yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)




TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:25
sehat.selamat.
JabLai cOY
al.galauwi
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
331.3K
4.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1794
Status Baru
Jelang persiapan sidang Emi, gue juga mempersiapkan diri untuk melaksanakan tes masuk sekolah pascasarjana gue. Awalnya gue berpikir ini adalah tes formalitas, asalkan bayar sesuai iuran yang ditetapkan, tapi ternyata ini tes beneran, dan ada kemungkinan untuk gagal dan tidak diterima masuk. Benar-benar serius banget ya kampus gue ini. Haha.

Gue belajar, Emi pun belajar. Sidang Emi dilaksanakan terlebih dulu daripada tes masuk gue. Seperti biasa, gue memberikan kisi-kisi ketika sidang berlangsung nanti berdasarkan pengalaman gue. Gue juga bilang kalau ini bisa aja berubah skemanya karena selang enam tahun itu bisa aja banyak perubahan mekanisme yang terjadi.

Sidang nanti akan dihadiri oleh dua orang dosen pembimbing, satu orang dosen penguji dari akademik jurusan, dan satu lagi adalah dosen penguji tamu yang dipilihkan oleh bagian akademik sesuai dengan topik penelitian mahasiswa.

Setelah Emi sukses melewati seminarnya, gue bilang kalau dia nggak perlu susah-susah lagi untuk banyak belajar karena mekanismenya kurang lebih sama. hanya saja mungkin lebih detail pertanyaannya karena yang bertanya semuanya dosen. Dulu pengalaman gue, saat sidang memang ada beberapa pertanyaan, tapi mungkin karena masih program sarjana, lebih banyak diskusi dan masukannya daripada pertanyaan yang bikin pusing kepala.

“Intinya, kesimpulan kamu harus menjawab tujuan. Kan tujuan diawal udah dibikin poin-poinnya tuh. Itu nanti yang akan diliat sama dosen. Berhubungan dan menjawab nggak. Kalau nggak, udah bisa dipastiin isi skripsi kamu seluruhnya kurang bener. tapi biasanya kalau kesalahannya minor, tujuannya bisa dimodifikasi sedikit jadi bisa mewakili pernyataan di kesimpulan Mi. Ya cuma aku percaya sih, kamu nggak akan segitunya salahnya. Hehehe.”

“Hmm. Gitu ya Zy. Oke aku coba lagi ya crosscheck. Tapi kemarin kata kamu udah bener dan logis keterkaitan pernyataan di kesimpulan sama tujuannya?”

“Kata aku kan. Tapi kalau kata dosen yang lebih ngerti teknik dan diliat dari sisi akademisi, bisa aja ada yang belum sempurna kan?”

“Iya sih.”

“yaudah yang penting kamu udah coba sebisa mungkin nyusun ini semua. Kemarin seminar udah dilewatin dengan baik, aku yakin kamu pasti bisa sidang. Nggak akan jauh-jauh Mi pertanyaannya. Inget kamu mau lulus program sarjana bukan program Doktor yang harus menemukan atau berinovasi sesuatu yang baru.”

“siap Zy. Doain aku ya.”

“Pasti dong Mi.”

--

Gue menemani dari awal dia persiapan sidang, sampai akhirnya dia menyelesaikan sidangnya dalam waktu kurang dari dua jam. Alhamdulillah sekarang pacar gue sudah sama statusnya dengan gue, yaitu menjadi seorang sarjana.

“Alhamdulillah akhirnya semuanya selesai.” Katanya.

“Alhamdulillah ya. mudah-mudahan kamu bisa dapet kerja yang bener ntar. Yang paling penting, ilmunya guna buat orang banyak hehehe.” Kata gue.

“Woi, gue udah kerja kaleee..”

“Hahaha oh iya. Ya anggep aja itu tadi formalitas Mi. kamu mau kemana dulu abis ini?”

