- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#34
Spoiler for Part 18:
Part 18
Pak edi: "sebelum kita lanjut ke intinya, saya mau tanya, kenapa minyak fossil seperti bensin atau solar lebih mudah dibakar daripada minyak nabati?
Nabil: " Kalau dari jurnal yang saya baca, diliat dari viskositas dan titik bakar dari minyak nabati jauh lebih tinggi pak daripada minyak fossil"
Pak edi: "iya, saya paham, tapi apa yang menyebabkan itu?"
Aku: "kalau viskositas nya tinggi cairan semakin kental pak, kalo kental ikatan antar atomnya lebih kuat, jadi dia butuh energi lebih pak buat dibakar, makanya titik bakarnya tinggi pak"
Pak edi: "oke, kalau gitu, kenapa ikatan antar atom di minyak nabati lebih kuat dari minyak fossil?"
Devan: "kalau gak salah saya pernah baca pak, karena minyak nabati punya "ikatan polar" pak"
Pak edi: "apa itu ikatan polar?"
Pertanyaan terakhir dari pak edi membuat suasana ruangan menjadi hening. Kami hanya bisa saling melirik satu sama lain. Sepertinya dari devan sendiri tidak mengerti dengan apa yang dia katakan.
1 menit, 2 menit, 3 menit
Tidak ada 1 orang pun diruangan ini yang mengeluarkan suara. Bahkan pak edi pun hanya diam sambil menghisap rokok dan menikmati kopi hitamnya.
Tiba-tiba pak edi menghembuskan asap rokoknya ke arah kami sebelum beliau kembali berbicara.
Pak edi: "kalian kalau tidak tahu dengan apa yang kalian bicarakan lebih baik tidak usah menjawab"
Melihat keadaan sekarang, aku sudah menyiapkan telinga ku untuk mendengar ceramah dari pak edi dengan kata-kata tajamnya.
Pak edi: "anak SD juga bisa kalau hanya disuruh bicara kalimat ikatan polar. Kalian ini nanti akan lulus jadi sarjana, kalau kayak gini, apa bedanya kalian sama anak SD"
Sekarang kepala kami semua sudah dalam keadaan menunduk.
Pak edi: "kalian kalau dikasih otak sama tuhan, ya di pakai. Biasakan pakai logika kalian. Saya paham, sistem pendidikan di negara kita tidak pernah membiasakan ini"
Pak edi: "kita dari kecil cuma diajarkan menghafal, ya hasilnya seperti kalian ini, sudah mau sarjana otaknya masih sama seperti anak SD"
Pak edi: "ya sebenarnya ini bukan salah kalian, ini salah pendahulu-pendahulu kita, tidak pernah mengajarkan cara belajar yang baik"
Pak edi: "wkwkwkwk, tapi yasudahlah, ini gunanya kalian belajar ke saya, saya harus membentuk kalian jadi sarjana yang tidak cuma punya gelar, tapi punya otak"
Pak edi: "lain kali kalian lebih hati-hati berbicara, jangan bicara kalimat apa yang kalian tidak paham, untung kalian masih melakukan kesalahan itu di lingkungan akademik, kalau bicara lingkungan kerja...., ah sudahlah"
Pak edi: "tidak papa, kalian masih mahasiswa, silahkan lakukan kesalahan sebanyak-banyaknya, tapi kalian harus siap juga mendengar hinaan hinaan dari saya, wkwkwkwk"
Pak edi: "van, silahkan kamu cari apa yang kamu bilang tadi, dan di pertemuan selanjutnya, jelaskan ke saya hubungannya dengan kuat lemahnya ikatan antar atom, hari ini cukup, silahkan kalian keluar"
Kami beranjak keluar dari ruangan pak edi dengan pikiran yang tidak karuan. Warung bi idah menjadi tempat tujuan kami selanjutnya untuk mengisi perut kami yang mulai keroncongan siang ini.
Kami pun memesan makanan kami masing-masing. Sambil menunggu bi idah menyiapkan makanan pesanan kami, kami memilih untuk mencar kursi yang kosong, lalu duduk sambil berbincang-bincang tentang hasil dari maju dosen hari ini.
Devan: "anjirlah, gue udah feeling sih tadi salah ngomong"
Aku: "yaelah, udah kali, santaiii"
Mario: "pak edi pedes banget ya mulutnya"
Nabil: "kalau gak gitu bukan pak edi namanya"
Aku: "yaelah, udah, gakusah dipikirin, kalau kita di hina-hina kayak tadi tinggal dengerin aja, gak usah di masukin ke hati"
Mario: "iya, tapi dimasukin ke otak"
Dyo: "wkwkwkwk, bener tuh, masalahnya dia hina-hina kita, tapi kayaknya kita emang pantes digituin, wkwkwkwkwk"
Devan: "anjir, bener juga, padahal gue denger ikatan polar ini dari SMA, tapi ampe gue semester 6 gue gak paham maksudnya"
Aku: "wkwkwkwk, sama banget anjirrrr, gue taunya ikatan polar itu, ikatan antara 2 unsur yang berbeda, udah, gitu doang"
Nabil: "terus kalau beda kenapa ya"
Aku: "ya mana gue tau, wkwkwk"
Obrolan kami terhenti ketika bi ijah datang untuk mengantarkan pesanan kami.
