sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#66
Bab 27: Menemukan Lagi

REVAN

Di stasiun Malang Kota, Revan tengah menunggu kedua temannya, Dara dan Dio. Mereka bertiga kali ini hendak menuju ke Jakarta karena mereka diundang untuk menghadiri acara seminar yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Sosiologi di salah satu universitas ternama di sana.

Selain itu, Revan dan Dara juga ikut mendaftarkan diri sebagai pemakalah dalam acara seminar tersebut. Sementara itu, Dio hanya ikut sebagai tim hura-hura yang menyemangati mereka berdua. Lagipula, Dio juga bosan karena sibuk memikirkan tugas kuliah akhir-akhir ini.

“Sudah menunggu cukup lama, Bos?” tanya Dio yang baru sampai.
“Ah, kau kebiasaan telat. Kereta udah hampir berangkat ini. Di mana si Dara?”

Dio mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu.

Tiba-tiba, mereka mendapat sebuah pesan dari Dara bahwa dia sudah berada di dalam, tepatnya di ruang tunggu di peron stasiun. Revan dan Dio langsung menuju ke tempat Dara berada sembari membawa tas mereka yang agak besar.

Pada saat mereka bertemu dengan Dara, kereta eksekutif menuju Jakarta juga baru datang. Mereka bertiga langsung naik ke kereta dan mencari tempat duduk mereka sesuai yang tertera pada tiket.

Sepanjang perjalanan, Dara hanya diam. Berbeda dengan Revan yang selalu bercanda dengan Dio. Maklum, Dara adalah adik tingkat mereka dan ia juga belum terlalu kenal dekat dengan Revan dan Dio.

Dara memiliki wajah yang manis dan kulitnya kuning langsat. Dia juga memiliki mata yang agak lebar dan bola matanya hitam kecoklatan. Gampangnya, Dara termasuk ke dalam barisan adik tingkat yang manis dan sering menjadi sasaran kakak tingkat untuk dijadikan pacar. Sayangnya, belum ada kakak tingkat yang mampu menaklukkan hati Dara sampai saat ini.

“Kamu jangan diam aja, Dara. Nggak usah sungkan sama kita-kita,” ujar Revan memecah suasana di antara mereka yang canggung.
“Maaf, Mas. Aku bingung mau ngomong apa, hehe,” balas Dara. Ia malah mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan memilih membunuh kebosanannya dengan membaca buku.

Meskipun sedang membaca buku, Ravan tahu bahwa Dara seringkali melirik ke arahnya diam-diam. Namun, Revan berpura-pura tidak tahu dan malah asyik ngomongin hal yang nggak penting dengan Dio. Terkadang, ia juga mengajak bicara Dara dengan membahas topik yang akan mereka presentasikan nanti.

Dara cukup nyambung apabila diajak berbicara masalah tersebut. Hanya saja, perempuan itu masih terlihat sungkan dengan Revan. Entah mengapa, hal itu membuat Revan kian penasaran dengan sosok Dara.

****

Mereka akhirnya sampai di Jakarta keesokan pagi. Lalu, mereka segera mengemasi barang mereka dan menuju ke sebuah tempat penginapan yang sudah disediakan oleh pihak panitia.

Acara seminar tersebut dimulai agak siang. Mereka masih memiliki waktu untuk membersihkan diri dan juga sarapan pagi. Seberes itu, mereka langsung menuju ke aula tempat seminar itu dilaksanakan.

Seminar itu dihadiri oleh para mahasiswa jurusan Sosiologi dari berbagai universitas yang ada di Indonesia. Topik yang diangkat juga sedang hangat tentang keadaan sosial politik di Indonesia menjelang pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

Masing-masing mahasiswa dengan beragam almamater mempresentasikan ide dan pemikiran mereka masing-masing terkait tema tersebut, tak terkecuali Revan dan Dara. Tanpa Revan sangka, Dara sangat jenius dan pintar berbicara di depan umum. Skill public speaking perempuan itu patut diacungi jempol. Mendadak, Revan merasakan kekaguman sekaligus timbul rasa suka kepada Dara.

Acara itu pun selesai pada sore hari. Namun, mereka tidak langsung kembali ke Malang, tetapi mereka kembali ke penginapan untuk istirahat karena keesokan hari mereka masih memiliki rencana untuk mengunjungi Monas dan juga berkeliling ke Kota Tua Jakarta.

****

Kebetulan, Dio memiliki sepupu yang tinggal di Jakarta. Mereka bertiga dengan dipandu oleh sepupu Dio berkeliling ke tempat yang sudah mereka rencanakan. Mereka pertama-tama berkunjung ke Monas dan mengambil foto di sana.

Setelah itu, mereka langsung menuju ke Kota Tua. Di sana, mereka lebih lama menghabiskan waktu untuk jalan-jalan dan menikmati tempat-tempat wisata menarik yang disajikan di sana, seperti Museum Fatahilah dan juga Pelabuhan Sunda Kelapa.

Dio membiarkan Revan berdua saja dengan Dara. Ia sengaja melakukan itu atas permintaan Dara kemarin malam tanpa sepengetahuan Revan. Sejujurnya, Dara sudah cukup lama mengagumi sosok Revan yang cerdas, kritis, sekaligus merupakan aktivis yang getol dalam menyuarakan ide dan pendapat tentang keadilan.

Seperti saat ini, Dara berkeliling di taman Museum Fatahilah bersama dengan Revan.
“Ehm… Mas, aku boleh nanya?” tanya Dara ragu-ragu.
“Kamu mau tanya apa?”
“Maaf kalau lancang, Mas. Apakah Mas Revan masih sayang dengan mbak Mega?” tanya Dara ragu-ragu.

Spontan, Revan terdiam. Ia bingung darimana Dara tahu hubungan antara dia dan Mega. Padahal, dia tidak pernah menggembar-gemborkan hubungan mereka. Terlebih, Dara juga merupakan anggota baru.

“Ehm, kamu kenal Mega darimana? Dio, ya?” tanya Revan terus terang. Siapa lagi kalau bukan Dio, pikirnya dalam hati.
“Maaf ya, Mas. Jujur, aku pengen kenal Mas Revan lebih dekat, tetapi aku bingung mau mulai darimana,” balas Dara dengan wajah polos. Mendadak, pipinya bersemu merah.
“Nggak masalah, kok. Aku udah nggak ada hubungan apa-apa lagi dengan Mega. Kita udah memilih jalan kita masing-masing,”

Jawaban Revan sepertinya menenangkan hati Dara.

Hari sudah beranjak sore, mereka memutuskan untuk segera pergi ke stasiun agar mereka tidak ketinggalan kereta menuju Malang.
Berbeda dengan kemarin lusa, Dara kali ini duduk di sebelah Revan. Di sepanjang perjalanan kereta, Dara tertidur pulas dengan bersandar di pundak Revan. Detik ini, Revan menyadari bahwa dia telah menemukan kembali. Sesuatu yang selama ini dia cari pasca berpisah dengan Mega.
coxi98
fransjabrik
fransjabrik dan coxi98 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.