sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#67
Bab 28: Akhir dari Penantian

ARMAN

Setiap malam, Arman tak pernah berhenti memikirkan Dewi. Ia sejatinya kangen karena sudah lama tidak bertemu dengan pujaan hatinya tersebut. Namun apa mau dikata, ia bahkan ragu dengan dirinya sendiri.

Arman merasa bahwa Dewi sudah banyak berubah semenjak terakhir kali mereka bertemu di Paralayang malam itu. Firasatnya berkata bahwa hati Dewi sudah berpindah ke lelaki lain. Dalam bayangan Arman, siapa lagi kalau bukan lelaki yang dia lihat waktu itu.

Setelah hampir dua minggu tanpa kabar, Dewi akhirnya menghubungi Arman kembali. Ada hal penting yang ingin Dewi sampaikan kepada Arman tentang arah hubungan mereka selama ini.

Mereka membuat janji untuk bertemu di kafe langganan mereka berdua.

****

Berbeda dengan momen-momen kemarin, suasana di antara mereka berdua kali ini begitu kaku dan canggung. Sejak melangkahkan kaki kafe ini, Arman sudah menguatkan hatinya untuk menerima segala kemungkinan terburuk.

Kesunyian itu pun akhirnya berakhir pasca Dewi memulai pembicaraan. Dia tidak ingin bertele-tele dan langsung ke inti permasalahan.

“Aku baru ditembak oleh lelaki yang kuceritakan kemarin, Man. Ehm… tapi aku belum memberi dia jawaban,”
“Oh, iya. Bagus, dong. Lalu, masalahnya apa?” jawab Arman agak dingin. Sejatinya, hati Arman saat ini tengah menjerit dan bersikeras menolak kenyataan.
“Aku hanya bingung dengan perasaanku sendiri. Kamu tahu, kan, Man? Aku dari dulu selalu mencari tempat pulang yang bisa memberikan aku kenyamanan. Aku merasa selama ini tempatku pulang ada di kamu, Man. Namun, aku juga ragu apakah tempatku pulang itu benar-benar kamu,”
“Gimana, ya, Wi? Kamu tahu, kan, dari dulu aku sudah berusaha sebisa mungkin menjadi tempat ternyaman buat kamu, tetapi kamu sendiri yang membuat semua hal ini rumit. Hidupku pun juga jauh berbeda dari kamu, Wi. Kamu sendiri mengerti, kan?”
“Ehm… itu dia masalahnya, Man. Aku tidak pernah bisa berpikir dewasa seperti kamu. Aku masih seperti anak kecil yang selalu butuh perhatian,”
“Aku tidak bisa memberi komentar banyak. Maaf, Wi, aku mungkin saat ini belum bisa menjadi tempat pulang yang sesuai dengan harapanmu.

Masih banyak hal yang harus aku kerjakan dan aku pun yakin, kamu masih punya impian yang harus kamu buktikan kepada kedua orang tuamu. Aku tidak ingin orang sepertiku merusak masa depanmu,”

“Sepertinya, jalan kita memang rumit, ya, Man,” Dewi seketika termenung.
“Jujur, Wi. Aku sebenarnya ingin menjadikanmu rumah ternyamanku, tetapi aku sadar satu hal bahwa rumahku saat ini masih kutitipkan kepada Jojo, Revan, dan juga Ipul. Bagiku, mereka adalah rumah terbaikku saat ini,” ujar Arman sembari mengingat ketiga sahabatnya.
“Mungkin, memang kita lebih baik berakhir seperti ini aja, ya, Man. Kita tidak perlu lagi memperumit jalan kita. Kamu baik-baik, ya,”
“Ehm… iya, Wi. Aku doakan yang terbaik buat kamu juga. Semoga kamu bisa bahagia tanpaku,”

Mereka sempurna berpisah hari ini. Delapan tahun serta kesetiaan Arman yang selama ini ia perjuangkan setengah mati ternyata berakhir hanya dalam hitungan menit. Ia sudah tidak terlalu berharap apa-apa lagi kepada Dewi.

****

Malam harinya, Arman tidak dapat tidur. Perasaannya tak bisa dijelaskan. Ah. Dia baru kali ini merasakan patah hati yang teramat dalam. Alhasil, dia memilih sendirian di depan teras rumah dan memaki-maki dirinya sendiri.

Sekali lagi, ia masih sulit untuk menerima kenyataan pahit ini.

Di tengah kegundahannya itu, abang Arman yang baru saja pulang ngopi mendadak penasaran dan mendekat ke arah Arman yang terlihat kusut seperti sayur basi.

“Kau ngapain di situ? Tidur sana! Nanti malah masuk angin kalau kau berada di luar terlalu lama,” teriak abang Arman sambil tertawa.
“Ah, Bang. Aku baru patah hati. Persetan kalau nanti masuk angin,”
“Model seperti kau ini baru patah hati? Alamak, kau seperti anak baru disunat aja. Perempuan di luar sana masih banyak, Man. Kau lihat abangmu ini, santai-santai aja meski berkali-kali patah hati,” balas abang Arman.
“Ah, biarkan aku sendiri, Bang,”

Melihat wajah adiknya yang kusut, abang Arman malah mengacak-acak wajah Arman sehingga tambah kusut. Lalu, ia dengan segera meninggalkan Arman menikmati patah hatinya sendirian.

Arman masih memikirkan semua yang terjadi di antara dia dengan Dewi. Usahanya selama hampir lebih dari satu dekade ini nyatanya sia-sia hanya karena ada pangeran tampan yang sekelebat mampir ke kehidupan Dewi.
Pangeran itu sepertinya mampu menawarkan singgasana megah yang mungkin selama ini tak bisa dia berikan. Apalah daya, Arman ibarat musafir fakir yang masih berkelana tanpa tujuan.

Mendadak, ia gusar dengan dirinya sendiri. Andai dia kaya. Andai dia lebih keren. Andai dia lebih tampan. Dan segala pengandaian dia coba renungkan. Sayangnya, realitas ternyata lebih kejam dari yang dia bayangkan.

Tanpa terasa, ia sudah menghabiskan beberapa linting rokok sembari merenung memikirkan Dewi. Dadanya sesak bukan kepalang. Perempuan itu sudah seperti racun yang menggerogoti tubuhnya hingga terkapar mati.

Namun, Arman tidak mau membiarkan dirinya mati konyol seperti itu. Dia mencoba meredam amarah dan berdamai dengan rasa sakit itu. Mendekati Subuh, hati Arman pun sudah mulai tenang.

Ia mengambil air wudhu lalu salat Subuh berjamaah di masjid dekat rumah dia. Kemudian, ia berdoa dengan tulus dan ikhlas agar semuanya bisa berjalan normal. Ia berharap agar dia bisa terbebas dari kutukan cinta yang sangat menyiksa ini.

Seberas dari masjid, Arman menyakinkan dirinya sekali lagi bahwa semua akan baik-baik saja dan dia akan kembali menjadi individu baru yang berambisi mengejar tujuan-tujuan baru. Karena rasa kantuk yang terlampau berat, Arman pun akhirnya memutuskan untuk tidur.
coxi98
fransjabrik
fransjabrik dan coxi98 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.