Nabil: "yang lain pada tau gak kenapa?"
Mario: "udahh, makanan udah dateng nihhh, pikir nanti aja"
Dyo: "iya bil, mending makan dulu"
Nabil: "yaudah deh"
Kami ber 5 pun memutuskan menghentikan obrolan kami untuk menyantap makanan yang sudah tersedia di meja kami.
Setelah kami sudah selesai dengan makanan kami, kami pun melanjutkan perbincangan kami sambil menikmati rokok kami masing-masing, kecuali dyo.
Aneh rasanya jika tidak merokok setelah makan, rasanya seperti coli tapu gak keluar, wkwkwkwkwk.
Untuk brolan kami kali ini kami membicarakan topik yang lebih ringan, kami sedang merencanakan liburan yang akan kami laksanakan dalam waktu dekat ini, ya hitung-hitung untuk melepas penat dari keseharian kami yang membosankan.
Devan: "mau kemana nih jadinya kita?"
Mario: "kalo kata gue gakusah yang jauh-jauh deh, yang bisa sehari pulang, kan kita cuma punya 2 hari, sabtu sama minggu"
Aku: "gak seru dong kalo gak nginep"
Nabil: "iyee, gak seru ah misalnya langsung tek tok (pulang pergi)
Dyo: " apa gini aja, kita cari yang deket-deket, tapi bisa nginep, supaya gak abis waktu kita di jalan"
Aku:
Nabil: "atau gini aja, kita nge camp di pantai gimana"
Devan: "wah, boleh tuh"
Mario: "di pantai emang boleh nge camp"
Nabil: "gak tau sih, gua nyari info dulu ntar"
Aku: "boleh tuh, kalo bisa langsung gas aja"
Dyo: "emang mau berangkat kapan"
Aku: "sabtu minggu ini gimana?"
Puukkkk
Aku: "apaan sih van pukul-pukul"
Devan: "seninnya kita UTS begooo"
Aku: "oohh, iya, 2 minggu ya"
Mario: "habis UTS aja langsung gas gimana?"
Nabil: "bisa tuhh, deal ni ya berati, tapi gie cari info duly"
Devan: "ooh iya, beby sama viny ajakin tuh
Degggg...
Huhhh, mendengar nama beby membuat mood ku berubah seketika. Yap, ini karena kejadian kemaren dimana aku membuat beby menangis.
Hari ini sudah hari ke 2 sejak kejadian itu aku tidak berkomunikasi dengan beby.
2 hari ini beby dan viny izin untuk tidak mengikuti kegiatan di lab. Alasannya karena mereka sedang sibuk menyiapkan laporan dan persentasi untuk seminar proposal mereka.
Dan 2 hari ini juga aku belum memiliki itikad baik untuk meminta maaf kepada beby. Entahlah, ego ku mengatakan bahwa aku tidak salah. Tapi melihat reaksi beby yang seperti kemaren aku menjadi merasa bersalah, huhhhh.
Nabil: "oh iya, eh, tapi mereka hari ini masih gak ke lab ya?"
Devan: "iya, ngurus persiapan seminar proposal katanya"
Dyo: "senin aja coba kita tanya mereka"
Mario: "iya, bener, ntar senin ingetin ya"
Suara azan dzuhur yang berkumandang menghentikan pembicaraan kami.
Dyo: "weehh, ayo jumatan, udah adzan tuh, pantesan udah sepi aja ni warung"
Devan: "ayo deh, nat, bil, lo jumatan gak?"
Aku: "gua kaga deh"
Devan: "buset, minggu lalu lu udah gak jumatan bego"
Aku: "ya berarti jatah terakhir gue minggu ini, kan 3 minggu, minggu depan gue jumatan deh"
Devan: "yeee, kapiirrr, lu gimana bil"
Nabil: "hehehe, gue ngikut natha"
Devan: "ini lagi satu, pengikut setan"
Dyo: "yaudah van, ayo cabut, keburu kelar ntar"
Devan dan dyo pun beranjak lebih dulu untuk menuaikan sholat jumat. Sedangkan aku, nabil dan mario memilih untuk kembali ke lab untuk tidur siang.
.
.
.
Sekarang aku sudah berada di kamar kos ku. Waktu sekarang menunjukan pukul 6 sore. Setelah kegiatan pendampingan selesai jam 4 sore tadi, aku langsung memutuskan untuk pulang.
Jika dalam kondisi seorang diri seperti sekarang, isi otak ku hanya beby, beby dan beby. Yap, aku masih dihantui rasa bersalah sampai sekarang.
