Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rafa.alfurqanAvatar border
TS
rafa.alfurqan
The Left Eye 2 (I Love You Ghost)
CHAPTER 1
INILAH KISAHKU

Namaku Lia, begitulah sehari-harinya aku dipanggil. Tahun ini aku akan berumur 26 tahun tepat pada tanggal 11 Maret nanti. Aku keturunan asli Jawa Tengah, dan aku dilahirkan di kota Wonosobo.

Hidupku sama seperti kalian, tidak ada yang “aneh”. Secara fisik, aku kategori orang yang sehat. Bahkan secara akademik, aku juga termasuk kategori orang yang cukup berprestasi. Dan tidak ada sesuatu yang membuat kehidupanku menjadi berbeda, mungkin sampai menjelang umurku ke-26 nanti.

Semenjak aku masuk SMA (Sekolah Menengah Atas) sampai dengan PT (Perguruan Tinggi), aku sudah belajar hidup mandiri. Karena itu aku sudah terbiasa hidup berjauhan dengan kedua orang tuaku dan adikku.

Meskipun aku adalah seorang perempuan, nyatanya niat dan semangatku untuk berjuang untuk kehidupan yang lebih baik kelak tidak kalah dengan anak laki-laki. Dan aku beruntung karena hal itu didukung penuh oleh keluargaku. Mereka menaruh kepercayaan mereka terhadapku kalau aku akan bisa menjaga harga diriku, martabatku dan nama baik keluarga kami dimanapun aku berada.

Dan aku menghargainya.

Kepercayaan mereka terhadapku aku bayar dengan prestasi-prestasi akademikku, sampai dengan mudahnya aku mendapatkan pekerjaan setelah aku lulus kuliah.

Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta terkenal di bidang mining di Jakarta. Awal masuk kerja, aku ditempatkan di salah satu site mereka yang berada di Kalimantan. Dan setelah bekerja disana selama kurang lebih 4 tahun, aku dipindah tugaskan ke pusat yang berada di Jakarta.

Disinilah aku mulai merasakan ada keanehan yang terjadi di hidupku.

Sebelum aku mulai dengan kisah ini, aku ingin bertanya dulu pada kalian.

Apa kalian percaya dengan hal gaib?

Dalam agamaku, mempercayai adanya hal gaib itu merupakan salah satu bentuk rukun iman. Karena yang di dalam rukun iman ada yang namanya beriman kepada Allah, dan juga ada yang namanya beriman kepada malaikat. Jujur saja, aku juga bukan orang yang benar-benar agamis. Tapi setidaknya aku tahu dasar ajaran dari agama yang aku anut.

Inilah kisahku yang akan aku kisahkan kepada kalian. Kisah nyata yang pernah aku alami sendiri. Kisah yang mengubah rencana hidupku yang telah kurencanakan sebelumnya.

Hal gaib itu nyata adanya. Mereka ada disekitar kita, melihat kita atau bahkan mungkin mentertawakan kita.

-0o0-

Semua itu dimulai ketika aku memutuskan untuk tinggal di rumah itu, sebuah rumah yang aku beli di kawasan Jakarta Timur.

“Lia, ini mau di taruh dimana?” ucap rian. Rian adalah salah satu teman kantorku. Saat itu rian, andi, dini dan reva sedang membantuku membersihkan rumah yang minggu kemarin baru aku beli.

“Ehhm, taruh di kamar itu dulu aja ian.” jawabku. Kemudian rian pun melakukan yang aku minta.

“Pada mau pizza gak?” tanyaku. Aku tahu mereka sudah cukup capek, setidaknya ini yang harus aku lakukan untuk membalas jasa mereka.

“Maaauuuuu” ucap mereka berbarengan. Dan aku pun mulai mengorder pizza sesuai dengan pesanan mereka.

“Yuk ah, istirahat dulu” ucap dini.



“Hoki banget sih lu lia bisa dapet rumah harga segini” ucap andi.

“Nah lu juga harusnya nyadar kalau mau punya rumah mesti nabung, ini gaji dua minggu masih nyisa aja udah sukur” ucap dini.

“Ya tapi harga rumah segini itu apalagi di kawasan ini ya, udah termasuk murah banget” balas andi membela diri.

