Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1727
Kejutan Berharga
Proses menuju final perjuangan dikampus sudah semakin dekat. Persiapan Emi untuk menghadapi seminar hasil skripsinya sudah semakin matang dan mendekati 100%.

Hal ini tentunya membuat gue pun senang dan semangat. Melihat pasangan gue sebentar lagi menjadi seorang sarjana dan sama-sama menjadi alumni almamater yang sama itu buat gue sangat menyenangkan.

“Ini sih udah oke banget loh.” Kata gue sambil membolak balik draft skripsi Emi.

“Yakin? Udah kamu baca semuanya belum itu?” tanya Emi, kelihatannya dia masih ragu.

“Udah kok menurut aku. Tinggal nanti gimana aja menurut pendapat dosen pembimbing kamu. Tapi kalo untuk S1 sih ini cukup lah. Walaupun sebenarnya ini penelitian kamu kan ecek-ecek. Hahaha.” Gue meledek Emi.

“Yeee. Biar kata gitu kan aku ngerjain ini sendirian. Mana sempet mau dibawa ke Meksiko lagi….”

“Hahaha dibawa ke Meksiko buat di klaim atas nama orang lain kan? Hahaha. Gobl*k aja kalo kamu nurut.”

“Untung aja kamu ingetin aku kemarin ini kan. Jadinya aku nggak nurut. Kalo nurut bisa kacau nanti. Udah gitu, kalo sukses itu presentasinya si Pak Adam, yang nanti banyak duit dia, akunya cuma dapet nilai A doang, tapi nggak dapet royalti apapun. Kurang ajar amat kadang-kadang dosen ya.”

“Nah makanya itu. Udah sekarang konsentrasi aja. udah dapet tanggal kan?”

“Iya udah, semoga lancar ya.”

“Amiin. Aku selalu doain kamu kok, buat bisa ngelewatin ini semua dengan baik.”

“Aku bisa kan?”

“Hahaha…kamu ini lagi ngeledek apa gimana? Ya bisa lah. Otak brilian kayak kamu ini pasti bisa ngelewatin semuanya dengan baik.”

“Tapi aku kan nggak bisa ngomong didepan orang banyak gitu kayak kamu Zy.”

“Semua bisa diatur. Percaya diri itu bisa dibentuk kok. Asal kamu kuasain semua materi yang kamu tulis, itu nggak akan jadi masalah. Tinggal nanti penyampaiannya aja gimana, dan bikin orang lain bertanya lagi atau nggak. Kalau dengan reputasi kamu sebagai story teller yang baik, harusnya sih orang-orang termasuk dosen yang hadir nanti bakal ngerti kok sama penjelasan kamu. Kecuali kalau ada orang yang emang niatnya buat ngejatuhin kamu.”

“Bismillah ya…”

“Iya dong..hehe..”

--

Gue mendapatkan kejutan yang benar-benar nggak terduga tahun ini. Ulang tahun gue saat ini akan gue ingat selalu karena hadiah yang diberikan.

Emi memberikan kejutan berupa ucapan tertulis yang ditujukan untuk gue, dari teman-teman gue dan bahkan dari orang-orang yang udah lama sekali nggak berhubungan dengan gue.

Mendapatkan sebuah hadiah sederhana tapi berkualitas macem warteg itu adalah sesuatu yang membahagiakan sekali. Ditengah kesibukan gue mengurusi urusan kantor, urusan band yang baru aja terbentuk, dan beberapa urusan dengan orang-orang yang sangat agresif terhadap gue, hadiah kecil Emi ini terasa begitu berharga.

Sayangnya, gue lupa untuk meluapkan ekspresi kesenangan gue ke Emi. Jadi ya datar-datar aja. Padahal hadiah ini sangat berharga untuk gue. Hadiah ini juga disusun sebagai kolase dari Emi untuk gue. Tentu aja ini akan gue pajang di tembok rumah gue dong sebagai kenang-kenangan.

Semalam sebelum email dari Emi ini masuk, gue sempat cukup lama video call dengan Dee. Bahkan video call ini menjurus ke hal yang iya-iya. Dee begitu menggoda gue. Dia menggoda tanpa henti, terutama setelah lewat tengah malam.