Mau minta maaf gengsi, ya sejujurnya aku berpikir ini bukan sepenuhnya salah ku. Tapi jika tidak minta maaf wajah sedih dan tangisan beby kemaren selalu terbayang-bayang di pikiran ku.
Untuk mengalihkan pikiran ku tentang masalah ini, aku memilih untuk membuka aplikasi game yang terdapat di handphone ku. Tapi, telpon yang berasal dari nomor handphone viny menghentikan kegiatan ku yang sedang asyik bermain game.
"Apa ini ada kaitannya dengan beby?, ah sudahlah, itu tidak penting"
Tanpa berpikir panjang, akupun memutuskan untuk menjawab telpon dari viny.
Aku: "yaa, halo, kenapa vin?"
Viny: "jemput aku di depan komplek se ka rang"
Kalimat viny disebrang sana terdengar dengan suara yang penuh penekanan.
Aku: "ada apa vin"
Viny: "penting, pokoknya jemput sekarang"
Aku: "oke oke"
Setelah menutup telpon dari viny aku pun langsung bersiap-siap, lalu melajukan motor ku menembus jalanan kota jogja yang ramai untuk menemui viny. Tidak lupa aku membawa helm lebih untuk berjaga-jaga.
Sekarang aku sudah sampai didepan komplek rumah viny. Aku belum melihat keberadaan viny. Akupun memutuskan untuk mengeluarkan handohne ku, lalu menelpon viny untuk memberi kabar bahwa aku sudah sampai.
Aku merogoh saku jaket ku untuk mengambil handphone sambil melihat keadaan sekitar.
Aku membatalkan niat ku untuk mengambil handphone ketika melihat viny dari kejauhan sedang berjalan meghampiri ku.
Aku: "ada apa mbak?"
Viny tidak menjawab. Aku memberikan helm tambahan yang sudah ku bawa tadi kepada viny. Viny pun menyambut helm yang ku berikan dan langsung memakainya.
Tanpa ada sepatah kata yang keluar dari mulut viny, ia pun langsung naik ke boncengan ku.
Viny: "jalan nat"
Aku: "kemana mbak"
Viny: "cafe di samping indomaret depan aja, cepet!!!!"
Aku: "i i iya mbak"
Aku pun memilih untuk langsung mengikuti instruksi viny dan langsung melajukan motor ku ke cafe tujuan kami.
.
.
.
Sekarang kami sudah duduk berhadapan dengan minuman kami masing-masing.
Viny: "beby kamu apain nat?"
Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut dengan pertanyaan viny. Itu karena sebelumnya sudah menduga viny akan bertanya tentang masalah ini.
Aku: "jadi gini mbak, aku jelasin dari awal ya"
Akupun menjelaskan tentang awal dari masalah ku dengan beby kepada viny. Aku menjelaskan kepada vviny dengan apa adanya, tanpa ada yang ditambah-tambahi maupun dikurang-kurangi.
Viny: "kamu jahat nat, gak seharusnya kamu ngomong kayak gitu"
Aku: "iya mbak, aku akui kalo aku salah, tapi ini bukan sepenuhnya salah ku"
Viny: "ya salah kamu lahh"
Aku: "mbakk, aku cuma mau negesin kalau aku gak suka diatur-atur"
Viny: "caranya gak gitu nat"
Aku: "terus aku harus apa?, iyain janji beby?, percuma aku janji tapi habis itu aku masih ngelakuin mbak"
Viny pun terdiam ketika mendengar penjelasan terakhir ku. Tapi akhirnua dia kembali buka suara.
Viny: "dia cuma khawatir nat, seharusnya kamu ngerti itu"
Aku: "iyaa, aku ngerti mbak, terus aku harus gimana?, kan aku udah jelasin, aku cuma gak mau ingkar janji"
Viny kembali terdiam, dari wajahnya terlihat viny sedang memikirkan sesuatu.
Viny: "kalo aku pikir-pikir kamu ada benernya juga nat, tapi gak ada salahnya kamu minta maaf, aku kasian liat beby nat"
Aku: "emang dia kenapa mbak?"
Viny terlihat menjadi agak sedikit frustasi setelah mendengar pertanyaan ku.
Viny: "udah lah nat, kamu gak perlu tau, aku minta tolong bangeeeettt ke kamu, minta maaf sama dia nat"
Hati ku agak sedikit luluh ketika melihat viny memohon. Dia menatapku seakan-akan sangat berharap agar aku mengabulkan permohonannya kali ini. Berbeda seperti ketika dia sempat membohongi ku dulu.
Toh, dengan minta maaf aku juga bisa menghilangkan kegelisahan ku 2 hari ini. Dan tentu saja memperbaiki hubungan pertemanan ku dengan beby. Entah kenapa jika keadaan terus seperti ini aku merasa ada sesuatu yang hilang, entah apa itu, aku tidak mengerti.