“Iya emang” ucap rian sambil meminum sirup yang baru saja dibuat reva.

Ting tong ting tong…

“Eh tu kayanya pesanan pizza nya deh” ucap andi.

“Ya udah biar aku yang liat” ucapku dan langsung bergegas ke pintu masuk.

Sebelum aku lanjutkan cerita ini, aku ingin menceritakan keempat sahabatku ini. Mereka adalah teman-teman seangkatanku sedari kami mulai masuk di perusahaan tempatku bekerja.

Dini, dia orang yang supel. Kupikir dia lah yang membuat kami semakin akrab, meskipun kami sempat terpisah setelah beberapa dari kami ditugaskan di site-site yang cukup jauh dari Jakarta, pada akhirnya dia juga lah yang membuat hubungan kami berempat kembali akrab.

Reva, berbeda dengan dini yang supel, reva tipe orang yang pendiam. Tapi dia selalu bisa diandalkan ketika aku butuh masukan baik itu masalah pekerjaan ataupun masalah pribadi. Mungkin itulah sisi terbaik dari orang pendiam, mereka bisa dipercaya untuk menjaga rahasia kalian.

Andi, dia hobi makan. Karena itulah tubuhnya lebih gemuk dibandingkan rian. Dia orang Jakarta asli, sehingga apapun yang kami butuhkan dan kemanapun tempat yang ingin kami kunjungi, andi adalah solusi bagi kami.

Dan yang terakhir, Rian. Rian adalah orang yang bisa kami percaya untuk melindungi kami. Mungkin memang karena badannya yang cukup kekar, tinggi dan tegap. Pernah dia berantem dengan cowok yang sudah membuat dini menangis karenanya. Bukan karena dia suka pada rini, tapi bagi dia menyakiti temannya sama saja menyakiti dirinya.

“Aku gak peduli siapa aja yang aku lawan, aku gak peduli kalaupun aku dihadang! Kalau mereka berani menyakiti kawanku, aku bakar mereka!” ucap rian penuh emosi di kantor polisi saat itu.

Kupikir saat itu dia keren, he he he.

Malam harinya, sesuai dengan kepercayaan yang sudah turun temurun dilakukan di keluargaku. Aku mengundang beberapa tetangga dan para orang tua yang dikenal sebagai para imam di mesjid komplek untuk melakukan acara “selametan” rumah yang baru akan ditinggali.

Acara selametan itu menurutku acara yang tujuannya berupa rasa terima kasih atas rezeki yang telah diberikan oleh Allah dan memohon perlindungan dari-NYA agar yang menghuni rumah bisa dijaga dari segala hal. Segala hal tersebut, secara kepercayaan agar dijaga dari hal yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata.

Acara tersebut diisi dengan membaca ayat-ayat suci Al Quran dan diakhiri dengan makan bersama.

“Wah jadi neng lia ya yang bakal ninggalin ini rumah?” tanya salah satu warga.

“Hebat ya, umur masih muda sudah bisa beli rumah sendiri” ucap salah satu warga lain.

“Iya pak, alhamdulillah” jawabku.

“Pak, dulu yang ninggalin rumah ini siapa ya?” tanya dini.

Sempat terjadi keheningan sebelum bapak Ardhy membuka jawaban atas pertanyaan dini, bapak ardhy adalah orang yang memimpin acara selametan di rumahku.

“Kalau setahu bapak sih, dulu rumah ini dihuni satu keluarga. Kalau gak salah namanya, Pak Budi, beliau seorang pengusaha” jawab pak ardhy.

“Ah iya, kata agen properti kemaren sih bilangnya dulu yang ninggalin ini rumah pengusaha.”

“Tapi gak lama, dia sama keluarganya pergi. Katanya gak betah.” ucapku.

“Ya kurang lebih seperti itulah ceritanya, memang kita-kita juga tidak terlalu paham dengan beliau”

“Mungkin karena profesi beliau yang seorang pengusaha makanya jarang ikut ngumpul di acara komplek” sambung pak ardhy.

“Iya, mereka sekeluaga memang jarang ikut ngumpul-ngumpul kalau ada acara komplek. Lebih sukanya bepergian keluar kota setiap weekendnya.” ucap salah seorang warga.

“Iya betul” jawab beberapa warga lain ikut mengamini.

