Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1770
Konfrontasi Lagi
Dengan berat hati gue harus menolak ajakan Rinda untuk bermalam dirumahnya yang besar dan pasti banyak kamar kosongnya itu. Gue mau pulang keesokan harinya. Gue takut malah kecapekan kalau ada disana nanti.

Yang membuat gue terkejut adalah, Rinda ternyata jauh lebih berani daripada Dwina. Kalau Dwina berani dibioskop, maka Rinda langsung mengajak gue kerumahnya.

Penampilan dia yang santun menjadi berbeda sekali saat ini. Gue nggak pernah liat Rinda yang sama lagi sekarang. Tapi ya nggak apa-apa juga toh nggak terjadi apa-apa.

Gue senang pertemuan singkat ini meninggalkan kesan yang baik untuk gue dan tentunya dia. Apalagi sebelum gue benar-benar kembali ke hotel, dia sempat mengecup pipi kiri gue dan memeluk gue sesaat.

Pelukan tersebut membuat gue bisa mengidentifikasi sedikit tentang bentuk badannya. Semampai dan tergolong agak kurus. Tapi dia sepertinya memiliki gunung kembar yang cukup untuk ukuran cewek tinggi semampai gitu. Pinggulnya juga cukup berisi.

Semalaman ketika gue sudah merebahkan diri dikasur hotel yang empuk dan nyaman, gue malah membayangkan kalau seandainya gue terima ajakan Rinda. Haha.

Itu semua bisa gue usir jauh-jauh karena gue selalu teringat Emi. Tetapi dengan momen ini, hubungan gue dan Rinda kembali lancar, bahkan lebih lancar daripada sebelumnya. Tanpa intervensi dari Dwina atau Emi sekalipun.

Gue juga bingung kenapa bisa nyambung jadinya sama dia. padahal nggak ada sama sekali yang bisa dibahas. Jurusan kami beda, angkatan kami beda. Soal hobi? Wah sangat berbeda. Nggak ada sama-samanya sama sekali.

Paginya pun gue pergi meninggalkan pulau borneo yang cukup berkesan dengan adanya momen singkat bersama Rinda ini. Setelahnya, gue dan Rinda agak sering ngobrol via chat. Walaupun obrolannya biasa aja, nggak ada macem-macem, tapi entah kenapa ini lebih mengasyikkan dibandingkan dengan obrolan dengan Dee.

Dee juga semakin aneh belakangan ini. Dia seperti mau dikejar, tapi takut kehilangan. Agak susah mendeskripsikan perasaannya. Kadang ceria, kadang murung. Dalam waktu singkat bisa berubah-berubah moodnya. Dan ini membuat gue semakin nggak nyaman. Apalagi ternyata dia mau ada diklat lagi diibukota. Mungkin ini saat yang tepat untuk menanyakan kejelasan semuanya.

Sementara itu, saat Emi belum dapat membeli laptop terbaru karena uangnya belum cair dari atasannya, gue menyuruhnya memakai tab milik adik gue yang udah lama nggak dia pakai. Gue sempat memakai tab tersebut selama beberapa saat ketika HP gue sempat bootloop (pengguna android).

Gue sudah coba tawarkan memakai uang gue dulu. Kalau nggak mau sukarela yaudah gue relakan aja, tapi dia tetap nggak mau. Dengan jarangnya gue bertemu Emi, plus kesibukan dia dikantor yang semakin banyak, membuat kami sering sekali ribut. Urusan sepele aja jadi ribut.
Keluhan Emi karena laptopnya yang semakin nggak bisa diajak kompromi selalu menjadi hiasan obrolan kami yang berujung ribut besar.

Hal ini yang membuat gue mengurangi drastis intensitas chat dengan Emi. harapan gue, situasinya bisa normal dulu. Situasi hati terutama. Sama-sama lagi nggak enak itu bawaannya jadi kacau terus. Bahaya nantinya.

Sementara gue mau menyelesaikan urusan gue dengan Dee dengan momen dia mau datang kesini, Emi semakin terbiasa menggunakan tab milik adik gue.

Cara termudah untuk mendapatkan jawaban dari beragam keanehan Dee sebelum benar-benar gue akhiri hubungan aneh dengan dia ini, adalah melunak. Gue harus melunak dan sedikit menuruti keinginanya. Dari mulai manggil dengan sebutan-sebutan mesra seperti jaman dulu, atau sekedar nanya kabar dia, sudah makan apa belum dan pertanyaan pertanyaan ala pacaran basi lainnya.