Aku: "huhhhhh, iya mbak, nanti aku coba minta maaf"
Viny: "aku gak mau tau, pokoknya habis ini langsung nat"
Aku: "iya mbak"
.
.
.
Sekarang aku sudah berada di dalam rumah beby dan viny. Viny mempersilahkan ku untuk duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu viny membangunkan beby yang sedang tidur.
Viny: "bebb, bangunnn"
Beby: "eeemmmhhh"
Viny: "ada yang nyari kamu"
Beby: "siapa vin"
Viny: "kamu kedepan dulu deh"
Beby: "siapa sih?"
Viny: "kedepan aja, penting katanya"
Beby: "yaudah, aku cuci muka dulu"
Aku mendengar suara samar-samar yang berasal dari pembicaraan beby dan viny yang sedang berada di dalam kamar.
Tiba-tiba perasaan gugup mulai merasuki ku.
"Apa dia masih mau ketemu aku?"
"Atau malah aku langsung diusir?"
Suara pintu yang terbuka membuat debaran jantungku bertambah cepat. Terlihat beby yang muncul dari depan pintu dengan wajahnya yang terlihat masih agak sedikit mengantuk.
Tatapan kami pun bertemu, aku melihat ada lingkaran hitam dimatanya, seperti nya karena kurang tidur atau terlalu banyak menangis.
"Apa ini gara-gara perbuatan ku kemaren?"
Aku: "mbak, aku mau ngomong"
Beby tidak membalas sapaanku. Dia hanya menatapku dengan wajah datarnya. Tapi meskipun begitu, dia tetap berjalan menghampiriku dan duduk di depan ku.
Beby: "mau ngomong apa?"
Aku: "aku mau minta maaf soal masalah kemaren mbak"
Keheningan sempat muncul diantara kami selama beberapa detik. Tapi itu cukup menambah kegugupanku.
Beby: "gak perlu nat, kamu gak salah, aku bukan siapa-siapa kamu nat, begitu juga sebaliknya"
Deggggg.....
Jawaban dari beby membuat ku terdiam. Serasa ada yang sakit di dada ini. Padahal pada saat kejadian kemaren, aku yang melontarkan kata-kata ini kepada beby.
"Oohhh, jadi seperti ini ya rasanyaa"
"Sekarang aku tau, aku memang orang jahat ketika mengucapkan kata-kata itu kepada beby kemaren"
Aku: "ya, tapi aku juga salah mbak, harusnya aku gak ngomong kayak gitu ke mbak kemaren"
Beby: "udah lah nat, udah aku maafin, mending sekarang kamu pulang"
Beby masih menjawab pertanyaan ku dengan wajah datarnya.
Aku: "kalo mbak udah maafin aku terus kenapa aku di suruh pulang"
Beby: "ini rumah ku nat, hak aku untuk nyuruh pegi siapa pun orang yang gak pengen aku temuin"
Aku: "berarti mbak belum maafin aku"
Beby: "udah kok nat, aku udah maafin, tapi bukan berarti aku mau ketemu kamu"
Degggg......
Beby menjawab pertanyaan ku seolah-olah tanpa ada beban sama sekali. Sepertinya dia memang sudah sangat membenci ku.
Huhhh, ternyata rasanya sakit diperlakukan seperti ini.
Tapi aku harus kuat. Yap, aku harus terima resikonya, masalah ini semuanya berawal dari ku.
Aku: "yaudah kalo mau mbak gitu, aku pulang ya, sekali lagu makasih, udah mau maafin aku"
Beby: "sama-sama nat, pintu sama pagar gak di kunci, langsung keluar aja"
Aku: "iya mbak"
Dengan perasaan yang tidak karuan aku berjalan keluar dari rumah beby.
Akupun menaiki motorku, lalu memasang helm, dan bersiap-siap menstarter motor ku untuk langsung pergi dari sini.
"Nathaaaa"
Suara dari viny membuat kegiatan ku terhenti.
Viny: "yang sabar ya, jangan nyerah nat, nanti coba lagi yaa, mungkin dia masih kesel, tapi aku yakin nanti lama-lama ilang kok"
Viny berkata seperti itu sambil menyunggingkan senyuman manisnya. Tapi untuk hari ini, senyuman manis viny tidak ada artinya untuk ku. Isi pikiran ku sekarang hanyalah beby, beby dan beby.
Sekarang bukan lagi rasa bersalah yang memenuhi pikiran ku, aku merasa seperti kehilangan sesuatu. Entah lah, aku tidak paham dengan perasaanku sekarang.
Aku: "iya mbak, makasih, aku duluan ya"
Viny: "iya nat, hati-hati, jangan ngebut ya"
Aku: "iya mbak, dahh"
Viny: "daaah natha"
Akupun melajukan motor ku untuk pulang, tentu saja dengan perasaan yang sangat tidak karuan.
.
.
.