Setelah cukup lama kami mengobrol, mereka akhirnya pulang. Dan yang tersisa hanya kami berlima. Karena sudah cukup malam, andi mengajak yang lain pulang. Pada awalnya rian agak berat meninggalkanku sendirian malam itu, karena dia pikir kebanyakan orang biasanya akan mengalami “paranoid” jika menginap bahkan tinggal di tempat yang asing bagi mereka.

“Ah, lu sotoy ah ian! Jaman udah canggih begini masih aja percaya yang aneh-aneh!” gerutu andi.

“Lagian kan lu macam gak tau gimana lia aja, dia itu lebih berani dibanding gua.” mendengar ucapan andi, aku otomatis tertawa. Memang andi orangnya lebih penakut dibandingkan diriku.

“Bukan gitu di, ini perempuan soalnya. Kalau elu mah gua juga bodo amat mah.” Jawab rian.

“Oh jadi elu gitu sekarang ian!? Arti kawan lu sekarang lebih condong ke gender nih!?” tanya andi cemburu.

“Bukan gitu juga sih, ah lu kenapa sih!?”

“Udah, udah. Gak papa kok kalian pada pulang” ucapku.

“Lagian besok kita ada monday briefing kan di kantor, jadi kalian mending pulang dulu terus istirahat”

“Beneran lu gak papa lia sendirian?” tanya rian padaku

“Iya rian, aku gak papa kok. Kamu tenang aja, besok kita ketemu lagi di kantor.” jawabku.

“Kalau gitu biar aku sama reva aja deh yang malam ini tidur disini” ucap dini.

“Ah, aku juga?” tanya reva kaget.

“Iya, sama kamu juga va. Kenapa? Kamu mau pulang? Ada yang mau dikerjain di rumah?”

“Gak ada sih, tapi besok ke kantor gimana?” tanya reva lagi.

“Udah tenang aja, kan kalau baju kita bisa pinjem punya lia dulu” jawab dini.

“Tapi emang gak papa?” tanya reva lagi yang kali ini sambil melirikku.

“Ya kalau mau gitu, ya gak papa”

“Asal kamu mau aja pake bajuku” ucapku sembari tersenyum.

“Ya udah, kalau gitu kita pulang ian.”

“Atau lu mau nginep disini juga trus besok ngantor pinjem baju lia gitu?” tanya andi ke rian.

“Muke lu bekibar!” balas rian.

“Lu kira muka gua bendera!?” jawab andi lagi.

“Ha ha ha, udah udah…”

-0o0-

“Sampai sekarang gua masih belum ngerti deh jalan pikiran lu lia” tanya dini padaku.

“Gak ngerti apaan?” tanyaku lagi bingung.

“Iya kenapa lu mutusin pindah dari kontrakan lu sama reva?”

“Daripada lu beli rumah, kan lu bisa investyang lain” ucap dini.

“Karena kamu pikir beli rumah itu gak mesti kita-kita yang cewek ini yang beli? Toh nanti ada suami kita? Gitu maksudmu?”

“Beli rumah itu bukan sekedar invest, punya rumah bikin aku tuh merasa lebih nyaman. Keluargaku juga bisa datang kapan aja tanpa harus takut ngeganggu orang lain”

“Hidup itu seperti roller coaster. Kadang kita berada di bawah, kadang kita berada di atas.” belum kelar aku bicara dini langsung memotong omonganku.

“Iya iya, jadi jangan gantungkan hidupmu pada siapapun termasuk itu pada cowokmu atau suamimu!?”

“Iya deh, masih hapal gua kata-kata lu” ucap dini, dan aku tersenyum mendengarnya.



“Eh tadi yang terakhir di kamar mandi siapa?”

“Itu air lupa dimatiin ya?” tanyaku.

“Perasaan tadi udah gua matiin deh” ucap dini yang kemudian beranjak dari kasur menuju ke kamar mandi.

Ting tong ting tong…

“Eh tu sapa? Perasaan ini udah jam 10 malam, siapa yang mau bertamu jam segini!?” ucap dini yang langkahnya terhenti setelah mendengar bunyi bel rumahku.

“Tadi emang anak-anak ada ngubungin kalian mau kesini lagi?” tanya dini lagi pada aku dan reva.

