Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:25
sehat.selamat.
JabLai cOY
al.galauwi
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
332K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1742
Borneo Lagi Akhirnya
Pertengahan bulan ini adalah jadwal yang sangat padat untuk gue. dari mulai pekerjaan yang sudah akan dilakukan audit internal, kemudian ada meeting-meeting untuk penjelasan uraian pekerjaan, belum lagi ada rencana keluar kota untuk mengerjakan sebuah proyek disalah satu perusahaan besar diwilayah Kalimantan bagian timur.

Pengalaman gue ke Kalimantan memang tidak banyak. Tapi gue pernah mengerjakan sebuah proyek besar di timur pulau kalimantan. Sebuah perusahaan tambang batu bara besar disana yang mempekerjakan gue dan tim. waktu itu gue baru sekitar tiga tahunan bekerja di bidang kerja gue. Pada dasarnya gue senang dengan sesuatu yang baru, jadi ya gue terima aja pekerjaan tersebut, hitung-hitung pengalaman baru, dan juga banyak ilmu baru pastinya.

Kenapa gue dimasukkan kedalam tim? karena gue memegang sertifikasi tingkat madya yang kala itu masih jarang yang punya dikantor gue selain Mas Yogi. Mas Yogi dan gue otomatis masuk. Selain itu ada tiga orang lainnya yang lebih tua dan berpengalaman dari gue, tapi nggak bisa menjadi ketua tim lapangan karena secara hitam diatas putih posisinya ada dibawah gue.

Secara profesional, gue akan memimpin tim yang semuanya adalah senior gue, yang notabene dulunya juga sempat banyak mengajari gue selama bergabung di kantor yang sekarang. Gue senang bekerjasama dengan mereka karena mereka fair dengan keadaan yang ada. Untungnya Dondi tidak masuk ke tim gue waktu itu. Dia ada di tim Mas Yogi yang akan ditempatkan bekerja di sisi barat kawasan, sementara gue dan tim di sisi timur kawasan.

Pengalaman gue waktu itu sangat berkesan. Selama satu minggu penuh gue bekerja di site. Seperti pindahan kantor kesana kecuali si bos dan tim supporting seperti bagian finance serta tim office boy. Setelah dari sana, gue sangat jarang ke pulau kalimantan, kebanyakan ke Sulawesi kalau ke timur Indonesia, tapi kalau ke barat sudah sangat sering.

Kali ini gue ditugaskan kembali ke timur Kalimantan, tapi bukan ke daerah yang dulu. Ini ke salah satu kota terbesar disana. Kotanya cukup maju seperti kota-kota besar di pulau Jawa. Sementara itu hubungan gue dengan Emi pun sedang nggak baik. Gue lebih banyak berhubungan secara profesional membahas urusan band daripada berbicara urusan privat sebagai pasangan.

Saat itu gue dan Emi sedang dalam sambungan telpon. Emi mengeluhkan netbooknya yang semakin lama semakin nggak bisa mendukung dia untuk bekerja.

Quote:


Akhirnya gue yang keburu kesal dengan obrolan ini menutup telpon duluan. Hal kecil yang seharusnya bisa santai malah jadi ribut. Mungkin karena Emi curiga terus-terusan dengan kealpaan gue yang semakin hari menurut dia semakin besar dalam membina hubungan ini.

Disatu sisi memang gue sangat capek dengan pekerjaan yang semakin lama semakin banyak namun menarik, disisi lain gue juga capek dengan orang-orang yang mendadak masuk diwaktu yang hampir berbarengan untuk coba menggoda atau sekedar ngobrol lagi dengan gue.
Kenapa nggak dicuekin aja? dulu waktu sama Keket bisa kan dicuekin Keketnya?

Pertanyaan ini sempat terlintas dipikiran gue. Justru dengan begitu malah dulu membuat Keket jadi beringas. Gue nggak mau orang-orang ini jadi makin gila ketika gue cuekin. Kemudian ada lagi adik kelas yang membuat kegilaan dengan mencemarkan nama baik gue. Fitnah demi fitnah terus dilancarkan mereka dikampus yang pada akhirnya berimbas pada perasaan Emi.

Pikiran gue kembali seperti masa lalu. Kenapa sih cewek-cewek ini? Apa yang terjadi sama mereka? Kenapa mereka yang dari latar berbeda, bahkan nggak kenal satu sama lain, tapi punya sikap agresif yang sama ke gue? Emi aja nggak begitu loh. Gue berjuang buat ngedapetin dia. nggak perlu dia bersikap agresif nggak karuan kayak gitu, toh pada akhirnya hati gue menunjukkan gue harus memilih yang mana.

Entah apa yang mereka pikirkan, itu juga akhirnya membuat gue kepikiran. Kepikiran bagaimana gue benar-benar bisa aman dari kejaran cewek-cewek ini sehingga gue bisa menjalani hari-hari gue dengan tenang bersama Emi. kepikiran juga bagaimana gue mengatur waktu gue yang terbagi oleh banyak hal. Kepikiran juga bagaimana perasaan Emi ketika gue sedang menjauh sementara waktu dari dia. dan pikiran-pikiran lainnya yang membuat gue semakin pusing, jadinya lebih mudah emosi. Kalau sudah begini, ujungnya pasti gue akan ribut dengan Emi.