Pak edi: "sebelum kita lanjut ke intinya, saya mau tanya, kenapa minyak fossil seperti bensin atau solar lebih mudah dibakar daripada minyak nabati?
Nabil: " Kalau dari jurnal yang saya baca, diliat dari viskositas dan titik bakar dari minyak nabati jauh lebih tinggi pak daripada minyak fossil"
Pak edi: "iya, saya paham, tapi apa yang menyebabkan itu?"
Aku: "kalau viskositas nya tinggi cairan semakin kental pak, kalo kental ikatan antar atomnya lebih kuat, jadi dia butuh energi lebih pak buat dibakar, makanya titik bakarnya tinggi pak"
Pak edi: "oke, kalau gitu, kenapa ikatan antar atom di minyak nabati lebih kuat dari minyak fossil?"
Devan: "kalau gak salah saya pernah baca pak, karena minyak nabati punya "ikatan polar" pak"
Pak edi: "apa itu ikatan polar?"
Pertanyaan terakhir dari pak edi membuat suasana ruangan menjadi hening. Kami hanya bisa saling melirik satu sama lain. Sepertinya dari devan sendiri tidak mengerti dengan apa yang dia katakan.
1 menit, 2 menit, 3 menit
Tidak ada 1 orang pun diruangan ini yang mengeluarkan suara. Bahkan pak edi pun hanya diam sambil menghisap rokok dan menikmati kopi hitamnya.
Tiba-tiba pak edi menghembuskan asap rokoknya ke arah kami sebelum beliau kembali berbicara.
Pak edi: "kalian kalau tidak tahu dengan apa yang kalian bicarakan lebih baik tidak usah menjawab"
Melihat keadaan sekarang, aku sudah menyiapkan telinga ku untuk mendengar ceramah dari pak edi dengan kata-kata tajamnya.
Pak edi: "anak SD juga bisa kalau hanya disuruh bicara kalimat ikatan polar. Kalian ini nanti akan lulus jadi sarjana, kalau kayak gini, apa bedanya kalian sama anak SD"
Sekarang kepala kami semua sudah dalam keadaan menunduk.
Pak edi: "kalian kalau dikasih otak sama tuhan, ya di pakai. Biasakan pakai logika kalian. Saya paham, sistem pendidikan di negara kita tidak pernah membiasakan ini"
Pak edi: "kita dari kecil cuma diajarkan menghafal, ya hasilnya seperti kalian ini, sudah mau sarjana otaknya masih sama seperti anak SD"
Pak edi: "ya sebenarnya ini bukan salah kalian, ini salah pendahulu-pendahulu kita, tidak pernah mengajarkan cara belajar yang baik"
Pak edi: "wkwkwkwk, tapi yasudahlah, ini gunanya kalian belajar ke saya, saya harus membentuk kalian jadi sarjana yang tidak cuma punya gelar, tapi punya otak"
Pak edi: "lain kali kalian lebih hati-hati berbicara, jangan bicara kalimat apa yang kalian tidak paham, untung kalian masih melakukan kesalahan itu di lingkungan akademik, kalau bicara lingkungan kerja...., ah sudahlah"
Pak edi: "tidak papa, kalian masih mahasiswa, silahkan lakukan kesalahan sebanyak-banyaknya, tapi kalian harus siap juga mendengar hinaan hinaan dari saya, wkwkwkwk"
Pak edi: "van, silahkan kamu cari apa yang kamu bilang tadi, dan di pertemuan selanjutnya, jelaskan ke saya hubungannya dengan kuat lemahnya ikatan antar atom, hari ini cukup, silahkan kalian keluar"
Kami beranjak keluar dari ruangan pak edi dengan pikiran yang tidak karuan. Warung bi idah menjadi tempat tujuan kami selanjutnya untuk mengisi perut kami yang mulai keroncongan siang ini.
Kami pun memesan makanan kami masing-masing. Sambil menunggu bi idah menyiapkan makanan pesanan kami, kami memilih untuk mencar kursi yang kosong, lalu duduk sambil berbincang-bincang tentang hasil dari maju dosen hari ini.
Devan: "anjirlah, gue udah feeling sih tadi salah ngomong"
Aku: "yaelah, udah kali, santaiii"
Mario: "pak edi pedes banget ya mulutnya"
Nabil: "kalau gak gitu bukan pak edi namanya"
Aku: "yaelah, udah, gakusah dipikirin, kalau kita di hina-hina kayak tadi tinggal dengerin aja, gak usah di masukin ke hati"
Mario: "iya, tapi dimasukin ke otak"
Dyo: "wkwkwkwk, bener tuh, masalahnya dia hina-hina kita, tapi kayaknya kita emang pantes digituin, wkwkwkwkwk"
Devan: "anjir, bener juga, padahal gue denger ikatan polar ini dari SMA, tapi ampe gue semester 6 gue gak paham maksudnya"
Aku: "wkwkwkwk, sama banget anjirrrr, gue taunya ikatan polar itu, ikatan antara 2 unsur yang berbeda, udah, gitu doang"
Nabil: "terus kalau beda kenapa ya"
Aku: "ya mana gue tau, wkwkwk"
Obrolan kami terhenti ketika bi ijah datang untuk mengantarkan pesanan kami.