“Aku mau ketemu orang-orang di TU dulu deh. Buat nyerahin beberapa berkas ini. Terus sekalian ngucapin makasih sama orang-orang disana yang udah banyak bantuin buat nyiapin dokumen dan persyaratannya. Khususnya Mbak Yanti.”

“Yaudah ayo kesana. Aku juga udah lama nggak ketemu Mbak Yanti.”

Kamipun berangkat ke ruang TU atau akademik jurusan kami. Disana ruangannya sudah banyak berubah nggak seperti jaman gue dulu waktu masih kuliah disini. Ruangannya sudah direnovasi jadi lebih besar. AC nya juga jadi lebih dingin.

Ruangan ini ternyata pindah dari yang dulu awal dipakai dijaman gue. ruang ini adalah salah satu ruang dosen senior disini, yang juga ternyata teman baik Papa di jaman kuliahnya dulu. Beliau ini dulunya mantan Dekan Fakultas C, sekarang sepertinya sudah pensiun, jadinya ruangannya yang besar dialihfungsikan menjadi lebih optimal sebagai ruang akademik atau TU.

“Waaaah, ada Ija dan Emi. aku nggak nyangka loh kalian itu ternyata pacaran. Gimana ketemunya?” tanya Mbak Yanti senang sekali dengan kedatangan kami berdua.

“Hahaha, kami ketemunya nggak sengaja dikomunitas jepangan Mbak.” Kata Emi sambil senyum tipis.

“Aku udah duga, kalian soalnya seleranya sama. suka musik jepang. haha. Eh dulu maaf loh, aku kira kamu itu udah mau nikah Ja sama mantanmu, siapa namanya? Dee ya.” lanjut Mbak Yanti.

“Iya mbak. Hahaha. Aku udah lama bubaran kok sama dia. kan setelah dia lulus aku nggak pernah kesini lagi. Jadinya banyak yang nggak tau kalau aku ternyata udah bubaran sama dia.” kata gue.

“Dulu aku kayaknya sempat liat dia datang ke kampus ini deh Ja. tapi aku ragu juga itu dia apa bukan. Karena nggak mampir juga kesini kan.”

“Mungkin salah liat kali mbak. Dia udah nggak pernah kekampus lagi kayaknya sih semenjak lulus. Sama temen-temennya aja dia udah nggak kontak lagi.”

“Oh iya ya? hahaha. Yaudahlah, yang penting kamu udah dapet pengganti yang cocok banget Ja. kelakuan kalian itu mirip banget loh. Kan aku saksi hidupnya. Ngelewatin masa ketika kamu ada disini, terus sekarang baru aja bantuin Emi nyelesaikan sidangnya. Dan emang kelakuan kalian ini mirip ya selama dikampus ini. Hahaha. Cocok banget deh kalian. Semoga langgeng ya adik-adikku.”

Gue dan Emi hanya tersenyum senang aja mendengar celotehan Mbak Yanti yang terlihat sangat senang dengan kabar kami yang berpacaran ini. Gue nggak tau juga kalau ternyata Mbak Yanti ternyata tau gue dan Emi ini berpacaran. Entah dia tau dari siapa, atau memang angkatan Emi atau Nindy yang comel ngegosipin kami? Ya nggak apa-apa juga, toh emang kenyataannya gue dan Emi memang berpacaran.

--

Kali ini giliran gue yang menghadapi tes masuk untuk kelas pascasarjana gue. beberapa persiapan sudah gue lakukan dan tentunya belajar dan berdiskusi bersama Emi. Gue adalah orang dengan tipikal kalau orang lebih tau, gue nggak segan untuk bertanya, walaupun dia lebih muda dan pengalamannya nggak sebanyak gue.

Contohnya Emi ini. Saat ini pula Emi sudah berganti penampilan jadi lebih trendi, tapi tetep aja kelihatan seperti bocah. Kemarin ini gue mengantarkan dia mengganti kacamatanya yang lama dengan yang baru, yang hampir menutupi seluruh mukanya. Mungkin sedang model ya kacamata seperti ini. Dan dengan memakai kacamata seperti ini, bukannya terlihat dewasa, dia malah terlihat semakin muda.