Hal-hal remeh temeh seharusnya bisa gue singkirkan karena fokus utama gue adalah bekerja, menabung dan membahagiakan Emi. tapi itu semua nggak bisa berjalan sesuai dengan keinginan gue. Ada saja intrik yang terjadi. Emi selalu bilang kalau itu semua adalah ujian kalau mau naik kelas dan derajat dimata Tuhan. Gue selalu percaya oleh omongan tersebut karena omongan ini juga yang pernah dikatakan oleh almarhum Papa dulu. Nggak seratus persen sama, tapi intinya sama.

--

Keberangkatan gue ke Kalimantan sudah tiba dan gue berpamitan dengan Emi. malam sebelum berangkat gue meningap dikostan Emi karena lebih dekat dengan bandara. Saat itu ojol sudah mulai jadi tren. Gue pun berangkat dengan menggunakan taksi online.

Perjalanan kali ini nggak memakan waktu berhari-hari, hanya dua hari saja. Emi juga gue pesankan cobalah untuk meminta dibelikan laptop baru oleh kantor. Jika mau dijadikan hak milik, minta opsi dibelikan dan nanti akan dicicil dengan cara potong gaji perbulan. Emi saat itu sudah berubah posisinya jadi general admin dikantornya.

Sebuah posisi yang banyak diremehkan orang. Tapi ternyata itu sangat penting dan strategis terutama dikantor yang belum lama berdiri. Banyak fondasi yang dibangun dan dibuat oleh Emi untuk berjalannya sistem dikantornya. Sistem loop yang diterapkannya kelak akan terpakai terus sampai saat ini, dengan kenyataan bahwa start up tempat Emi bekerja saat ini merupakan salah satu start up papan atas di negeri ini.

Sungguh sebuah rancangan brilian dari seorang Emi yang akhirnya memberikan manfaat untuk orang lain. Gue selalu bangga dengan pencapaian seperti ini. Ingin sekali rasanya gue bisa seperti itu, tapi ternyata gue hanya bisa menjadi orang yang disuruh, belum bisa mandiri seperti itu. Gue dan Emi adalah orang yang senang mengkonsep, jadi senang berkreasi juga. untuk itu, akan menjadi sebuah kebanggaan buat gue kalau hasil pemikiran gue akan bermanfaat untuk orang lain.

Sebenarnya gue pernah merancang sebuah sistem atau model bisnis yang mengikuti arus perkembangan jaman. Tapi pada akhirnya kalah oleh pemikiran kolot orang-orang yang lebih tua dan merasa lebih berpengalaman didunia kerja dibanding gue. Pada akhirnya, usaha gue dengan orang-orang ini pun menjadi jalan ditempat dan bahkan sekarang sudah menemukan pesaing dengan menggunakan konsep yang gue rancang, dengan teknologi informasi.

Gue bukan seorang yang bisa komputer dengan baik. Gue hanya mengetahui sebagian kecil urusan teknologi informasi. Bahkan kemampuan coding pun gue kalah telak dengan Emi yang ternyata belajar banyak selama ini. Terutama belajar dari head IT dikantornya. Karena memang dari dulu Emi memiliki ketertarikan dibidang ini, dan dia juga bercita-cita mengambil jurusan IT jika kelak dia bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang magister (S2).

Dengan keterbatasan kemampuan ini, gue jadi hanya bisa mengandalkan konsep yang masuk akal untuk diimplementasikan ke sistem bisnis kantor. Setelah melewati beberapa kali meeting, hasilnya ternyata nihil karena pemikiran mereka hanya sebatas pola konvensional dan nggak mau terbuka terhadap kemajuan teknologi. Gue pun mulai berpikir untuk meninggalkan perusahaan ini karena gue menganggap sudah tidak sepemikiran dan se-visi misi dengan orang-orang ini.

Kabar mengenai laptop baru yang disetujui dengan cara mencicil potong gaji gue dengar ketika sudah berada di hotel. Saat itu gue baru saja menyelesaikan hari pertama pekerjaan gue. Emi bilang katanya mau dibantu untuk dicarikan laptop dengan budget yang dibolehkan oleh Irawan, atasan Emi. setelah gue berpikir dan browsing, akhirnya didapatkan sebuah laptop yang kira-kira bisa bertahan sampai tiga tahun kedepan teknologinya. Tentunya yang bisa mumpuni mendukung kebutuhan pekerjaan Emi yang semuanya serba online.

