- Beranda
- Stories from the Heart
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
...
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2
![[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2](https://s.kaskus.id/images/2019/01/08/9503613_20190108120951.png)
Quote:
Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.
Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.
Terima kasih.
Spoiler for Perkenalan:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 09:31
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
274.3K
981
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
chrishana
#899
Chapter 62
“Kalau udah selesai, aku tunggu di cafe hotel.” sent to Fara
****
“Kak! Kamu gila ya, hah!” ujar Fara seraya berdiri di samping Bella.
“Duduk dulu sini…” ujar Bella seraya menarik kursi untuk Fara.
“Kenapa kamu tega sih jual aku ke Om Rama!” Fara emosi.
“Tapi, enak kan…” Bella berkata sambil mencolek dagu Fara.
“Iih! Sakit tau! Udah tau aku masih rapet…” Fara menepis tangan Bella.
“Om Rama udah pengalaman… Gimana, tapi enak, kan?” Bella menggoda.
“I… Iya sih… Hehehehe… Aku takut juga, baru pertama kali soalnya…” ujar Fara.
“Dikasih berapa sama Om Rama?”
“…” Fara menunjukkan kesepuluh jari tangannya.
“Sepuluh juta! Anjir!” Bella terkejut.
“Dia sih yang kasih. Uangnya masih di tasku. Kata dia ini buat modalku beli make up, ke salon buat perawatan kulit wajah, beli HP baru, baju baru, tas baru, sepatu…”
“Stop!” Bella menempatkan telunjuknya di bibir Fara. “Ya udah, kita belanja sekarang…”
“Oke… Let’s Go!” ujar Fara antusias.
****
****
“Kak! Kamu gila ya, hah!” ujar Fara seraya berdiri di samping Bella.
“Duduk dulu sini…” ujar Bella seraya menarik kursi untuk Fara.
“Kenapa kamu tega sih jual aku ke Om Rama!” Fara emosi.
“Tapi, enak kan…” Bella berkata sambil mencolek dagu Fara.
“Iih! Sakit tau! Udah tau aku masih rapet…” Fara menepis tangan Bella.
“Om Rama udah pengalaman… Gimana, tapi enak, kan?” Bella menggoda.
“I… Iya sih… Hehehehe… Aku takut juga, baru pertama kali soalnya…” ujar Fara.
“Dikasih berapa sama Om Rama?”
“…” Fara menunjukkan kesepuluh jari tangannya.
“Sepuluh juta! Anjir!” Bella terkejut.
“Dia sih yang kasih. Uangnya masih di tasku. Kata dia ini buat modalku beli make up, ke salon buat perawatan kulit wajah, beli HP baru, baju baru, tas baru, sepatu…”
“Stop!” Bella menempatkan telunjuknya di bibir Fara. “Ya udah, kita belanja sekarang…”
“Oke… Let’s Go!” ujar Fara antusias.
****
Tidak sedikit orang menjadi ambisius akan sesuatu. Memiliki hasrat yang kuat untuk mencapai sesuatu arah atau tujuan tertentu seperti kesuksesan, kemahsyuran, kekuasaan, bahkan dalam memiliki suatu hubungan dengan seseorang. Yang dapat merubah perasaan suka menjadi sayang, sayang menjadi cinta. Namun, karena memiliki ambisi yang kuat, terkadang perasaan perlahan berubah menjadi nafsu semata. Hanya memiliki hasrat ingin memiliki serta tujuan lain. Jika semuanya sudah terpenuhi, lama kelamaan tapi pasti, hubungan yang ada akan hancur binasa layaknya malaikat membalik gunung. Karena semua berawal dari sesuatu yang dipaksakan.
Seperti halnya dengan Fara yang berambisi mendapatkan Rendy dengan cara apapun. Memaksakan sebuah hati yang sudah terpahat satu nama untuk dihancurkan lalu diganti dengan yang baru. Namun, Fara tak pernah menyadari bahwa semua butuh proses. Meruntuhkan tahta mahkota milik seorang ratu yang baru saja meninggalkan sang raja tak hanya sekedar membutuhkan waktu. Tetapi, juga membutuhkan kesabaran dan usaha.