Nabil: "yang lain pada tau gak kenapa?"
Mario: "udahh, makanan udah dateng nihhh, pikir nanti aja"
Dyo: "iya bil, mending makan dulu"
Nabil: "yaudah deh"
Kami ber 5 pun memutuskan menghentikan obrolan kami untuk menyantap makanan yang sudah tersedia di meja kami.
Setelah kami sudah selesai dengan makanan kami, kami pun melanjutkan perbincangan kami sambil menikmati rokok kami masing-masing, kecuali dyo.
Aneh rasanya jika tidak merokok setelah makan, rasanya seperti coli tapu gak keluar, wkwkwkwkwk.
Untuk brolan kami kali ini kami membicarakan topik yang lebih ringan, kami sedang merencanakan liburan yang akan kami laksanakan dalam waktu dekat ini, ya hitung-hitung untuk melepas penat dari keseharian kami yang membosankan.
Devan: "mau kemana nih jadinya kita?"
Mario: "kalo kata gue gakusah yang jauh-jauh deh, yang bisa sehari pulang, kan kita cuma punya 2 hari, sabtu sama minggu"
Aku: "gak seru dong kalo gak nginep"
Nabil: "iyee, gak seru ah misalnya langsung tek tok (pulang pergi)
Dyo: " apa gini aja, kita cari yang deket-deket, tapi bisa nginep, supaya gak abis waktu kita di jalan"
Aku:
Nabil: "atau gini aja, kita nge camp di pantai gimana"
Devan: "wah, boleh tuh"
Mario: "di pantai emang boleh nge camp"
Nabil: "gak tau sih, gua nyari info dulu ntar"
Aku: "boleh tuh, kalo bisa langsung gas aja"
Dyo: "emang mau berangkat kapan"
Aku: "sabtu minggu ini gimana?"
Puukkkk
Aku: "apaan sih van pukul-pukul"
Devan: "seninnya kita UTS begooo"
Aku: "oohh, iya, 2 minggu ya"
Mario: "habis UTS aja langsung gas gimana?"
Nabil: "bisa tuhh, deal ni ya berati, tapi gie cari info duly"
Devan: "ooh iya, beby sama viny ajakin tuh
Degggg...
Huhhh, mendengar nama beby membuat mood ku berubah seketika. Yap, ini karena kejadian kemaren dimana aku membuat beby menangis.
Hari ini sudah hari ke 2 sejak kejadian itu aku tidak berkomunikasi dengan beby.
2 hari ini beby dan viny izin untuk tidak mengikuti kegiatan di lab. Alasannya karena mereka sedang sibuk menyiapkan laporan dan persentasi untuk seminar proposal mereka.
Dan 2 hari ini juga aku belum memiliki itikad baik untuk meminta maaf kepada beby. Entahlah, ego ku mengatakan bahwa aku tidak salah. Tapi melihat reaksi beby yang seperti kemaren aku menjadi merasa bersalah, huhhhh.
Nabil: "oh iya, eh, tapi mereka hari ini masih gak ke lab ya?"
Devan: "iya, ngurus persiapan seminar proposal katanya"
Dyo: "senin aja coba kita tanya mereka"
Mario: "iya, bener, ntar senin ingetin ya"
Suara azan dzuhur yang berkumandang menghentikan pembicaraan kami.
Dyo: "weehh, ayo jumatan, udah adzan tuh, pantesan udah sepi aja ni warung"
Devan: "ayo deh, nat, bil, lo jumatan gak?"
Aku: "gua kaga deh"
Devan: "buset, minggu lalu lu udah gak jumatan bego"
Aku: "ya berarti jatah terakhir gue minggu ini, kan 3 minggu, minggu depan gue jumatan deh"
Devan: "yeee, kapiirrr, lu gimana bil"
Nabil: "hehehe, gue ngikut natha"
Devan: "ini lagi satu, pengikut setan"
Dyo: "yaudah van, ayo cabut, keburu kelar ntar"
Devan dan dyo pun beranjak lebih dulu untuk menuaikan sholat jumat. Sedangkan aku, nabil dan mario memilih untuk kembali ke lab untuk tidur siang.
.
.
.
Sekarang aku sudah berada di kamar kos ku. Waktu sekarang menunjukan pukul 6 sore. Setelah kegiatan pendampingan selesai jam 4 sore tadi, aku langsung memutuskan untuk pulang.
Jika dalam kondisi seorang diri seperti sekarang, isi otak ku hanya beby, beby dan beby. Yap, aku masih dihantui rasa bersalah sampai sekarang.
