- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
...
TS
memedruhimat
Cerita Masa Kuliah Sebuah Kenangan Yang Terkubur
Quote:
Spoiler for cover:
Quote:
Quote:
Diubah oleh memedruhimat 01-08-2025 14:04
bukhorigan dan 25 lainnya memberi reputasi
26
48.4K
176
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
memedruhimat
#134
Chapter 30
Mencari Awal Yang Baru
Setelah melewati Ujian Tengah Semester, gue mencoba untuk memfokuskan kegiatan untuk menghidupkan kembali UKM Kempo. Sebagai langkah awal, gue pengen buka ruangan sekretariat buat jadi base camp. Gue inget si Kun pernah bilang tiap UKM punya jatah ruangan buat jadi sekretariat.
"Ruangan sekret? Coba lo tanya sama si Bambrong." kata si Kun waktu gue tanya ke dia.
Di sini anak-anak biasa nyebutnya "sekret", maksudnya ya singkatan dari "sekretariat".
"Kenapa nggak lo aja? Kan lo yang lebih senior." kata gue.
"Ah, males gue." si Kun balas dengan nada datar.
"Ya, elah... gue kan anak baru. Kagak enak lah gue mo deketin pak Bambrong. Harusnya elu sih, apalagi kan lu pastinya bakal jadi ketua UKM kita nantinya." gue bales lagi.
"Heh, siapa bilang gue bersedia jadi ketua UKM? Gue paling males terlibat ke urusan-urusan organisasi." dia bales lagi.
"Ya udah, paling nggak lo bantuin kita ngomong sama pak Bambrong lah." kata gue.
"Ah ngapain lo bingung? Si Bambrong kan dosennya si Dick tuh." katanya lagi. "Suruh aja dia yang ngomong."
Oh iya, betul juga.
Akhirnya gue ngomong sama si Dick, supaya dia bantuin kita ngomong sama dosennya.
Quote:
Sebetulnya kalau kita coba mengenal lebih dekat, beliau ini orangnya sangat baik hati. Hanya saja kalau sudah urusan yang berkaitan dengan Kempo, beliau bisa berubah jadi sangat keras dan tegas. Bahkan mungkin lebih keras dari si Kun. Jadi, si Kun yang udah gue anggap segitu kerasnya, ini... masih ada yang jauh lebih keras lagi.
Singkat cerita --- gue dan Dick pun pergi menghadap ke pak Bambrong di ruang dosen fakultas Ekonomi.
"Ya udah tuh, dia ada di dalem. Lu tinggal masuk aja." kata si Dick ke gue, pas kita udah ada di depan ruang dosen.
"Ya elah, itu kan dosen lo. Lagian ini juga fakultas lo. Masa gue yang anak sastra masuk-masuk sono." gue bales.
"Ii-- iya sih, tapi..." suaranya si Dick terdengar kayak gemeteran gitu. Mukanya juga mendadak kayak rada pucet-pucet ga jelas.
Gue sampe bingung, kenapa sih Dick harus ketakutan banget sama pak Bambrong?
Pas tengah lagi debat ga jelas gitu, kita nggak tau kalo ternyata pak Bambrong tiba-tiba keluar ruangan. Jadilah secara tidak sengaja dia pun menabrak si Dick yang ada di depan pintu ruangan.
"BHUGGHH!!!" si Dick yang kurus kering bak sebatang lidi itu pun langsung terpental jatuh begitu ketabrak pak Bambrong yang bertubuh tegap dan kekar.
"Eh, Dick! Ngapain loe di sini?" tanya pak Bambrong yang bingung melihat Dick yang tiduran di lantai.
"Aa-- anu pak... maaf, ini... ada sesuatu..." si Dick sambil terhuyung-huyung mencoba bangun.
"Sesuatu apaan!?" tanya pak Bambrong.
"Maaf pak... kalo boleh minta waktunya sebentar." si Dick mencoba meluruskan pembicaraan.
"Ada ape lu Dick? Tumben nyariin gue!?" kata pak Bambrong dengan suaranya yang berat, besar dan menakutkan.
"Ii-- ini... bapak... sekarang... mau... ke... mana?" si Dick ngomong dengan gemeter dan terbata-bata.
"Halaah, pakek basa-basi segala lo? Udah ngomong aja lu ada perlu apa? Cepet!" pak Bambrong membalas dengan suara keras dan nada yang tegas.
Iya, ini lah tandanya kita orang lemah. Ketika denger suara yang berat dan besar aja kita jiper. Lutut kita langsung gemeter, badan panas dingin sampe lemes.
"Anu... ii-- ini pak! Si Ari mo ngomong!!" Dick langsung ngedorong gue ke depan pak Bambrong.
Quote:
"Kenapa Ri?" giliran gue yang jadi ditanya sama pak Bambrong. Matanya melotot besar dan menyorot tajam ke arah gue.
