apa masa lalumu. Mencintaimu berarti aku sudah menerima segalanya tentangmu, Anna.” Rendy berkata.

“Terima kasih, Rendy… Aku juga mencintaimu…”

Konflik antara Rendy dan Anna kini membaik. Tak membutuhkan waktu lama untuk meredamnya. Rasa cinta mereka berdua mampu mengalahkan emosi dan ego mereka masing-masing. Pertengkaran, cemburu, posesif, apapun hal negatif yang ada pada hubungan mereka, tidak akan membutuhkan waktu lama untuk dihilangkan. Ketika kekuatan cinta sudah tak tertandingi, stigma negatif pun enggan menghampiri.
****

Sudah memasuki waktu di mana matahari sedang menenggelamkan diri dari atas langit. Biru yang cerah kini berangsung berganti menjadi biru gelap. Dihiasi oleh gemerlapnya ribuan bintang bertaburan. Candra pun menampakkan diri dengan penuh percaya diri. Walau beberapa kali terhalang oleh senyawa berbentuk seperti bola kapas, sinarnya tetap terasa hingga ke bumi.

Terlihat ada sesosok gadis sedang duduk termenung. Ditemani oleh secangkir teh panas yang sekarang sudah mendingin oleh tiupan angin malam. Dia duduk di atas bangku yang terbuat dari kayu di depan rumahnya. Sesekali ia melihat ke atas langit dan berbicara kepada bintang. Berharap dia dapat menyampaikan apa yang perempuan itu rasakan ke orang yang sedang dalam pikirannya.
“Nes, kok ngelamun malam-malam?” tanya ibunda Vanessa yang muncul dari dalam rumah.

“Eh, Mama…”

“Kamu mikirin apa?” tanya ibunda Vanessa seraya duduk di samping anaknya.

“Ga tau… Kayak kepikiran sesuatu aja…” jawab Vanessa.

“Rendy?”

Vanessa mengangguk pelan. “Aku juga kepikiran kata-kata Kak Anna…”

“Nak, ikuti saja apa kata hatimu… Mama ikut bahagia kalau melihat kamu bahagia… Kamu berhak bahagia, kamu berhak menentukan jalan hidupmu sendiri…” ujar ibunda.

“Apa nanti ga nyakitin Kak Anna lebih dalam?”

“Kalau yang Mama lihat, ada setitik perasaan yang dia tahan dalam hatinya.”

“Perasaan siapa, Ma?” tanya Vanessa.

Ibunda Vanessa menatap anaknya. “Terukir halus namamu di dalam hatinya. Walau hanya sebesar biji sawi. Mama bisa melihat cahayanya.”

“Dia selalu melindungimu, menjagamu, bahkan dia sampai mengorbankan dirinya buat kamu. Bukan hal biasa yang dia lakukan untukmu, nak…” lanjutnya.

“Tapi, dia cuma menganggapku adiknya…” ujar Vanessa.

“Itu karena cinta dia kepada Anna masih besar, dan juga masih ada harapan untuk mendapatkannya.” ujar ibunda.

“Bukankah kalau begitu, aku seperti pelarian?” tanya Vanessa.

“Nak, kalau soal cinta, Mama sudah pengalaman. Hehehehe…” jawab ibunda seraya ia berdiri dan berjalan ke dalam. “Kalau memang kamu itu cuma pelarian, ga mungkin kamu dilibatkan sampai sejauh ini… Dan Anna juga sepertinya sama seperti Mama, dia bisa lihat namamu di hati Rendy…” lanjutnya.

g.gowang
itkgid
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.