Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cyber.police707Avatar border
TS
cyber.police707
Misi Pemuda Muslim
MISI PEMUDA MUSLIM


 


Bismillah, Assalamualikum teman – teman semua dimanapun berada, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan lahir maupun batin ditengah kondisi saat ini yang bisa di bilang sedang genting – gentingnya terkait pandemi virus corona (covid-19) yang sedang menjangkit hampir di seluruh dunia saat ini. Melihat kondisi saat ini dimana masyarakat di himbau untuk tetap dirumah dan tidak bepergian kemana-mana jika tidak ada urusan yang mendesak, hal ini berimbas kepada berbagai aktivitas lainya dimana saat inipun saya pribadi sedang ada dirumah yang harusnya ada aktivitas malam minggu (Halaqoh) bersama para teman – teman lainya, tetapi bukan berarti tidak ada aktifitas sama sekali, kegiatan kami allihkan ke Whatsapp Grup atau semacam kajian online dengan tema MISI PEMUDA. Berikut materi yang disampaikan oleh murabbi kami, materi ini adalah  tulisan dari seorang intelektual muslim dari bandung namanya Ust.Muhammad Elvandi, Lc. MA, selamat membaca.


 


Melihat kondisi dewasa ini, teriak nurani membuncah kembali. Menyeru pemuda-pemuda negeri yang berselimut dan berdiam diri. Untuk berkata seperti mereka di tahun 45 berkata


“Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji, aku sudah cukup lama dengan bicaramu, dipanggang diatas apimu, digarami lautmu… Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu…“ kata Chairil Anwar.


 


Karena pemuda adalah nafas negeri ini. Sebanyak dan sekuat apa mereka, sepanjang itu umur negeri kita. Karena pemuda kata Hasan al-Banna


‘‘di setiap umat adalah rahasia kebangkitannya; di setiap kebangkitan mereka adalah rahasia kekuatannya; dan di setiap ideologi mereka adalah para pengusung panjinya”.


 


Mereka mungkin masih sangat muda. Mungkin dibawah usia 40, atau 30, atau 25, tapi perubahan yang mereka ciptakan melebihi abad hidupnya, atau tercatat di memori sejarah bumi ini, atau bahkan terukir di dinding istana langit yang abadi.


 


Usia 24 bagi Muhammad al-Fâtih adalah realisasi mimpi delapan abad umat Islam membebaskan Konstatinopel. Reruntuhan Daulah Umawiyyah kembali berdiri menjulang di Andalus oleh pemuda 25 tahun, Abdurrahman ad-Dâkhil. Dua puluh dua tahun bagi Hârûn ar-Rasyîd adalah awal pemerintahan Dinasti Islam terbesar sepanjang sejarah hingga mencapai puncaknya, Daulah Abbasiyyah di Baghdad.  Sembilan belas tahun bagi Usamah bin Zaid adalah kematangan kepemimpinan untuk mengomandoi pasukan senior sahabat melawan Imperium raksasa Roma. Dan sepuluh tahunnya Ali bin Abi Thâlib adalah kesiapan menjadi da’i khusus Islam yang membawa misi super rahasia di awal fase dakwah Mekkah. Dan 25 tahun seorang Jendral Sudirman, dalam sakit parahnya di hutan tetap membakar energi perlawanan di seluruh tanah air hingga melahirkan cikal bakal TNI.


 


Mereka lahir seperti pemuda zaman ini lahir, sama-sama menjalani durasi hidup yang belum lama dan mungkin tumbuh dalam situasi yang tidak sebaik sekarang, dengan segudang fasilitas hidup, dan setumpuk sarana belajar. Tapi mata mereka melihat dunia dengan pandangan yang lain. Sehingga saat Mu’awiyyah kecil ditanya mengapa tidak bermain-main seperti anak lainnya ia menjawab “aku tidak dilahirkan untuk itu”.


Misi - misi besar itu memanaskan hati mereka untuk bergerak !


Ada misi besar yang selalu memanaskan hati mereka untuk bergerak. Bahwa kerja-kerja sebesar mitos yang dibaca di buku-buku sejarah dan pahlawan selalu menginspirasi mereka. Bahwa mengumpulkan ratusan ribu hadist shahih Nabi itu sesuatu yang mungkin di benak Imam Bukhari muda dan merumuskan ilmu baru, Ushul Fiqh untuk memahami Fiqh menghidupkan adrenalin Imam Syafi’i muda untuk ekstra keras belajar pada Imam Malik.


  


Misi-misi besar yang oleh sebagian besar orang dianggap mustahil menjadi hobi mereka. Dan semakin mereka gagal, semakin mereka tertantang mencoba sembari berkata kepada dirinya, tugas besar itu milikku, tangan ini yang akan menuntaskan. Mereka yakin bahwa kerja-kerja besar itu mungkin mereka lakukan.