Sebetulnya sih dia nggak melotot, tapi emang udah dari sononya setelan pabriknya emang gitu.
Gue pun menjawab santai aja, "Ini pak... kita cuma mo tanya-tanya soal ruang sekret."
"Oooh..." kata pak Bambrong. "Oke... oke..., Kalo itu jangan kita omongin di sini. Kita ngobrol di ruang Koperasi aja." katanya kemudian.
Kami pun sama-sama jalan ke samping gedung Auditorium, di sana lah ruang Koperasi kampus berada.
Koperasi kampus ini yang bertanggung jawab buat mengurus administrasi kantin. Selain itu, di sini juga ada sembako murah dan barang-barang keperluan sehari-hari. Mahasiswa bisa belanja keperluan sehari-hari di sini karena harganya juga sangat murah.
Ruang Koperasi itu dijaga sama seorang ibu-ibu yang jadi kasir sekaligus bagian administrasi.
Kita ngobrol di bagian belakang.
"Sebetulnya kalian belum bisa mendapatkan kembali ruangan sekretariat." beliau ngomong pelan-pelan biar nggak kedengeran orang dari luar. "Karena syarat buat memiliki ruang tersebut adalah, UKM harus aktif dan punya member minimal 25 orang."
Ya masuk akal sih, soalnya operasional ruang sekretariat kan dibiayain sama kampus.
"Ooh gitu pak." kata gue. "Ya udah, kalo emang gitu, nggak apa-apa."
"Tunggu, saya belum selesai menjelaskan." kata beliau lagi.
Kami pun kembali menyimak.
"Kalian harus paham, karena UKM kita ini udah vakum dari tahun 2000 jadi sekarang statusnya sedang di-nonaktifkan." terang pak Bambrong. "Syarat untuk mengaktifkan kembali Unit Kegiatan Mahasiswa, kita harus lapor ke ketua BEM Pusat dan menyetorkan dokumen AD/ART terbaru. Nah, kalian harus buat daftar tertulis, susunan kepengurusan, juga AD/ART."
Quote:
PR banget sih... kita mau menghidupkan UKM yang mati suri, masalahnya nggak ada jejak sama sekali dari angkatan sebelumnya. Bahkan file AD/ART yang lama aja udah ilang ga tau ke mana.
"Tapi!" kata pak Bambrong yang kemudian menatap gue dan Dick dengan sangat serius.
"Iya pak?" gue dan Dick saling lihat-lihatan.
"Saya melihat semangat kalian-kalian ini yang begitu besar, saya percaya kalo UKM ini bisa bangkit lagi." katanya lagi. "Oleh karena itu, saya janji untuk usahakan supaya kalian bisa pakai ruangan itu lagi. Tapi... saya pengen satu aja syaratnya!"
"Iya... apa itu pak." gue tanya.
"Saya minta kalian jangan patahkan kepercayaan yang udah saya berikan!"
"Iya, kami paham pak. Artinya, kami harus berusaha sebaik mungkin buat mengumpulkan anggota, dan kita juga bakal rajin latihan." gue bilang.
Pak Bambrong langsung memberikan jempol. "Sip! Ini saya bisa pegang kata-kata kamu ya?" katanya ke gue.
Entah apa yang gue pikirkan, tapi... gue rasa ini sebuah tantangan tersendiri dalam hidup gue. Setidaknya... gue musti mencobanya.
"Siap pak." gue jawab.
"ELU DICK!!"
"Ii-- iya paak..." si Dick langsung kelojotan sampai kejang mendadak---begitu kena tegor pak Bambrong yang suaranya berat dan ngebas. Kakinya sampe gemeteran. Untung aja dia belum sampe ngompol di celana.
Padahal gue sih merasa pak Bambrong orangnya baik, beliau ini hanya tipe orang yang suka disiplin keras. Orang seperti beliau ini pastinya nggak suka sama anak laki yang mencla-mencle. Kalo kita anak laki yang lembek kayak bubur, sama dia bakal ditempa sampek gepeng.
***
Besoknya---sesuai janji---pak Bambrong beneran memberikan kita kunci ruangan sekret. Kita ketemuan di ruang dosen fakultas Ekonomi, dan pak Bambrong serah terima kunci sama gue (bukan sama Dick).
Gue nggak tau kenapa, tapi kunci tersebut diserahkannya langsung ke genggaman tangan gue.
"Awas lu pada! Jangan sampe lu kecewain kepercayaan gue! Gue udah menaruh harapan besar sama lu pada buat kemajuan Shorinji Kempo!" katanya dengan suara pelan namun cukup terdengar sangat tegas.
"Baik pak." gue jawab.