“Gak ada” ucapku dan reva juga menggelengkan kepalanya.

“Ya udah biar aku liat” kata reva.

“Gak usah va, kamu disini aja.”

“Biar aku yang liat” ucapku.

Setelah andi dan rian pulang, kami bertiga berkumpul di kamarku. Dan sekarang waktu juga sudah menunjukkan pukul 10 malam. Rasanya aneh saja ada orang yang bertamu jam segini apalagi di rumah yang baru dihuni oleh orang baru. Andi dan rian juga gak mungkin karena mereka gak memberi kabar kalau mau datang lagi.

“Keanehan” itu sudah terjadi semenjak malam pertama aku menempati tempat ini.

“Siapa ya?” teriakku.

Namun tak ada yang menjawab. Penasaran aku kemudian membuka sedikit gorden jendela di samping pintuku. Mencoba memastikan sebelum aku membukakan pintu untuk orang yang tidak aku kenal.

Tapi di depan pintuku itu tidak ada siapa-siapa!

“Ah, siapa yang iseng nih jam segini!” ucapku kesal.

Aku kemudian membuka pintu untuk benar-benar memastikan kalau tidak ada orang. Ceroboh memang sebenarnya yang kulakukan, tapi karena andi biasanya sering mengerjai kami seperti itu makanya aku spontan melakukannya. Terlebih lagi aku bakal kesal kalau benar andi yang melakukannya di saat-saat aku sudah capek seperti ini.

“Andi, jangan becanda ya!” ucapku agak keras.

Tapi apa yang terjadi!? Benar-benar tidak ada siapa-siapa disana.

Tidak lama pintu kubuka, listrik di rumah tiba-tiba padam. Kemudian terdengar teriakan dini dari dalam kamar.

“Dini!?” ucapku. Aku pun langsung kembali menutup pintu rumah dan menguncinya, sambil berlari ke arah kamar sebisaku dalam keadaan gelap gulita.

“Aaarrggh!” aku terjatuh karena tersandung sesuatu saat berlari menuju kamar.

“Liaaaaaaa, revaaaa!!!!” teriak dini lagi.

“Diniiiiiiiiiii!!!”

Bersambung...
Diubah oleh rafa.alfurqan 13-02-2019 01:43
mbakendut
aryanti.story
bonita71
bonita71 dan 13 lainnya memberi reputasi
12
28.5K
327
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
rafa.alfurqanAvatar border
TS
rafa.alfurqan
#295
Chapter 16 - Kita Untuk Selamanya
CHAPTER 16
KITA UNTUK SELAMANYA


Untuk memulai chapter ini, aku sarankan kalian membaca sekilas cerita di chapter terakhir The Left Eye pertama. Hanya sekedar untuk mengingatkan kalian kembali bagaimana plot cerita di saat itu.

“Rafa!”
“Rafa!!!”

Saat itu hampir semua orang disana memanggil namanya, mencoba membangunkannya. Anak yang bernama rafa itu tertembak di bagian dadanya, sangat sulit untuk mencoba menyelamatkan siapapun jika ada di dalam kondisi tersebut. Pertolongan pertama sudah kami coba lakukan untuk menyelamatkannya, tapi sayang anak itu tidak bisa diselamatkan.

Saat semua orang sudah putus asa, menyerah dengan kehidupan anak itu...

Tiba-tiba sebuah bisikan datang padaku.

“Anakmu andi akan mati jika kamu tidak mau membantuku”

Mendengar bisikan itu aku langsung terkejut! Aku menoleh kesekelilingku memastikan darimana suara bisikan itu berasal. Tetapi percuma, aku tidak menemukan siapapun yang berbicara disampingku.

“Jangan sampai anak yang bernama tina itu menyadari keberadaanku, kalau tidak anakmu dan istrimu mati!” bisikku lagi.
“Brengsek!” teriakku. Seketika semua orang menoleh padaku termasuk tina.

Tiba-tiba handphoneku berbunyi.

“Ayah...”
“Andi?”
“Ayah dimana? Ayah pulang sekarang!” ucapnya dengan nada marah sekaligus sedih.
“Mama, mama kesakitan!”
“Ayah pulang!” ucapnya.
“Mama kenapa!? Mama kenapa andi!?” tanyaku balik.
“Mama kesakitan....”
“Ayah pulang sekarang! Ayah pulang sekaraang!” ucapnya kali ini menangis.