Dee senang sekali akhirnya gue mau video call lagi dengan dia setelah sekian lama gue tolak terus. Dia menceritakan beberapa hal yang membuatnya bingung, terutama tentang pekerjaan. Lalu seperti biasa gue coba menawarkan solusi dan sepertinya bisa diterima olehnya.

Lewat tengah malam, dia mulai beraksi. Awalnya memberi teaser buka-buka dikit sampai akhirnya dia menunjukkan semua yang dia punya. Sesuatu yang sudah sangat lama nggak gue lihat.

Ketika dia memperlihatkan dua gunung kembarnya, gue sempat agak bingung. Benar nggak ya yang gue lihat? Karena ukurannya semakin besar dan padat. Entah apa yang dia lakukan selama ini, tapi gue yakin banget salah satu harta berharganya itu semakin berisi.

“Beneran yang aku liat ini Dee?” tanya gue penasaran.

“Iya, nggak salah kok, kayak yang kamu udah sering liat dulu, nggak ada yang berubah.” jawab Dee centil.

“Justru itu, aku melihat ini ada yang beda. Kok jadi makin padet aja? Kamu apain emang?”

“Ehmm..eeeh itu..ah, perasaan kamu aja itu Zi. Aku nggak apa-apain kok, emang begini kan bentuknya.”

“Nggak, aku tau persis kok. Dulu kan rutin di investigasi, masa sekarang jadi lain?” tanya gue semakin curiga.

“Yaudah nggak penting juga kan? Mau atau nggak nih? Mau dikirim foto juga kan?” Dee menantang.

“Haha bebas aja lah Dee, suka suka kamu.”

“Sekarang kamu dong tunjukin, aku udah lama nggak liat rocky Zi.”

“Nggak mau ah, ntar kamu makin nggak bisa lepas dari aku.”

“Yah kamu mah.”

“Ya biarin aja, rocky punya aku ini.”

“Ayo dong Zi.”

Akhirnya setelah bernegosiasi alot, gue menyerah. Kesalahan lagi. Gue kalah lagi dengan Dee. Gue akhirnya mengeluarkan rocky untuk diarahkan ke webcam.

“Sesuatu yang juga aku kangenin akhirnya bisa aku liat lagi Zi. Hehe.”

“Ya bebas lah terserah kamu aja.”

“Jangan cemberut gitu dong Zi. Ayo dong mainin buat aku.”

“Nggak mau, kamu kan cuma mau liat aja, nggak mau dimain-mainin. Kalaupun ada yang mau mainin, ya cewek aku yang sekarang, bukan kamu, bukan juga main sendiri.”

“Sesekali nggak apa-apa kali.”

“Aku bilang nggak ya nggak. Kalau begini terus, aku tutup aja ya?”

“Eeeh jangan dong. Biarin aku liatin, aku mau mainin punya aku, kamu nonton aja ya.”

“Bebas.” Jawab gue ketus.

Dee kemudian menggerakkan jari jemarinya di lubanh surganya. Hari itu dia kayaknya baru pangkas habis, atau memang sengaja karena mau video call yang model begini sama gue? Entahlah.

Dari satu jari, dua jari sampai akhirnya tiga jari berhasil dimasukkan semua. Keluar masuk terus sambil menunjukkan ekspresi berhasrat yang luar biasa besar. Tangan kiri dibawah, tangan kanan ditengah sambil terus memainkan gunung kembarnya yang semakin membesar itu.

Sebagai klimaksnya, sesuatu yang juga nggak pernah gue liat selama ini terlihat oleh gue. Semburan air keluar dari lubang surganya. Sebuah momen langka yang bahkan nggak pernah gue liat sebelumnya. Semburan kencang seperti itu adalah kejadian langka buat gue.

Keadaan begini apakah membuat rocky tetap tenang? Tentu saja tidak. Rocky sangat kencang dikasih pemandangan gratis seperti itu. Entah kenapa, apa yang gue liat ini hanya seperti bagian dari ritual nonton blue film dengan aktris yang gue kenal baik, tapi sama sekali nggak ada perasaan tertentu untuk jatuh cinta lagi disana ketika momen tersebut terjadi.