Karena sudah sangat penasaran, kita langsung menuju ke gedung UKM dan mencari ruangan dengan nomor yang sesuai di gantungan kunci.
"Yang ini ruang sekret kerohanian Kristen, ini Koran Kampus, ini Fotografi..."
"Nah, yang ini ruangannya." kata gue.
Ya udah jelas sih, soalnya itu satu-satunya pintu yang terkunci. Satu-satunya ruangan di sepanjang selasar yang kondisinya paling gelap dan suram dan nggak ada penghuninya sama sekali.
Langsung aja kita buka pintu ruangan tersebut...
"Uwooogghh..."
Kesan pertama: Gelap, suram, bau dan penuh dengan debu.
Cahaya dari luar langsung menerangi ke dalam ruangan begitu pintu dibuka lebar.
Ternyata di dalam sana masih ada properti-properti Shorinji Kempo yang pernah dipakai sama para angkata lama. Ada pelindung kepala dan pelindung dada, sarung tinju, dan juga matras-matras buat latihan. Dan yang paling menarik adalah, ternyata kita juga punya samsak, tinggal digantung aja di depan ruangan. Kail gantungannya pun masih ada persis di depan ruangan.
"Wah asik banget ini, coba dari pertama gue tau ada ini." kata gue.
"Dengan ini kita bisa jadi pendekar dan menguasai ilmu Tinju Bintang Utara! Hieyaaa!!" si Dick langsung kembali dengan kesintingannya bergaya-gaya ala bintang film Kung Fu.
"Eh, tapi... kayaknya sih kita musti selametan dulu nih. Kudu pesta makan-makan sih ini..." katanya lagi kemudian.
"Lu bukan kudu selametan!" kata si Kun---yang mendadak muncul begitu aja---asli! Udah kayak TUYUL!
"Eh, kunyuk... lo ke mana aja. Nih kita udah berhasil dapetin ruang sekret." kata gue.
Si Kun cuma senyum-senyum ga jelas. "Lu pada kudu kerja bakti dulu, gotong-royong, bersih-bersih." katanya kemudian sambil petantang-petenteng melihat ke seisi ruangan.
Tapi iya juga sih... ruangan itu emang tampak kotor banget saking lama nggak pernah dipake. Udah gitu matras yang tergeletak di pojok itu juga udah dekil, lembab, dan jadi bau banget.
***
Semenjak ruang sekret dibuka, kabar tentang UKM Kempo mulai semakin terdengar gaungnya di fakultas. Suatu hari, di jam makan siang. Gue, Kun dan Dick lagi iseng aja duduk-duduk di ruang UKM. Tiba-tiba kita didatangi oleh seorang cewek. Cantik, putih, badannya bagus, sekel berisi kayak atletis gitu.
"Ini nih sekret UKM Shorinji Kempo?" katanya.
"Iya... silahkan... selamat datang. Mau tanya-tanya dulu, boleh." gue langsung menyambut.
Singkat cerita, kita pun kenalan. Gue sih formalitas aja. Si Dick yang langsung cengangas-cengenges, yah namanya juga cowok ketemu cewek. Cuma si Kun doank yang cuek nggak mo negor sama sekali, dia cuma diem sambil lanjut ngudut di depan ruang sekret.
Kita sebut aja namanya Via, dia mahasiswi Sastra Jepang angkatan 2003. Namun yang membuat kita terkejut bukan main adalah, karena kita baru tahu kalau dia ini adalah atlit Pelatda DKI. Via ini levelnya udah Kyu-1, sama seperti si Kun. Udah dari kecil dia malang melintang di dunia cabang olah raga bela diri.
"Nah, bagus banget ini kalo ada si Via sekarang." kata gue. "Berarti otomatis anggota kita sekarang ada empat orang totalnya." kata gue. "Ini kemajuan banget kan? Berarti kita tinggal nyari 21 orang lagi biar kuota minimal UKM terpenuhi."
Namun ternyata kehadiran Via bukan untuk mempermudah keadaan, alih-alih justru dia ingin memberikan kami cobaan hidup yang penuh tantangan.
"Eh, siapa bilang gue langsung mo join di mari?" kata Via dengan ekspresi dan lagak yang songong.
"Yhaa elaah... gimana sih lo? Ini kan UKM lo juga, apalagi kan tingkatan lo udah sempai. Lo malah kudunya sih harus ngelatih kita-kita juga di sini." kata gue.
"Yhaa gue emang anak Shorinji Kempo, tapi itu mah di luar sana. Jauh sebelum gue masuk kampus ini. Tapi kalo untuk urusan keorganisasian di UKM, ya gue serahkan sama lu lu pada aje deh yeee..." katanya.
"Ih aku kan mau dilatih sama kamu Viaaa~" si Dick langsung memencle dan sok-sok ngerayu gombal.
"Nanti kan lu bakal dilatih sama pak Bambrong." kata si Via dengan santainya.