Dan suara bisikan itu kembali muncul dibalik telepon.

“Jangan sampai anak bernama tina itu sadar!”
“Kalau dia menyadarinya, istrimu akan mati kemudian anakmu!”

Mendengar itu aku langsung panik, aku langsung jatuh terduduk.

“Bapak kenapa!?” tanya tina.

Anak bernama tina itu bertanya kepadaku, seketika aku teringat dengan bisikan itu.

“Gak papa, istriku sakit”

Aku kemudian pergi menjauh dari sana. Dan sesuai dugaanku, suara bisikan itu kembali muncul.

“Bawa jasad rafa bersamamu pergi dari sini”
“Dan jauhkan jasadnya dari anak yang bernama tina itu!”
“Bagaimanapun caranya!”
“Rafa sudah mati! Kalian mau apakan lagi dia!?” balasku entah kepada siapa aku mengucapkannya.
“Bawa jasad itu segera, dan hubungi anak lainnya yang bernama larissa itu”
“Darimana kamu tahu anak itu?” tanyaku kaget.
“Kami tahu semuanya”
“Tahu semuanya...”

Aku terdiam tak percaya mendengarnya.

“Cepat sebelum rafa benar-benar tidak bisa diselamatkan lagi!”

Rafa masih hidup? Bukannya dia sudah mati!?

-0o0-

“Jadi saat itu rafa masih hidup?” tanya reva
“Entah bagaimana caranya, anak itu bisa kembali hidup”
“Kau tahu anak yang bernama larissa itu? Ternyata dia seorang dokter!”
“Entah dia benar-benar hebat, atau memang ada tangan dari shinta yang membuat segalanya jadi mungkin”

“Aku berandil besar dalam masalah kalian saat ini”

“Berkatku, karena kelemahanku, ketidakmampuanku dalam mengatasi tekanan saat itu”
“Aku berhasil menjauhkan rafa dari tina”
“Aku bisa membuat rafa seolah-olah sudah mati dihadapan semua orang”
“Padahal...”

“Padahal itu semua hanya rekayasa!”
“Aku pernah hampir menyesal dan mencoba memberitahukan semuanya pada tina”
“Aku bawa kabur tubuh rafa!”
“Tapi tidak lama kemudian makhluk itu...”

“Makhluk kurang ajar itu membuat keluargaku hancur”
“Istriku meninggal...”

“Dan andi, anakku! Dia membenciku sampai sekarang!”
“Dia menganggap karena aku, mamanya mati!”
“Karena ketidakpedulianku pada dia dan mamanya...”

...

“Bagaimana dengan anak yang bernama larissa itu?” tanya reva yang teringat padanya.
“Tak lama dia menyelamatkan rafa, sebenarnya dia akan dibunuh oleh makhluk itu”
“Dibunuh!? Bagaimana caranya?” tanya reva penasaran.
“Makhluk itu lagi-lagi membisiku dengan memintaku untuk membunuhnya!”

“Tapi aku berhasil meyakinkannya...”

“Aku bunuh larissa tapi rafa juga akan aku bunuh setelahnya”
“Dan kau bunuh keluargaku pun aku tidak peduli lagi! Karena aku juga akan bunuh diri!”
“Aku berkata seperti itu padanya”
“Aku benar-benar tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah”

“Terus?” tanya reva lagi.

“Larissa dibuat linglung oleh makhluk itu! Hahaha.”
“Hilang ingatan hingga seperti orang linglung”
“Tapi daripada dia mati, lebih baik seperti itu”
“Tidak ada cara lain reva.”

“Sungguh tidak ada cara lain lagi”

“Aku melepaskan dia dari sisiku sejauh mungkin di saat makhluk itu tidak ada disisiku”
“Entah bagaimana sekarang kabarnya, aku harap dia baik-baik saja”
“Aku takut jika aku mencarinya, keberadaan anak itu akan jadi bahaya”
“Semoga dia baik-baik saja”

....

“Sekarang dengar baik-baik perkataanku reva!”
“Semua berasal dari rumah lia itu, tubuh rafa ada disana!”
“Tempat terbaik untuk bersembunyi adalah tempat yang paling menurut kita berbahaya”

-0o0-

Reva telah pergi untuk selamanya.