Mau minta maaf gengsi, ya sejujurnya aku berpikir ini bukan sepenuhnya salah ku. Tapi jika tidak minta maaf wajah sedih dan tangisan beby kemaren selalu terbayang-bayang di pikiran ku.
Untuk mengalihkan pikiran ku tentang masalah ini, aku memilih untuk membuka aplikasi game yang terdapat di handphone ku. Tapi, telpon yang berasal dari nomor handphone viny menghentikan kegiatan ku yang sedang asyik bermain game.
"Apa ini ada kaitannya dengan beby?, ah sudahlah, itu tidak penting"
Tanpa berpikir panjang, akupun memutuskan untuk menjawab telpon dari viny.
Aku: "yaa, halo, kenapa vin?"
Viny: "jemput aku di depan komplek se ka rang"
Kalimat viny disebrang sana terdengar dengan suara yang penuh penekanan.
Aku: "ada apa vin"
Viny: "penting, pokoknya jemput sekarang"
Aku: "oke oke"
Setelah menutup telpon dari viny aku pun langsung bersiap-siap, lalu melajukan motor ku menembus jalanan kota jogja yang ramai untuk menemui viny. Tidak lupa aku membawa helm lebih untuk berjaga-jaga.
Sekarang aku sudah sampai didepan komplek rumah viny. Aku belum melihat keberadaan viny. Akupun memutuskan untuk mengeluarkan handohne ku, lalu menelpon viny untuk memberi kabar bahwa aku sudah sampai.
Aku merogoh saku jaket ku untuk mengambil handphone sambil melihat keadaan sekitar.
Aku membatalkan niat ku untuk mengambil handphone ketika melihat viny dari kejauhan sedang berjalan meghampiri ku.
Aku: "ada apa mbak?"
Viny tidak menjawab. Aku memberikan helm tambahan yang sudah ku bawa tadi kepada viny. Viny pun menyambut helm yang ku berikan dan langsung memakainya.
Tanpa ada sepatah kata yang keluar dari mulut viny, ia pun langsung naik ke boncengan ku.
Viny: "jalan nat"
Aku: "kemana mbak"
Viny: "cafe di samping indomaret depan aja, cepet!!!!"
Aku: "i i iya mbak"
Aku pun memilih untuk langsung mengikuti instruksi viny dan langsung melajukan motor ku ke cafe tujuan kami.
.
.
.
Sekarang kami sudah duduk berhadapan dengan minuman kami masing-masing.
Viny: "beby kamu apain nat?"
Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut dengan pertanyaan viny. Itu karena sebelumnya sudah menduga viny akan bertanya tentang masalah ini.
Aku: "jadi gini mbak, aku jelasin dari awal ya"
Akupun menjelaskan tentang awal dari masalah ku dengan beby kepada viny. Aku menjelaskan kepada vviny dengan apa adanya, tanpa ada yang ditambah-tambahi maupun dikurang-kurangi.
Viny: "kamu jahat nat, gak seharusnya kamu ngomong kayak gitu"
Aku: "iya mbak, aku akui kalo aku salah, tapi ini bukan sepenuhnya salah ku"
Viny: "ya salah kamu lahh"
Aku: "mbakk, aku cuma mau negesin kalau aku gak suka diatur-atur"
Viny: "caranya gak gitu nat"
Aku: "terus aku harus apa?, iyain janji beby?, percuma aku janji tapi habis itu aku masih ngelakuin mbak"
Viny pun terdiam ketika mendengar penjelasan terakhir ku. Tapi akhirnua dia kembali buka suara.
Viny: "dia cuma khawatir nat, seharusnya kamu ngerti itu"
Aku: "iyaa, aku ngerti mbak, terus aku harus gimana?, kan aku udah jelasin, aku cuma gak mau ingkar janji"
Viny kembali terdiam, dari wajahnya terlihat viny sedang memikirkan sesuatu.
Viny: "kalo aku pikir-pikir kamu ada benernya juga nat, tapi gak ada salahnya kamu minta maaf, aku kasian liat beby nat"
Aku: "emang dia kenapa mbak?"
Viny terlihat menjadi agak sedikit frustasi setelah mendengar pertanyaan ku.
Viny: "udah lah nat, kamu gak perlu tau, aku minta tolong bangeeeettt ke kamu, minta maaf sama dia nat"
Hati ku agak sedikit luluh ketika melihat viny memohon. Dia menatapku seakan-akan sangat berharap agar aku mengabulkan permohonannya kali ini. Berbeda seperti ketika dia sempat membohongi ku dulu.
Toh, dengan minta maaf aku juga bisa menghilangkan kegelisahan ku 2 hari ini. Dan tentu saja memperbaiki hubungan pertemanan ku dengan beby. Entah kenapa jika keadaan terus seperti ini aku merasa ada sesuatu yang hilang, entah apa itu, aku tidak mengerti.
