Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Soal Virus Corona, Mahfud Minta Kepala Daerah Tak Mendramatisasi
Soal Virus Corona, Mahfud Minta Kepala Daerah Tak Mendramatisasi

Soal Virus Corona, Mahfud Minta Kepala Daerah Tak Mendramatisasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD meminta pemerintah daerah tidak terlalu mendramatisir persoalan yang berkaitan dengan virus corona.

Mahfud mengatakan, berdasarkan rapat kabinet para menteri bersama Presiden Joko Widodo, Selasa (3/3/2020) pagi, informasi mengenai penanganan corona diputuskan untuk dipusatkan di Kementerian Kesehatan.

Pemerintah daerah diminta untuk tidak membuat pernyataan sendiri-sendiri.

"Soal informasi penanganan coronanya itu sendiri sekarang informasinya itu terpusat di Kemenkes. Diharapkan pemerintah daerah jangan terlalu mendramatisir persoalan," kata Mahfuddi kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2020).

Mahfud MD mengimbau para kepala daerah tidak membuat pernyataan pers sebelum mendapatkan informasi yang jelas mengenai kasus virus corona.

Kepala daerah juga diminta tak membuat pernyataan yang bersifat politis.

Mahfud mencontohkan kasus pasien suspect corona di Cianjur, Jawa Barat yang meninggal dunia Selasa pagi.

Setelah ramai diperbincangkan, ternyata pasien tersebut dinyatakan negatif virus corona dan meninggal bukan karena virus tersebut.

"Jangan terkesan ingin mendramatisir, mencari panggung jangan terkesan itu," ujar Mahfud MD.

Ia justru meminta kepala daerah melontarkan pernyataan yang menenangkan masyarakat.

Sebab, sebagaimana dikatakan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dibandingkan virus corona, yang lebih banyak menyebabkan orang meninggal adalah flu biasa.

"Oleh sebab itu, setiap daerah itu supaya membuat tenang, tidak membuat situasi seperti menakutkan itu ya biasa aja. Itu biasa-biasa saja," kata Mahfud MD.

Diketahui, virus corona terdeteksi telah menjangkiti dua warga Indonesia.

Pada Senin (2/3/2020), Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama virus corona Covid-19 di Indonesia.

Dua warga Depok, pasien 1 (31) dan pasien 2 (64) positif virus corona setelah melakukan kontak dengan warga Jepang yang sedang berkunjung ke Indonesia.

Saat ini keduanya diisolasi di Rumah Sakit Pusat Inveksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara.

Namun, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril menyampaikan, kondisi dua warga asal Depok yang positif virus corona semakin membaik.

"Alhamdulillah kedua pasien positif corona, kondisinya membaik," kata Syahril di lokasi, Selasa (3/2/2020).

Syahril menyampaikan, saat pertama kali dirawat di RSPI Sulianti Saroso, kedua orang itu dalam kondisi demam dan batuk.

"Demam tidak ada lagi, tinggal batuk-batuk yang sedikit, tidak sesak nafas, makan oke," ucap Syahril.

Selain itu, kedua orang tersebut sudah bisa berkomunikasi dengan baik.

Adapun, seorang pasien suspect virus corona yang meninggal di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat, dipastikan tidak terjangkit virus corona.

Dengan kata lain, pasien berusia 50 tahun asal Bekasi, Jawa Barat, tersebut meninggal dunia bukan karena terpapar virus corona.

Hal itu dikatakan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto kepada Kompas.com, Selasa (3/3/2020).
"Pasien itu termasuk yang negatif virus corona," ujar Achmad saat dihubungi, Selasa.

Sebelumnya, pasien yang sempat dirawat tiga hari di Rumah Sakit Dr Hafiz (RSDH) Cianjur, Jawa Barat, akhirnya meninggal dunia.

Pasien meninggal dunia pada Selasa, sekitar pukul 04.00 WIB. Ia meninggal setelah sempat menjalani perawatan di ruang isolasi sejak 1 Maret 2020.
sumber

☆☆☆☆☆

Musibahisasi, Dramatisasi, dan Kerjanisasi.

Pada setiap orang, musibah itu berbeda-beda sudut pandangnya. Berbeda bagi yang mengalami, berbeda bagi yang tidak mengalami. Bagi mereka yang tidak punya hati, sebuah musibah bisa memberikan asas manfaat, entah menambah pundi-pundi uang, atau membentuk citra bagi kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Bagi mereka yang bisa berempati, musibah adalah sebuah teguran bagi mereka juga agar lebih bisa berbagi, memberi semangat, serta introspeksi diri. Bagaimana jika aku mengalami hal yang sama seperti dia atau mereka?

Musibah sendiri bisa dimaknai berbeda bagi yang mengalami. Ada yang berserah diri. Ada juga yang menjadikan sebagai sumber rejeki. Bukankah sudah terlalu biasa kita melihat sebuah kesedihan yang didramatisir? Bukankah menjual kesedihan bisa mendapatkan untung besar? Ini bukan cuma berlaku bagi seorang manusia, bahkan bisa berlaku bagi sebuah bangsa, sebuah negara. Dengan menjual kesedihan, maka segala macam bantuan mengalir kepada mereka. Dan mereka bisa memanfaatkannya dengan berpesta pora, atau justru membeli senjata.