"Yha udeeeh... terus ngapain lo dateng kemari kalo kagak mo join?" kata gue.
"Nggak ada sih... cuma pengen liat aja, siapa sih orang-orang yang katanya mo ngidupin UKM Kempo lagi?" dia bilang. "Dan ternyata... cuma cuma sekumpulan bocah lembek anak mami." katanya sambil melihat ke arah gue dan Dick. "Nggak ah, nanti gue baru join kalo udah rame aja. Bocah-bocah cengengesan kayak lu sih, paling sebulan atau dua bulan juga udah pada keok... mundur semua."
"Ya nggak gitu lah, kita kan di sini mau berjuang bareng-bareng." gue bilang.
"Oke, buktiin kalo lo semua emang pantes disebut laki-laki."
"Maksud loe apa?" kata si Dick.
"Buktiin keberanian lo di pertandingan besok!" dia balas.
Si Kun yang dari tadi diem langsung ketawa sendiri.
"Eeh, liatin aja nanti nih gue bakal tunjukkin sama orang-orang kemampuan gue." kata si Dick.
"Ya udah, pertandingan mah urusan nanti." gue bilang. "Sekarang kan kita ngurus ruang lingkup kampus dulu. Ya paling nggak, lo bantu-bantu kita juga lah... sekedar promosiin sama temen-temen lo tentang UKM ini." gue ngomong lagi ke si Via.
"Tuh kan udah gue duga... lu pada pasti takut ikut pertandingan. Ha...ha...ha... Udah lah, anak-anak cengeng kayak lo pada mah nggak usah mimpi mo gabung di Kempo."
Gue langsung cuma bisa terdiam.
Si Dick kesal sampe mukanya merah padam.
Si Kun cuma ketawa-ketawa sendiri sambil lanjut narik ngudut dalem-dalem.
"Selamat berjuang anak mami... sampai ketemu di PERTANDINGAN! Itu pun kalo lo berani." tanpa tedeng aling-aling lagi si Via langsung ngeloyor pergi begitu aja.
"Ya elah, siapa sih tuh cewek... songong baat lagaknya." kata si Dick.
"Dia itu anaknya seorang sempai Dan-4. Salah satu guru besar petinggi Kempo di DKI. Dia mah udah dilatih keras dari kecil sama bokapnya." kata si Kun.
Quote:
Nggak lama si Dick pun juga pengen pamit cabut.
"Eh, mo ke mana lu Dick?" gue tanya.
"Gue mo pulang aja, lagian gue juga udah nggak ada mata kuliah lagi." dia jawab.
"Ya elah... masa langsung pulang. Katanya mo ngumpulin anggota."
"Yaa... itu nanti gampang laah." katanya lagi.
Ah dasar, ternyata dia masih mahasiswa KUPU-KUPU juga. Kuliah -- Pulang -- Kuliah -- Pulang. Ya pantes aja kita sampe hari gini masih tampang anak mami. Kita emang anak rumahan yang nggak pernah tau jalanan.
Di ruangan sekret sekarang cuma ada gue sama si Kun. Ruangan ini belum proper banget buat dipake nongkrong, karena masih perlu dibersihkan dan ditata ulang.
"Eh, Ri, nah mumpung udah sepi, ada yang mo gue omongin sama lo." si Kun ngomong ke gue.
"Ada paan nih?" gue tanya.
"Kita omongin di tempatnya Ma'oi aja." katanya lagi ke gue.
Gue pikir ini masalah tentang Kempo, tapi ternyata...
***
"Gue jadi cabut Ri, gue udah pikir mateng-mateng. Gue bakal balik ke Kupang aja. Elo jangan nyerah ya latihan Kemponya."
"Lha gimana sih lo!? Dulu kan elo yang ajak gue ikut kegiatan ginian, janjinya lo mau bimbing gue di sini. Sekarang lo malah tiba-tiba cabut." gue pun kesel.
"Yaa kalo lo emang mo serius belajar Kempo, kan lo bisa belajar sama Rico atau pak Bambrong. Gue yakin mereka juga mau koq bantu." katanya ke gue. "Selain itu, lo juga bisa ikut latihan bareng Pelatda. Nanti lo bisa berkembang banget tuh kalo lo serius di sana. Nggak cuma mampet di kampus doank, kagak bakal jadi apa-apa loe!"
Bukan itu maksud gue.
Maksud gue, setelah beberapa kali kehilangan sahabat---baru aja gue ketemu lagi sama orang yang gue pikir bisa memberi gue motivasi buat bertahan di kampus ini. Tapi sekarang orang itu malah udah mau cabut lagi.
***
Spoiler for catatan pribadi:
Diubah oleh memedruhimat 07-08-2025 14:54
itkgid memberi reputasi
1