Tidak lama setelah kami menemukannya, reva menghembuskan nafas terakhirnya.

Bagiku, tidak, bagi kami hari itu adalah hari paling menyakitkan. Hari dimana kami kehilangan salah satu teman dan juga sahabat terbaik kami.

Meninggalnya reva, meninggalkan luka yang sangat dalam bagi keluarganya. Betapa tidak, kematian reva yang kami yakini saat itu terutama dari perkataan terakhir reva bahwa dia bertemu dengan andi sebelum kepergiannya.

Tetapi itu semua cuma menjadi omongan yang tidak bisa dibuktikan oleh siapapun, termasuk kami, orang terakhir yang sempat berkomunikasi dengan reva.

Polisi telah menetapkan reva meninggal bukan karena pembunuhan, tapi murni karena sakit tiba-tiba yang membuat lambungnya mengalami kebocoran. Jika seseorang mengalami hal tersebut dan dibiarkan, maka dapat berakibat fatal. Terlebih dugaan itu diperkuat karena sebelum kami pergi meninggalkannya, reva sudah mengeluh sakit.

Reva memang pendiam, lebih tertutup pada masalah pribadinya meskipun tidak dengan urusan kami. Sehingga kami sama sekali tidak tahu sakit apa yang dideritanya.

Tapi...

Mungkin semua orang bisa percaya dengan hal itu. Entah dengan rian, tapi aku dan dini tidak bisa menerima hal itu.

Terlebih dini, dia yang paling percaya ada keterlibatan andi disitu.

“Biar semua orang bilang reva mati karena sakit, gue gak bakal pernah percaya!”
“Kalian juga kan lia!? Rian!?” ucapnya pada kami. Saat itu kami bertiga sedang berkumpul bersama di rumahku.
“Gue denger dan lihat langsung!”
“Reva bilang andi ada disini!”
“Lo harus percaya rian! Lia juga ada saksinya!”, namun rian hanya diam.

“Dan andi pasti udah bawa tubuh rafa lia!”

Iya, reva sempat bilang kalau tubuh rafa ada di rumahku. Dan aku harus cepat mengamankan tubuhnya.

Tapi, tubuh rafa tidak kami temukan meski kami sudah berkeliling di rumah ini mencarinya. Termasuk ruangan yang dulu paling “seram” itu.

Kenapa bisa? Kenapa bisa tubuh rafa ada di rumah ini!? Kenapa dari awal kami tidak menyadarinya!?

“Lo udah nyoba ngubungin cewe yang namanya tina itu lia!?” tanya dini tiba-tiba padaku. Dan aku hanya menganggukkan kepalaku.
“Saat-saat kaya gini malah gak bisa dihubungin tuh orang!”
“Ngakunya punya kelebihan, tapi ngapain pergi gak jelas kemana padahal yang dicari ada disini!” keluh dini.

“Udah, ngeluh pun gak bisa ngasih kita apa-apa” ucapku.

...

“Aku kangen reva, lia...” ucap dini kembali kali dengan nada terbata-bata.
“Iya, aku juga.” balasku.
“Aku juga” suara rian.

“Dia yang paling pendiam, dia yang gak pernah ngeluh”
“Dia...tapi dia juga yang paling perhatian pada kita” kali ini dini tidak kuasa menahan tangisnya.

“Dia juga yang paling pengertian” ucapku lirih.
“Dini adalah teman, sekaligus sahabat kita selamanya” suara rian.
“Gak bakal pernah tergantikan” balas dini.
Kita untuk selamanya


satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori,
satu cerita teringat didalam hati,
karena kau berharga dalam hidupku teman,
untuk satu pijakan menuju masa depan.

saat duka bersama, tawa bersama,
berpacu dalam prestasi, hal yang biasa,
satu persatu memori terekam,
di dalam api semangat yang tak mudah padam,
kuyakin kau pasti sama dengan diriku,
pernah berharap agar waktu ini tak berlalu,
kawan...
kau tahu kawan?
kau tahu kan?
beri pupuk terbaik untuk bunga yang kau simpan
Bondan ft Fade 2 Black – Kita Selamanya



Bersambung...
bonita71
bonita71 memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.