Emi sekarang, 96,4% mirip Ricis yang ini


Emi banyak sekali memberikan gue masukan tentang tes yang akan gue hadapi. Kenapa dia bisa banyak kasih masukan? Karena dia sebelumnya sudah melakukan observasi dulu dengan browsing dan mendatangi calon kampus gue secara langsung dan coba bertanya bagaimana tes berlangsung, apa yang kemungkinan akan keluar soalnya, dan segala macamnya.

Ini adalah contoh yang sangat nyata bagaimana support seorang pasangan ketika pasangannya sedang ingin melakukan tes, ujian dan lainnya. Emi selalu memberikan support nyata dan tidak hanya menyemangati lewat lisan. Prinsipnya, kalau ada yang bisa dia lakukan, ngapain cuma ngomong doang? Lakukan lah dengan baik sebisa mungkin.

Ketika awal gue mendaftarkan diri untuk masuk ke sekolah ini, gue ada ngobrol-ngobrol dengan sesama pendaftar. Karena ini adalah S2, yang mendaftar ada yang baru lulus kuliah, berarti seumuran Emi, tapi ada juga bapak ibu yang terlihat sudah berumur dengan dandanan yang sudah pasti itu adalah orang-orang berduit yang mau sekolah lagi.

Motivasi mereka pun beragam. Kalau yang baru lulus kebanyakan mau langsung lanjut aja karena bingung mau kerja apa. hahaha. Mau kerja apa? bilang aja persyaratannya nggak terpenuhi untuk ngelamar kerja, terus karena kebetulan bapak lo kaya, jadilah daftar dikampus berbiaya mahal ini, biar keliatan ada kegiatan dan harapannya memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan karena gelar akademik yang lebih tinggi. Mereka nggak menyadari kalau semakin tinggi jenjang keilmuannya tapi minim pengalaman kerja, bakal tetep susah cari kerja. Karena head huntersitu nyari yang berpengalaman, bukan sekedar yang banyak ijazah.

Lain hal untuk para profesional yamg lebih berumur. Mereka biasanya mengejar titel S2 untuk membantu jenjang karir mereka dikantor masing-masing, dan ada juga yang memang ditugaskan untuk menempuh pendidikan lanjutan dari kantornya. Kebanyakan seperti itu. Kalau yang benar-benar sudah berumur, biasanya itu untuk mengisi waktu luang agar otaknya tidak tumpul.

Bagaimana dengan gue? Jelas. Gue ingin menambah banyak ilmu, wawasan dan pengalaman gue. oleh karena itu pulalah, gue memilih kampus gue lagi sebagai tempat gue mengeruk banyak ilmu. Gue mengambil jurusan bisnis. Sangat berbeda dengan jurusan gue dulu yang sangat identik dengan eksakta murni.

Gue ingin memperkaya keilmuan gue dengan sekolah dijurusan ini karena memang inilah jurusan impian gue dari dulu, bahkan sebelum masuk ke jurusan S1 gue. Banyak manfaat yang gue yakini bisa gue dapatkan dari sekolah disini. Selain itu, koneksi dengan orang-orang berpengaruh bisa saja memuluskan jalan gue untuk membangun sebuah bisnis dimasa depan. Karena biayanya cukup mahal, gue percaya yang sekolah disini pastilah bukan orang sembarangan, terutama yang sudah bapak-bapak atau ibu-ibu. Kalau yang muda-muda gue yakinnya sih pasti dibayarin orangtuanya.

Sementara pendanaan gue berasal dari uang fee pekerjaan yang sudah sebagian gue sisihkan selama ini. Keinginan gue sekolah ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Dua tahun sejak gue lulus, keinginan ini terus muncul. Tapi kala itu gue nggak bisa membiayai sekolah gue sendiri. Jadinya gue harus bekerja lebih keras demi bisa menabung.