 


Dari batu fondasi keyakinan terhadap misi-misi besar itulah menjulang bangunan kepribadian mereka yang seakan mustahil dibaca pemuda zaman ini. Seperti kekuatan belajar Abû Ayyûb al-Anshâri yang berjalan dari Madinah ke Mesir untuk mencatat satu hadist untuk kemudian langsung kembali ke Madinah tanpa turun dari untanya. Atau Ibnu Rusyd yang sejak muda hingga matinya, di malam-malamnya matanya tidak pernah lepas dari buku, atau Bukhari yang dalam semalam perlu menghabiskan 20 lilin untuk belajarnya.


 


Dari keyakinan itu juga lahir keterarahan hidup. Karena mimpi-mimpi yang dirangkai terasa mungkin di dalam pikiran maka semua panca indera menterjemahkan kemungkinan itu. Jadilah mata dan telinganya fungsional di jalan idealismenya, lidah dan pikirannya produktif untuk berkarya, dan hatinya selalu menyala menerangi langkah masa depannya. Sehingga saat semua siswa SMA itu hampir lulus Sang Guru memberi tugas mengarang cita-cita. Dan hanya Hasan al-Banna yang mengagetkan sekolahannya saat menulis mimpi terbesarnya adalah “untuk kejayaan agamaku, negeraku dan negeri-negeri Islam”, dan lebih mengagetkan lagi seluruh dunia karena pemuda yang syahid di usia 43 tahun itu telah merealisasikan mimpinya dan menanamkan ruh kebangkitan Islam di puluhan negeri Muslim.


 


Misi-misi besar itulah yang sekarang sedang mengantri. Sudah lama mereka menanti para pemuda yang akan menjemputnya. Kerja mempersiapkan kepemimpinan nasional yang selama ini mandul, kerja menata sistem negara yang boros, reformasi birokrasi yang rumit, HAM, solusi kemiskinan, optimalisasi sumber daya negara yang sering dicuri, perlindungan warga yang terabaikan di luar negeri, buruh, reformasi pendidikan, peningkatan kesehatan, bahkan solidaritas revolusi negera-negara Muslim, dan kemerdekaan Palestina.


Baca Artikel Lainnya : 


Perkembangan Teknologi, antara kemajuan zaman dan kemuduran Adab
Menajadi Para Penghafal Quran Pilihan Allah
Kuliah Salah Jurusan, Kok Bisa



Terlalu lama tema-tema tersebut tertutup rapat dalam ensiklopedi perpustakaan, atau dibahas di meja-meja rapat pejabat pemerintahan. Kurangilah beban orang tua yang sejak dulu berberat bahu. Karena saat ini, pemuda yang akan kembali memegang kendali. Kerja-kerja besar itu adalah proyek kami sekarang ini. Proyek pemuda. Karena kami tidak tahan lagi melihat saudara sendiri menangis kembali. Cukup sudah rakyat menunggu sejak dahulu. Tak ingin lagi pertanyan-pertanyaan kami ‘‘membentur meja kekuasaan yang macet, dan papan tulis-papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan’’ seperti kata Rendra.


 


Karena itulah kita para pemuda hadir, karena dalam Sajak Sebatang Lisongnya Rendra melanjutkan ‘‘ kita sendiri mesti merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, dan menghayati persoalan yang nyata’’.


 


Inilah misi-misi kita para pemuda. Dimana lagi waktu untuk berleha dan berfikir hal-hal kecil? Masih adakah waktu lepas berbincang tanpa batas? atau mengumbar naluri muda di mall-mall, cafe dan taman kota?


 


Pemuda pemikul misi-misi besar itu bukan mitos, dan pernah ada. Tangan pemuda zaman inilah yang akan membuatnya kembali ada atau menjadi sekedar legenda. Tidak ada yang membedakan antara Muhammad al-Fâtih, Abdurrahman ad-Dâkhil, Hârûn ar-Rasyîd, Usamah bin Zaid, Ali bin Abi Thâlib, Jendral Sudirman dan kita pemuda zaman ini. Kecuali firman Allah bahwa ‘‘mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan-Nya, sehingga Kami tambah mereka petunjuk’’.


 


sumur
Diubah oleh cyber.police707 25-03-2020 15:37
sebelahblog
4iinch
infinitesoul
infinitesoul dan 3 lainnya memberi reputasi
4
760
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Tampilkan semua post
epopolocroiaAvatar border
epopolocroia
#1
itu visi gan emoticon-Embarrassmentkalau misi terorganisir, realistis, dan masih banyak faktor lagi, lah ini misinya ;

"kita sendiri mesti merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, dan menghayati persoalan yang nyata’’.

keluar kemana? desa mana? mencatat gejala? menghayati? tertawa lah aku ini kak emoticon-Ngakak (S)
enopandarmawan
boringyouth
boringyouth dan enopandarmawan memberi reputasi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.