Fara menghabiskan uangnya untuk mempercantik diri dan membeli apa yang dia inginkan. Tentu saja, di usianya yang masih belia, uang yang didapatkannya bukan dengan cara yang baik. Hampir setiap minggunya, Fara terus melayani Rama hingga dia pun tenggelam dalam gelapnya kehidupan. Namun, dia berhasil merubah penampilannya menjadi jauh lebih cantik dibanding sebelumnya. Bahkan, dia pun menjadi perempuan paling cantik di SMA Trinusa setelah Rheva Ramadhani lulus. Tak sedikit pria yang mencoba mendekatinya. Namun, dia hanya ingin menginginkan uang dari mereka. Karena cintanya telah dimiliki oleh Rendy, walaupun Rendy tak merasa memilikinya. Nama Devianna Azzahra tak akan pernah pudar walau diterpa hujan badai.
****
Di pagi hari, pada saat matahari sedang memanjat awan di atas langit, Bella sudah terlihat duduk di kantin kampusnya. Sambil menggenggam sebuah telepon genggam miliknya dan mencari nama Gavin Ramaditya lalu menelponnya.
“Halo, Bella…”
“Hai, Vin… Lagi di mana?”
“Gue masih di jalan. Kenapa?”
“Oh, gue mau bicara berdua. Ada sesuatu yang mau gue kasih tau.”
“Serius amat kayaknya. Lo di mana nih?”
“Gue di kantin. Buruan ya. Risih gue sendirian diliatin anak-anak Fakultas Teknik.”
“Santai, gue 10 menitan lagi sampai.”
“Oke, Bye, Vin!”
“Hai, Vin… Lagi di mana?”
“Gue masih di jalan. Kenapa?”
“Oh, gue mau bicara berdua. Ada sesuatu yang mau gue kasih tau.”
“Serius amat kayaknya. Lo di mana nih?”
“Gue di kantin. Buruan ya. Risih gue sendirian diliatin anak-anak Fakultas Teknik.”
“Santai, gue 10 menitan lagi sampai.”
“Oke, Bye, Vin!”
Bella adalah seorang perempuan yang tak kalah menarik jika dibandingkan dengan Anita. Dia juga mempunyai tubuh yang proporsional dan padat. Wajahnya cantik dengan rambut bergaya seperti polwan. Tetapi, dia mempunyai sifat yang buruk. Dia tidak senang jika ada orang lain yang lebih baik darinya, dia juga cerdik namun licik. Suka memanfaatkan keadaan dan kesempatan di dalam kesempitan. Dia seperti mempunyai bakat untuk berbuat apapun demi kesenangan hidupnya.
Tak sedikit lelaki yang tertarik padanya. Tapi, mereka justru mundur perlahan setelah mengetahui licik dan curangnya Bella. Ada juga yang mundur karena mengetahui Bella hanya menyukai satu pria. Namun sayangnya, pria ini hanya menganggapnya sahabat dan sudah memiliki kekasih. Dia adalah kekasih dari Anita, yaitu Gavin Ramaditya.
“Hei…” sapa Gavin.
“Hai, Vin…”
“Emang mau ngomongin apa sih?” tanya Gavin penasaran.
“Kemarin, gue ketemu bokap lo…” ujar Bella.
“Ketemu di mana?” tanya Gavin kembali.
“Hotel lah… Kayak yang ga tau kelakuan bokap lo aja…”
“Hahahahaha… Wajarlah cowok… Lo ada main ama bokap gue?”
“Ya nggak lah! Gila aja! Sorry, selera gue bukan om-om… Jadi gini, katanya lo butuh duit buat mobil lo itu?” ujar Bella.
“Iya sih…”
“Gue bisa kasih kalau lo mau…”
“Yakin lo? Butuh banyak loh…” ucap Gavin sedikit bingung.
“Ya kalau ga yakin, ngapain gue nyuruh lo ke sini, bego!”
“Oke, mana duitnya…” Gavin menadahkan tangannya.
“Enak aja… Gue bakal kasih lo tuh duit… Tapi…” Bella mendekatkan wajahnya ke arah Gavin. “Lo harus lakuin sesuatu buat gue…” bisiknya.
“Anjir! Nggak-nggak! Gue ga mau jadi gigolo!” Gavin menjauhkan wajahnya dan melambaikan tangannya.
“Apaan sih, bego! Negatif aja otak lo! Nanti siang, ikut gue ya…”
“…” Gavin terdiam.