Aku: "huhhhhh, iya mbak, nanti aku coba minta maaf"
Viny: "aku gak mau tau, pokoknya habis ini langsung nat"
Aku: "iya mbak"
.
.
.
Spoiler for Theme song:
Sekarang aku sudah berada di dalam rumah beby dan viny. Viny mempersilahkan ku untuk duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu viny membangunkan beby yang sedang tidur.
Viny: "bebb, bangunnn"
Beby: "eeemmmhhh"
Viny: "ada yang nyari kamu"
Beby: "siapa vin"
Viny: "kamu kedepan dulu deh"
Beby: "siapa sih?"
Viny: "kedepan aja, penting katanya"
Beby: "yaudah, aku cuci muka dulu"
Aku mendengar suara samar-samar yang berasal dari pembicaraan beby dan viny yang sedang berada di dalam kamar.
Tiba-tiba perasaan gugup mulai merasuki ku.
"Apa dia masih mau ketemu aku?"
"Atau malah aku langsung diusir?"
Suara pintu yang terbuka membuat debaran jantungku bertambah cepat. Terlihat beby yang muncul dari depan pintu dengan wajahnya yang terlihat masih agak sedikit mengantuk.
Tatapan kami pun bertemu, aku melihat ada lingkaran hitam dimatanya, seperti nya karena kurang tidur atau terlalu banyak menangis.
"Apa ini gara-gara perbuatan ku kemaren?"
Aku: "mbak, aku mau ngomong"
Beby tidak membalas sapaanku. Dia hanya menatapku dengan wajah datarnya. Tapi meskipun begitu, dia tetap berjalan menghampiriku dan duduk di depan ku.
Beby: "mau ngomong apa?"
Aku: "aku mau minta maaf soal masalah kemaren mbak"
Keheningan sempat muncul diantara kami selama beberapa detik. Tapi itu cukup menambah kegugupanku.
Beby: "gak perlu nat, kamu gak salah, aku bukan siapa-siapa kamu nat, begitu juga sebaliknya"
Deggggg.....
Jawaban dari beby membuat ku terdiam. Serasa ada yang sakit di dada ini. Padahal pada saat kejadian kemaren, aku yang melontarkan kata-kata ini kepada beby.
"Oohhh, jadi seperti ini ya rasanyaa"
"Sekarang aku tau, aku memang orang jahat ketika mengucapkan kata-kata itu kepada beby kemaren"
Aku: "ya, tapi aku juga salah mbak, harusnya aku gak ngomong kayak gitu ke mbak kemaren"
Beby: "udah lah nat, udah aku maafin, mending sekarang kamu pulang"
Beby masih menjawab pertanyaan ku dengan wajah datarnya.
Aku: "kalo mbak udah maafin aku terus kenapa aku di suruh pulang"
Beby: "ini rumah ku nat, hak aku untuk nyuruh pegi siapa pun orang yang gak pengen aku temuin"
Aku: "berarti mbak belum maafin aku"
Beby: "udah kok nat, aku udah maafin, tapi bukan berarti aku mau ketemu kamu"
Degggg......
Beby menjawab pertanyaan ku seolah-olah tanpa ada beban sama sekali. Sepertinya dia memang sudah sangat membenci ku.
Huhhh, ternyata rasanya sakit diperlakukan seperti ini.
Tapi aku harus kuat. Yap, aku harus terima resikonya, masalah ini semuanya berawal dari ku.
Aku: "yaudah kalo mau mbak gitu, aku pulang ya, sekali lagu makasih, udah mau maafin aku"
Beby: "sama-sama nat, pintu sama pagar gak di kunci, langsung keluar aja"
Aku: "iya mbak"
Dengan perasaan yang tidak karuan aku berjalan keluar dari rumah beby.
Akupun menaiki motorku, lalu memasang helm, dan bersiap-siap menstarter motor ku untuk langsung pergi dari sini.
"Nathaaaa"
Suara dari viny membuat kegiatan ku terhenti.
Viny: "yang sabar ya, jangan nyerah nat, nanti coba lagi yaa, mungkin dia masih kesel, tapi aku yakin nanti lama-lama ilang kok"
Viny berkata seperti itu sambil menyunggingkan senyuman manisnya. Tapi untuk hari ini, senyuman manis viny tidak ada artinya untuk ku. Isi pikiran ku sekarang hanyalah beby, beby dan beby.
Sekarang bukan lagi rasa bersalah yang memenuhi pikiran ku, aku merasa seperti kehilangan sesuatu. Entah lah, aku tidak paham dengan perasaanku sekarang.
Aku: "iya mbak, makasih, aku duluan ya"
Viny: "iya nat, hati-hati, jangan ngebut ya"
Aku: "iya mbak, dahh"
Viny: "daaah natha"
Akupun melajukan motor ku untuk pulang, tentu saja dengan perasaan yang sangat tidak karuan.
.
.
.
agungvanjj dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