Gue hanya menganggap ini bonus obrolan gue dengan Dee. Dee bilang itu sebagai hadiah ulang tahun gue. Dulu gue belum tahu teknologi screen recording kayak sekarang yang membuat para host di aplikasi live-live itu ketar ketir videonya kesebar (padahal emang udah nyebar..hahaha). Kalau seandainya sudah tau, mungkin itu bisa jadi senjata buat mukul mundur Dee.

Komitmen gue untuk memusnahkan segala sesuatu yang berhubungan dengan mantan tetap gue lakukan dan kadangkala gue sempat menyesal.

Apalagi terkait dengan kegilaan mereka dikemudian hari untuk mencoba mengganggu hubungan gue dengan orang lain selain mereka.

Kalau aja dulu nggak gue hapus-hapusin semua, mungkin itu bisa jadi corong utama gue buat mengancam mereka yang coba rese terhadap gue. Tapi ya itu semua nggak pernah terjadi karena semua koleksi sudah gue musnahkan.

--

Kesibukan gue memosting ke facebook ucapan terima kasih untuk mereka yang sudah mengirimkan ucapan ulang tahun ke gue membuat gue lupa untuk meluapkan kegembiraan gue bersama Emi. Duh bodoh banget emang.

Pada akhirnya Emi pun chat gue di FB. Kami mengobrol tapi malah berujung ribut karena mungkin dia menganggap gue nggak peka. Emang ini murni kesalahan gue. Hanya saja, sesekali gue juga merasa sangat kurang nyaman ketika Emi selalu berada disekitar gue.

Segala macam tentang gue dia tau. Semua gerak gerik gue dia mempelajari dengan baik sehingga dia bisa tau kapan gue senang, atau kapan gue sedih. Bahkan hebatnya, dia juga tau kapan gue mulai berbohong.

Memang mungkjn gue harus mendapatkan cewek kayak Emi biar semuanya bisa terkendali dengan baik, nggak bingung-bingung masalah pilihan, dan selalu ada solusi ketika menghadapi suatu tantangan yang belum pernah gue hadapi sebelumnya.

Dilain sisi, keberadaannya juga seringkali membuat gue jengkel, dan berujung ribut-ribut terus. Ketika banyak bahan obrolan yang bisa gue lakukan dengan Emi, banyak juga bahan ribut yang bisa kami temukan.

Ketika gue bilang ada ucapan tambahan selain dari orang-orang yang masuk list Emi, seperti Dwina, Rinda ataupun Sofi. Keket mengucapkan juga, tapi kebetulan nggak kesebut pas gue ngobrol dengan Emi. Dwina dan Rinda ini nggak pernah Emi dengar, dan berujung malah ribut nggak penting masalah kedekatan gue dimasa lalu dengan mereka.

Hal-hal seperti ini yang akhirnya membuat gue kadangkala sengaja menghilang dulu dari Emi. Bayangkan gue dan Emi selalu punya bahasan, apapun, baik di chat maupun ketemu langsung. Kami nggak pernah kehabisan bahan obrolan. Apalagi sekarang juga ada bidang baru yang kami jalani bersama, band.

Untuk mengantisipasi rasa kebosanan dan rasa selalu dikuntit ini, gue menemukan solusi dalam diri Alya. Dia sekarang cukup dekat dengan gue. Walaupun gue nggak ada rasa sama sekali. Gue hanya butuh variasi teman ngobrol biar bahasan gue semakin banyak lagi dengan Emi.

Cari alternatif atau cari pembenaran? Tergantung perspektif yang melihat sikap gue ini.

Jelasnya, hati gue tetap untuk Emi dan nggak akan terganggu oleh siapapun. Gue hanya butuh space untuk menjaga hubungan gue. Bagi sebagian orang pasti ini adalah kesalahan. Tapi ketika anda nggak melakukan apapun tanpa melibatkan perasaan apapun juga, sebetulnya nggak ada yang patut disalah-salahkan.

Pembenaran? Cari alasan? Silakan dinilai sendiri saja.
namikazeminati
khodzimzz
itkgid
itkgid dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.