Dropbox, Google Drive, Trello, Slack dan aplikasi lainnya adalah makanan sehari-hari Emi. ketika gue masih rutin dengan email dan excel, Emi dan kantornya sudah jauh didepan lebih maju dalam pemanfaatan teknologinya. Ketika dikantor gue masih sebatas grup WA untuk membahas pekerjaan, Emi sudah memakai slack dan trello sebagai integrasi yang memudahkan pemantauan progress pekerjaan. Sungguh gue sangat iri dengan keadaan kantor Emi dan sempat kepikiran apa gue melamar saja kesana. Tapi lagi-lagi semuanya mentok di spesialisasi gue yang sangat spesifik.

Malamnya gue keluar dari hotel untuk mencari makan malam dan cemilan untuk menemani gue bekerja. Gue memutuskan untuk jalan tanpa bapak-bapak tim gue. gue yakin pasti secara pergaulan akan berbeda. Jadi gue jalan sendirian aja.

Setelah browsing informasi dan menanyakan ke pihak hotel, gue pun menuju ke salah satu pusat perbelanjaan paling ramai menurut orang-orang disana. Dan ternyata memang ramai sih. Gue keluar sekitar pukul 7 malam waktu Indonesia tengah. Berarti diwaktu Emi masih jam 6 sore ya.

Perjalanan cukup singkat ternyata. Pihak perusahaan yang menyewa jasa kantor gue ini tepat sekali memilih hotel tempat menginap. Dekat kemana-mana. Malah yang jauh itu adalah tempat kami bekerja. Untuk waktu hari kerja, pusat perbelanjaan ini cukup ramai pengunjung. Gue pun memilih untuk mutar-mutar dulu aja sambil mengamati gue akan makan apa dan dimana.

Seperti biasa, gue akan mengusahakan untuk makan atau jajan makanan khas daerah setempat yang gue kunjungi. Disana pun menjual banyak jenis makanan khas, namun sayangnya karena sudah masuk ke sebuah plaza, harganya jadi lebih mahal. Gue akhirnya hanya mempelajari jenis makanannya aja, gue berencana untuk makan diluar ditempat yang lebih murah dan tentunya lebih enak.

“Kak Ija?” sebuah suara dan tepukan dari belakang mengagetkan gue.

“Looh. Rinda…. Apa kabar kamu?” gue terkaget dengan pertemuan nggak sengaja ini.

“Alhamdulillah baik Kak. Kamu apa kabar? Kok bisa ada disini?”

“Baik Alhamdulillah. Aku lagi ada proyek didaerah sana tuh (menunjuk ke utara). Hehehe. Kamu nggak lagi di site ini?”

“Aku baru aja resign kak. Hehe. kamu mau kemana? Cari makan kah?”

“Iya nih, lagi nyari makan aja. sekalian cuci mata. Hehehe.”

“Nyari masakan khas ya?”

“Iya. Kok kamu tau? Hehe.”

“Iya soalnya kamu berdiri di toko yang jual masakan khas sini kan. Hehehe. Gini aja, gimana kalo mampir kerumahku sekarang? Nggak jauh kok dari sini. Kebetulan aku tadi siang masak makanan khas sini kak.”

“Wah ngerepotin Nda. Aku makan disini aja. mungkin lain kali aja ya.”

“Lain kali? Kapan lagi kamu main kesini kak?”

“Hmm. Nggak tau juga sih. Aku emang jarang dapet kerjaan di Kalimantan. Hehe.”

“Naah. Udahlah nggak usah sungkan. Makan sama aku aja yuk. Sekalian ngobrol, kan kita udah lama banget nggak ketemu.”

“Emang dulu dikampus kita sering ketemu? Bukannya banyakan chat di sosmed doang ya Nda? Hehehe.”

“Iya sih. Makanya mumpung kamu lagi disini, yuk main dulu kerumahku.”

“Hmmm. Oke deh, tapi jangan kelamaan ya, kalo kemaleman aku dicariin sama tim ku nanti.”

“Gampang. Nanti aku minta supir untuk anter kamu pulang ke hotel ya. kamu nginep dihotel mana?”

“Disana (menunjuk ke hotel bintang 4 dekat plaza).”

“Oh disitu. itu malah lebih gampang. Papaku salah satu pemegang saham di hotel itu kak. Nanti bisa minta tolong jemputin aja sama pihak hotel ya.”

Waduh, kenapa gue jadi hoki begini? Hahaha. Ternyata Rinda ini bukan orang sembarangan disini. Ayahnya salah satu pemilik hotel tempat gue menginap. Berarti minimal ya tajir. Ini anak benar-benar low profile. Dikampus dulu dia berbaur aja kayak mahasiswa pada umumnya, bahkan terkesan cupu.

Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Mulustrasi Rinda, 88% mirip cewek ini, tapi Rinda lebih tirus lagi sumber gambar


Tapi saat ini? Gue bisa liat dia bukan anak dari kalangan biasa, dari dandanannya aja kelihatan kok. tetap santun dan tertutup, tapi gue tau pakaian dan aksesoris yang dia pakai bukan barang murah semua.

Sesampainya digerbang rumahnya, gue hanya bisa dibuat geleng-geleng kepala.

Diubah oleh yanagi92055 05-03-2020 16:02
namikazeminati
khodzimzz
annisasutarn967
annisasutarn967 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.