Gue buatkan beberapa kolase foto dari sisa foto-foto kami dijaman dulu beserta caption dari beberapa lagu cinta terkenal tanah air. Gue mengirimkan itu semua melalui email supaya filenya tidak terkompres sama sekali.

--

Sepertinya Emi sudah mulai curiga dengan masih berjalannya komunikasi antara gue dengan Dee. Gue beralasan akan survey ke daerah dekat bandara, padahal sebenarnya gue mau menyelesaikan urusan gue dengan Dee, selamanya.

Gue udah capek dengan segala keanehan yang Dee buat selama gue berhubungan dengan Emi. Mulai dari kembalinya dia secara tiba-tiba setelah gue jadian sama Emi, fitnah yang datang bertubi-tubi dari adik kelas, dan ada hubungan secara tidak langsung dengan dia entah bagaimana caranya, lalu teman-teman Emi juga membuat fitnah dengan bawa-bawa nama dia, dan lain sebagainya.

Tapi sepertinya rencana gue nggak akan berjalan dengan mulus. Apalagi gue sudah curiga kalau Emi sepertinya telah mengetahui ini semua. Hanya saja gue nggak tau seberapa jauh Emi mengetahui semuanya. Apakah dengan Dee aja? Atau sama yang lain juga? Entahlah.

Semenjak Emi meminjam sementara Tab punya Dania, sepertinya dia jadi mengkesplorasi apa yang ada didalamnya. Tapi gue yakin aja privasi Dania akan tetap terjaga. Masalahnya gue juga sempat memakai tab itu sebelumnya. Jangan-jangan dia udah mengetahui beberapa isi dalam sosmed gue. Tapi kalaupun tau yaudah mau gimana lagi?

Pada satu momen ketika gue akan segera berangkat, ketakutan gue pun terjadi. Dia memaksa banget ketika gue akan berangkat ke tempat janjian gue dan Dee. Sudah gue duga dia pasti akan tau.

Kecerdasan Emi yang diatas rata-rata inilah yang membuat semuanya jadi mungkin. Ditambah naluri detektif seorang cewek, pas banget udah kombinasinya. Logika dan perasaan Emi ketika dipadukan ya bakalan kayak dukun dia. Tau segalanya.

“Sini duduk dulu.” Katanya, tangannya mengkode untuk duduk dikasur, disamping dia.

“Aku berdiri aja, nggak usah duduk dulu. Nanti kelamaan.” Gue menyahuti.

“Kelamaan kenapa?”

“Kelamaan KENAPA? Aku mau survey, Mi! Survey! Kerja! Di Cengkareng! Jauh di sana! NGERTI NGGAK HAH?” nada gue meninggi seketika.

“Santai aja.” Katanya, dia menarik nafas dalam-dalam.

“Santai? Kalau misalnya aku telat dateng nanti gimana? Bisa ilang klien aku! Mereka mana mau ngertiin?”

“Dee pasti mau ngertiin kamu kok kalau kamu telat sebentar.”

Fix kecurigaan gue terbukti.

“Dee? DEE?! Kenapa jadi Dee sih? GUE JAUH-JAUH DARI KANTOR KE SINI CUMAN BUAT NGURUSIN GALAU LU KARENA ASUMSI SAMPAH LU TENTANG DEE LAGI? ELAH! SAMPAH ANJ*NG!” kata gue, lalu melangkah kearah pintu keluar.

“ZY, TUNGGU!” Emi berusaha menahan langkah gue.

“MINGGIR! GUE BURU-BURU! KENAPA MALAH MAKSA GUE KESINI BUAT NGEBAHAS DEE SIH? NGGAK ADA URUSAN LAIN APA? URUSAN GUE LEBIH PENTING!”

“ZY, DENGERIN GUE DULU!” bentak Emi.

“GUE BURU-BURU! KAPAN-KAPAN AJA NGURUSIN ASUMSI NGGAK PENTING ITU!”

“GUE TAU KALAU LO MAU NEMUIN DEE HARI INI KARENA DEE LAGI PERJALANAN KE JAKARTA! GUE JUGA TAU KALAU SELAMA INI LO MAEN HANDPHONE ITU UNTUK CHAT SAMA DEE DI LINE! GUE JUGA TAU KALAU SELAMA INI LO NGGAK BISA NEMUIN GUE KARENA LO MESTI NGURUSIN DEE DI SANA! GUE TAU SEMUANYA ZY, GUE TAU! BAHKAN GUE TAU KALAU LU MASIH MAU NIKAHIN DEE!”

Benar dugaan gue. Dia membuka semua sosmed gue dan beberapa message didalamnya, bahkan sepertinya email gue juga. Disini gue berasa sangat insecure karena privasi gue berasa nggak ada.