“Mau duit nggak? Gue ga nyuruh lo main sama tante girang, Vin…” Bella menjelaskan.
“Oke, deh… Tapi, awas aja lo nyuruh gue yang nggak-nggak…”
“Beres bos!”
“Hai, Vin…”
“Emang mau ngomongin apa sih?” tanya Gavin penasaran.
“Kemarin, gue ketemu bokap lo…” ujar Bella.
“Ketemu di mana?” tanya Gavin kembali.
“Hotel lah… Kayak yang ga tau kelakuan bokap lo aja…”
“Hahahahaha… Wajarlah cowok… Lo ada main ama bokap gue?”
“Ya nggak lah! Gila aja! Sorry, selera gue bukan om-om… Jadi gini, katanya lo butuh duit buat mobil lo itu?” ujar Bella.
“Iya sih…”
“Gue bisa kasih kalau lo mau…”
“Yakin lo? Butuh banyak loh…” ucap Gavin sedikit bingung.
“Ya kalau ga yakin, ngapain gue nyuruh lo ke sini, bego!”
“Oke, mana duitnya…” Gavin menadahkan tangannya.
“Enak aja… Gue bakal kasih lo tuh duit… Tapi…” Bella mendekatkan wajahnya ke arah Gavin. “Lo harus lakuin sesuatu buat gue…” bisiknya.
“Anjir! Nggak-nggak! Gue ga mau jadi gigolo!” Gavin menjauhkan wajahnya dan melambaikan tangannya.
“Apaan sih, bego! Negatif aja otak lo! Nanti siang, ikut gue ya…”
“…” Gavin terdiam.
“Mau duit nggak? Gue ga nyuruh lo main sama tante girang, Vin…” Bella menjelaskan.
“Oke, deh… Tapi, awas aja lo nyuruh gue yang nggak-nggak…”
“Beres bos!”
Bella dan Gavin masuk ke dalam kelas untuk mengikuti kuliah pagi. Tak ada kejadian apapun di saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Namun, Gavin terlihat tak bisa berkonsentrasi karena terpikirkan dengan apa yang ditawarkan Bella kepadanya. Dia tak bisa mundur, karena sudah terlanjur sepakat oleh Bella. Hingga siang hari pun akhirnya tiba.
“Yuk, naik mobil gue aja. Nanti gue anterin lo ke sini lagi…” ujar Bella.
“Hhmm… Ya udah deh… Tapi benerkan ga aneh-aneh?”
“Iya, pegang omongan gue…”
“Hhmm… Ya udah deh… Tapi benerkan ga aneh-aneh?”
“Iya, pegang omongan gue…”
Gavin dan Bella bergegas menuju tempat di mana Bella memarkirkan mobilnya. Setelah itu, mereka berangkat keluar area kampus menujur tempat di mana Bella sudah mempersiapkan segalanya.
Sampailah mereka di sebuah hotel bintang tiga di kawasan Jakarta Pusat. Bella sudah memesan kamar ini untuk dua hari dan sudah menginap di hotel tersebut di hari sebelumnya. Kebingungan Gavin pun bertambah karena baru pertama kali dia diajak oleh Bella ke tempat ini.
“Bel, mending lo jujur. Lo mau ngapain bawa gue ke hotel begini?” tanya Gavin.
“Banyak tanya lo! Jangan belaga polos lo…” ujar Bella seraya mendorong pipi Gavin.
“Eh, combro! Gue emang jahat tapi ga sampai main di tempat begini juga!”
“Udah sih ikut aja…” ucap Bella seraya mengajak Gavin ke dalam hotel.
“Banyak tanya lo! Jangan belaga polos lo…” ujar Bella seraya mendorong pipi Gavin.
“Eh, combro! Gue emang jahat tapi ga sampai main di tempat begini juga!”
“Udah sih ikut aja…” ucap Bella seraya mengajak Gavin ke dalam hotel.
Mau tidak mau, Gavin harus ikut dengan Bella. Demi uang yang dia butuhkan, Gavin dengan terpaksa mengikuti ajakan Bella. Bahkan, Gavin tidak tahu akan diminta apa olehnya. Yang dia tahu, Bella itu cerdas, cerdik namun licik, dan dapat mendapatkan apa yang dia mau dengan menghalalkan cara apapun. Dan, sampailah Bella dan Gavin di dalam kamar.