“Aku nggak bilang dulu ya sama Mama dan Dania mengenai rencana sekolah ini. Aku males nanti mereka malah rese nggak setuju. Pasti mereka juga nanyain punya uang dari mana kalau seandainya mau sekolah. Karena mereka taunya sekolah S2 di kampus negeri apalagi mengambil kelas eksekutif harus merogoh kocek yang lumayan dalam, sementara pekerjaan gue kan freelance.”

“Kamu yakin? Emang bakal rese kayak gimana Zy?”

“Ya nanti bakal nanya ini itu lah, utamanya uangnya darimana. Ntar aja kalau gue udah resmi masuk, baru gue kabarin.”

Kenapa gue begini berpikirnya? Karena saat ini gue sedang tidak terlalu dekat dengan Mama dan adik gue. hal ini disebabkan karena gue memilih jalan sebagai seorang freelancer daripada mencari pekerjaan tetap. Kemudian gue yang jarang pulang kerumah padahal udah nggak ngekost juga jadi pertanyaan. Lalu ketika pulang, gue yang selalu berangkat kerjanya agak siang, dipertanyakan keseriusannya dalam bekerja oleh Mama.

Hal ini membuat gue sangat tidak nyaman. Apalagi ketika Mama sudah mulai mempertanyakan sikap Emi. Emi sempat dituduh yang membuat kebiasaan gue menjadi berubah, kearah negatif tentunya. Padahal kehidupan yang seru dan nggak selalu dirumah itu adalah impian gue, dan gue mempunyai kesempatan yang sangat besar untuk mewujudkan impian gue seperti travelling dan ngeband lagi itu ya karena ada Emi.

Tanggapan yang ada dirumah gue sayangnya justru sebaliknya, dengan travelling dan ngeband yang menurut mereka buang-buang waktu dan uang itu, gue menjadi pribadi yang semakin sulit diatur dan nggak jelas masa depannya mau dibawa kemana. Padahal gue juga butuh refreshing dari pekerjaan dan Emi selalu bisa mencarikan gue solusi.

Beberapa kali gue kena omel dan sindir karena nggak jelas jam kerjanya. Mungkin kalau Mama gue melihat fenomena startup sekarang, bisa nangis kali melihat anak-anak muda pada nggak jelas kerjanya, nongkrong ngelaptop di kedai kopi sambil pakai kaos, padahal mereka semua sedang bekerja dengan serius. Itulah yang terlihat oleh Mama tentang gue. Gue sudah berbicara tentang pekerjaan gue dan gue enjoy dengan keadaan ini walaupun memang uangnya nggak sebanyak seperti waktu menjadi karyawan tetap.

Gue bisa lebih banyak berkreasi, gue bisa meyalurkan hobi lagi, bisa jalan-jalan, ngeband, diskusi bareng Emi tentang banyak hal, tanpa harus terbatas oleh jam kerja. Mungkin karena Mama adalah orang jaman dulu yang bermindset kalau kerja itu jam 9 – 17 , makanya jadi seperti itu mikirnya. Apalagi kala itu Dania yang juga sudah bekerja disalah satu bank besar di negeri ini, kultur kerjanya ya konvensional.

Kemudian yang disasar adalah Emi. emi dituduh menjadi biang keladi berubahnya sikap gue ini. Padahal nggak ada urusannya. Tapi cap jelek sudah disematkan kepada Emi. gue nggak ambil pusing makanya lebih baik gue menghindari kontak dengan Mama dan Dania daripada ujung-ujungnya selalu ribut.

Itulah penyebabnya kenapa gue nggak memberitahu tentang rencana S2 gue ini. Orang yang nggak jelas dimata mereka nggak mungkin sanggup untuk ngebiayain S2. Gue hanya yakin semua bisa diatasi kalau memang gue niat untuk sekolah lagi. Utamanya, gue sangat percaya diri bisa melewati ini semua karena ada Emi disamping gue dengan segala kecerdasan dan pola pikir out of the box-nya.
Diubah oleh yanagi92055 16-03-2020 12:21
namikazeminati
khodzimzz
annisasutarn967
annisasutarn967 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.