“Hah? Apaan ini?” gue melihat kearah Tab, “PASTI LO TAU DARI TAB BANGS*T INI!”

“Jangan ngerusak barang ini, Zy! Barang ini nggak salah!”

“YA GARA-GARA TAB BANGS*T ANJ*NG INI JADINYA LO KAYAK BEGINI! SAMPAH! TERUS SEKARANG ABIS INI PASTI MAU NGABISIN SEMALEMAN ATAU BAHKAN SELAMANYA CUMAN BUAT NGURUSIN SAMA NGEBAHAS DEE ANJ*NG ITU!”

“DEE NGGAK ANJ*NG! BISA-BISANYA KAMU BILANG BEGITU! KALAU KAMU NGGAK SALAH HARUSNYA KAMU NGGAK HARUS MARAH KAYAK BEGINI, ZY!”

“TERUS MAU LO APA SEKARANG?” gue membanting semua yang ada dipegangan gue, dari mulai HP, kunci motor sampai tas, kekasurnya.

“Gue udah nggak perlu jelasin apapun lagi bukan gue tau darimana dan gue tau apa aja? Dari semua yang udah gue temuin itu gue tau gimana precious-nya seorang Dee buat lo, Zy.”

“Dia nggak precious, biasa aja.”

“Nggak usah ngebantah, Zy.”

“EMANG NGGAK PRECIOUS ANJ*NG!!!”

Gue nggak bisa mukul, karena itu adalah sebuah pantangan buat gue, jadinya barang-barang yang ada di meja yang jadi sasaran gue.

“Zy… Aku mohon, Zy. Jangan ngamuk-ngamuk begini! Tolong, Zy! Dengerin aku!”

“MAU APA LAGI YANG PERLU GUE DENGERIN KALAU LO UDAH TAU SEMUANYA BEGITU HAH?!”

“Zy, maafin aku… Maafin aku jadi tau semuanya, Zy. Tapi tolong dengerin aku. Aku tau kamu sayang banget sama Dee.”

“GUE NGGAK SAYANG LAGI SAMA DEE!”

“Semua buktinya udah ga bisa dipungkiri lagi, Zy. Diem dulu, Zy.”

“ANJ*NG!!!!”

Andai aja Emi tau apa yang sebenarnya terjadi. Andai dia juga tau ada perjanjian tertentu yang gue buat untuk melindungi dia.

Emi menarik gue duduk di kasur. Kemudian dia naik ke pangkuan gue dan langsung memeluk gue erat, dan dia menangis.

“Zy, Aku tau kalau kamu mau nemuin Dee hari ini karena Dee mau diklat di Jakarta sampe weekend nanti. Aku juga tau kalau kamu bakalan menghindar dan nggak nemuin aku selama Dee ada di Jakarta karena kamu HARUS ngedampingin Dee. Selama ini aku nggak sadar itu kalau aku jadi penghalang di antara kamu sama Dee. Tapi kali ini karena aku udah sadar.” Emi terdiam sejenak dan menyeka air matanya, “Aku bakalan ngelepas kamu, Zy. Kalau emang kamu nggak sayang sama Dee. Kamu stay disini sama aku dan nggak nemuin Dee sama sekali. Tapi kalau kamu pergi dari sini habis ini, Aku bakalan mikir kalau kamu lebih milih Dee.” Air mata Emi turun tanpa terkendali.

Gue terdiam dan berpikir, gue mau nemuin Dee untuk menyelesaikan semua ini. Gue udah muak banget dengan keadaan kayak begini.

“Maafin aku, Mi. Aku harus tetep pergi. Aku udah janji dan ini komitmen aku…” kemudian Emi menyelak sebelum gue menyelesaikan kalimat.

“Ya Allah, Zy. Serius kamu pilih dia? ZY? KAMU NINGGALIN AKU DI SINI?”

“Maafin aku, Mi…”

Gue pun keluar dengan perasaan sedih luar biasa melihat Emi yang seperti itu. Mungkin dia sekarang berpikir kalau ini adalah akhir dari perjuangan kami mempertahankan hubungan. Tapi ya sudah, mau bagaimana lagi. Emi tetap akan menganggap kalau gue beralasan ini itu yang padahal sesuai dengan kenyataan sebenarnya adalah sebuah pembenaran dan pembelaan dari gue aja biar nggak terlihat salah. Harus diingat bahwa ketika gue salah, gue akan mengakui itu salah, dan sebaliknya.

namikazeminati
khodzimzz
itkgid
itkgid dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.