simple is me
Quote:
Jam pelajaran pun di mulai seperti biasanya. Sepulang kuliah Meyla sudah masuk ke kelasku walaupun dosenku belum keluar, sontak membuat satu kelas melihat ke arah kami.
“apa?”, tanyaku
Dia menarik tanganku dan kami duduk di pojok kelas. Dia menarik nafasnya cukup panjang sebelum berbicara padaku
“aku putus”, katanya sambil melihatku dengan pandangan berkaca-kaca
“gara-gara gua?”, tanyaku
“salah satunya itu, tapi emang beberapa bulan terakhir ini udah banyak banget masalah. Kita juga udah lama putus nyambung jadi ga emang
ga bisa di pertahanin aja”, katanya
“tau gitu mendingan gua ngejauh”, kataku
“ko ngomong gitu? Aku nyaman sama kamu, kamu itu orangnya serius tapi ga ngebosenin. Salah aku juga deket sama kamu tapi kalo ga gitu mungkin aku ga akan bisa ngambil keputusan”, katanya
“tapi gua tetep jadi sumber masalah lu putus kan. Gua ga suka”, kataku
Dia memegang tanganku.
“please aku butuh temen buat ngobrol dan di cuekin kamu itu ga enak”, katanya
Akupun mendengarkan ceritanya sampai selesai.
“please jangan ngomong kalo kita harus masing-masing”, katanya
“kita liat nanti deh”, kataku
Kamipun memutuskan untuk pulang, dia menggandeng tanganku dan kami pun pulang bersama. Akupun kembali dekat denga Meyla, 3 hari
setelah kejadian itu angkatanku mengadakan acara futsal dan Meyla ingin ikut nonton, saat itu kami sama sekali belum memiliki hubungan
apapun. Kamipun tiba di tempat futsal, ketika semua laki-laki bersiap untuk bermain aku memilih untuk duduk di bangku penonton.
“kamu ga main?”, tanya Meyla
“ga”, kataku
Pertandingan pun di mulai, bukan hanya pertandinga futsal tapi yang lain. Saat istirahat salah satu teman sekelasku mendekati Meyla, mereka
ngobrol cukup akrab, bercanda hingga membuatku muak dan pergi keluar untuk menghirup udara segar. Meyla memang anak yang mudah
bergaul dengan siapapun dan memiliki wajah yang cukup nakal kalau boleh ku bilang. Gesture tubuh nya pun mendukung itu.
“kenapa lu?”, tanya Lily salah satu teman sekelasku
“pengap”, kataku
Dia tertawa
“jelas lah yang deketin banyak banget”, katanya
“tempatnya”, kataku
“yang bener?”, tanyanya
“iya, lu ngapain di sini?”, tanyaku
“nemenin lu takutnya bunuh diri”, katanya
“hmm”, gumamku
Waktu pun ku habiskan ngobrol dengan Lily
“ayo pulang”, kata Meyla sambil mencubit pipiku
Akupun bangun dan berjalan ke arah motor. Kamipun berpamitan dan meninggalkan tempat futsal.
“udah lama kenal sama Lily?”, tanyanya
“ga”, kataku
“deket banget ngobrolnya”, katanya
“gua Cuma dengerin dia cerita doang”, kataku
“cerita apa aja?”, tanyanya
“banyak”, kataku
“ceritain aku mau denger”, katanya
“panjang”, kataku
Meyla mencubit perutku.
“sakit sih”, kataku
“mangkanya ceritain”, katanya
“nanti aja”, kataku
Setibanya di rumah Meyla akupun langsung berpamitan.
Kuliahpun berjalan seperti biasanya, aku dan Lily pun mulai dekat dan beberapa perempuan lainnya pun mulai ngobrol dengan ku. Untuk
sesaat aku bisa menenangkan pikiranku dan tidak focus hanya pada Meyla yang ternyata banyak dari mahasiswa seangkatanku ataupun kakak
kelasku yang mengincarnya.
“lu berdua udah jadian belum sih?”, tanya Lily
“ga jadian”, kataku
“terus jalan aja kaya biasa?”, tanyanya
“iya”, kataku
“lu tau kan banyak yang ngincer dia?”, tanyanya
“tau, tapi gua ga mau ambil pusing. Dia mau sama siapa sok aja, kalo bukan sama gua ya gua tinggal ngejauh”, kataku
“lu ga berjuang dong demi dia”, katanya
“gua ga bisa maksa. Bukan ga mau berjuang”, kataku
“ada ya cowo kaya lu”, katanya
Saat jam istirahat angkatanku mengadakan pertandingan futsal di lapangan kampus yang letaknya bersebelahan dengan asrama mahasiswi, katanya ada pertandingan persahabatan antara angkatan ku dengan kakak tingkat. Dengan terpaksa akupun ikut walaupun hanya menonton.
Sepulang kuliah benar saja di lapangan sudah di penuhi oleh kakak tingkat yang sedang duduk, bedanya kali ini suasana lebih mencair di banding awal-awal. Aku duduk bersebelahan dengan Meyla, tak jauh dariku ada Lily. Pertandingan pun di mulai, bisa ku lihat beberapa orang mencoba menarik perhatian Meyla dengan penampilan mereka bahkan ada yang memberikan bunga ketika mencetak gol. Karena tingkat kemuakanku sudah sampai batasnya aku memutuskan pergi ke kantin membeli coklat dingin dan berdiam diri selama 10 menit.
Ketika aku akan kembali ke lapangan Lily mendekatiku.
“malah nongkrong”, katanya
“aus gua”, kataku
Lily menarik tangan ku dan kamipun tiba di lapangan. Terlihat Meyla sudah di dekati banyak orang.
“sana”, kata Lily
“laen kali kalo mau ngasih tau sesuatu yang penting lah Ly”, kataku
“lu tuh cuek banget asli, kalo dia jadian sama yang laen gimana?”, tanyanya
“gua kan udah bilang”, kataku
Kamipun duduk tak jauh dari Meyla.
“seriusan deh Teo, saingan lu tu bukan Cuma temen seangkatan tapi kakak tingkat juga”, katanya
Aku hanya tertawa mendengar itu.
“gua serius anjir”, katanya
“gini deh Ly, mau dia deket sama siapapun gua ga peduli toh gua pacarnya pun bukan, kalo dia jadian sama yang laen ya itu pilihan dia.
Simple”, kataku
Lily mencubit bahuku.
“serius Ly”, kataku
Untuk sesaat Lily menggeser duduknya menjauhiku.
“lu ga usah ribet mikirin gua”, kataku
“iya, sorry”, katanya