Hanya ada mereka berdua di dalam kamar. Gavin tidak mengetahui adanya kamera tersembunyi yang sudah dipasang oleh Bella di setiap sudut dan titik strategis satu hari sebelumnya. Di sana, Bella mulai merayu Gavin perlahan. Gavin pun termakan rayuan sang serigala betina yang berparas tidak kalah cantiknya dengan Anita hingga akhirnya terjadilah sebuah hubungan terlarang yang mereka lakukan.
“Gimana, Vin? Enak nggak servicegue?” tanya Bella sambil merebahkan kepalanya di atas tubuh Gavin.
“Dasar gila! Enak sih… Hahahahaha…”
“Halah, lo pengen juga kan!” Bella menampar Gavin pelan.
“Hehehehehe… Ya udah mana duitnya?” Gavin menadahkan tangan.
“Duit mulu! Belom kelar! Ada satu lagi. Sekarang, lo ke mobil gue duluan. Gue mau beresin barang-barang gue dan siap-siap check out.” serunya.
“Dasar gila! Enak sih… Hahahahaha…”
“Halah, lo pengen juga kan!” Bella menampar Gavin pelan.
“Hehehehehe… Ya udah mana duitnya?” Gavin menadahkan tangan.
“Duit mulu! Belom kelar! Ada satu lagi. Sekarang, lo ke mobil gue duluan. Gue mau beresin barang-barang gue dan siap-siap check out.” serunya.
Dengan senyum yang lebar layaknya mendapat hadiah besar, Gavin dengan gagahnya melangkah keluar kamar dan berjalan ke mobil Bella yang terparkir di samping hotel. Selang lima belas menit kemudian, Bella pun muncul dan mengantarkan Gavin kembali ke kampus untuk mengambil mobil Gavin yang terparkir di sana.
“Sebelum lo turun, gue mau kasih liat sesuatu.” ujar Bella seraya mengeluarkan kamera dari dalam tasnya.
“Lo bawa-bawa kamera buat apaan?” tanya Gavin.
“Nih…”
“Lo bawa-bawa kamera buat apaan?” tanya Gavin.
“Nih…”
Bella memperlihatkan video adegan di mana Gavin dan Bella melakukan hubungan terlarang. Tak hanya satu kamera, Bella merekamnya dengan beberapa kamera yang dia taruh di sudut dan titik tersembunyi. Gavin pun terkejut bukan kepalang.
“Lo gila ya, Bel!”
“Lo sama gue sama-sama gila, Vin. Emang gue ga tau rencana busuk lo buat hancurin anaknya Winarto Nugroho. Kita sama-sama pegang kartu as kita masing-masing.” ujar Bella.
“Terus mau lo apa lagi?”
“Gue akan kasih lo duitnya, tapi lo harus lakuin satu hal lagi…”
“Apa?” tanya Gavin.
“Lo rudapaksa cewek lo gih, nih gue kasih kamera gue satu. Lo harus kasih liat gue kalau memang udah lo lakuin, atau video kita tersebar luas.”
“Brengsek lo, Bel! Lo jebak gue!”
“Lo emang ga kepengen apa nyobain badan cewek lo?” tanya Bella.
“Hehehehe… Mau sih…”
“Udah sana keluar! Lakuin apa yang gue suruh oke!”
“Lo sama gue sama-sama gila, Vin. Emang gue ga tau rencana busuk lo buat hancurin anaknya Winarto Nugroho. Kita sama-sama pegang kartu as kita masing-masing.” ujar Bella.
“Terus mau lo apa lagi?”
“Gue akan kasih lo duitnya, tapi lo harus lakuin satu hal lagi…”
“Apa?” tanya Gavin.
“Lo rudapaksa cewek lo gih, nih gue kasih kamera gue satu. Lo harus kasih liat gue kalau memang udah lo lakuin, atau video kita tersebar luas.”
“Brengsek lo, Bel! Lo jebak gue!”
“Lo emang ga kepengen apa nyobain badan cewek lo?” tanya Bella.
“Hehehehe… Mau sih…”
“Udah sana keluar! Lakuin apa yang gue suruh oke!”
Diubah oleh chrishana 30-03-2020 11:11
itkgid dan 6 lainnya memberi reputasi
7