Itulah konsep Musibahisasi.
Konsep dimana sebuah musibah dijadikan momentum untuk berpikir, mau menangis? Atau justru malah tertawa?

Dramatisasi. Drama adalah sebuah pertunjukan dimana seseorang atau banyak orang menjalankan sebuah peran kehidupan. Dan setiap peran dimainkan dengan alur yang telah disepakati. Andai terjadi improvisasi, maka improvisasi itu tidak boleh keluar dari pakem yang telah diatur.
Tidak boleh ada sebuah tangisan kecil berubah jadi meraung-raung bagai monyet kehilangan pisang. Atau peran seorang gubernur tiba-tiba merasa sebagai presiden.

Sebuah drama yang dimainkan, bisa membuat orang berdiri bertepuk tangan memberi pujian. Tapi sebuah drama juga bisa membuat orang berdiri lalu pergi begitu saja karena muak.

Jika sebuah musibah yang terjadi lalu dijadikan ajang pentas seseorang agar kelihatan pandai, peduli, bahkan mungkin dengan seringai yang menyembunyikan sebuah kesombongan, maka itulah yang disebut dramatisasi.

Dramatisasi adalah sebuah pertunjukan dimana seseorang atau sekelompok orang menggunakan sebuah musibah menjadi ajang pentas panggung bagi kepentingan dirinya sendiri atau kelompoknya agar terlihat lebih dimata penonton. Sementara dia sendiri tak pernah tahu bahwa penontonnya adalah orang bodoh atau orang pandai. Jika dia bodoh, maka penonton itu akan terbuai dan berdecak kagum. Sebaliknya bila penontonnya pandai, maka dia akan melihat apa yang tersembunyi dibalik drama tersebut.

Kerjanisasi. Kerjanisasi adalah bentuk pengakuan bagi seseorang untuk bisa dikatakan dia sudah melakukan sesuatu atau belum, atau bahkan tidak melakukan apa-apa. Kerjanisasi sendiri bisa dibentuk dengan sebuah narasi, tak peduli narasi tersebut terdengar bodoh atau justru brilian. Namun hal bodoh sendiri bisa saja dibungkus dengan sebuah narasi yang terdengar wah, terdengar hebat, dengan sebuah istilah yang jarang atau bahkan tidak pernah dipakai sama sekali oleh orang lain.

Kerjanisasi sendiri bisa dilakukan hanya dengan kata-kata tanpa aksi atau eksekusi, bisa juga dilakukan dengan diam-diam tanpa sebuah narasi basi.

Paham ya sampai sini. Ini semua baru intro lho. Belum sampai bagian reffnya. Dan inilah reffnya.

Mahfud MD nampaknya sudah muak dengan seseorang yang tak perlu disebut namanya. Seseorang yang lebih banyak berkata-kata tapi tak pernah bisa membuktikan kata-katanya. Seseorang yang sudah sering mengarang indah sementara si Indah sendiri tak mau mendengar sebuah karangan.

Kata-kata Mahfud MD jelas. Jelas bagi orang yang mau membuka diri. Tapi tak akan pernah jelas bagi orang yang bebal.

Merebaknya ancaman virus Corona bukanlah saat yang baik untuk mencari panggung. Masih banyak panggung lain yang bisa dipakai misalkan musibah banjir, pembagian telur, naik sepeda dengan lepas tangan, atau mengeruk lumpur got dengan tangan.

Musibah virus Corona adalah musibah nasional. Maka yang berlaku adalah keputusan nasional. Dan itu ada ditangan presiden. Presiden yang menunjuk lembaga mana yang paling berhak memberi pernyataan dan petunjuk teknis. Bahkan seorang Menteri Kesehatan saja sekarang diam tak banyak bicara mengenai virus Corona ini.

Ini adalah hirarki perintah dari atas kebawah. Sementara kemarin, sebelum virus Corona mendapatkan suspect di Indonesia, hirarki yang berlaku adalah dari bawah ke atas. Artinya semua temuan dilapangan harus dilaporkan kepada presiden. Presiden hanya berbicara berdasarkan temuan pihak yang berkompeten dalam hal ini yaitu Depkes dengan ujung tombaknya adalah Menkes. Jadi, Presiden tidak bisa ujug-ujug bilang A, B, C, D berdasarkan karangannya sendiri.

Setelah pihak yang ditunjuk oleh Presiden resmi, maka semua tindakan harus merujuk pada lembaga ini, baik bagi pasien terduga, terpapar, atau penderita. Bahkan termasuk calon pasien yang bisa jadi tidak menderita Corona. Ada nomor telepon yang bisa dihubungi untuk diambil tindakan medis.

Bukan malah menyuruh masyarakat yang merasa terkena virus Corona lalu datang ke puskesmas. Tolol!!! Bagaimana jika dia benar terinfeksi virus Corona? Ada berapa banyak orang yang akan ikut terpapar? Bayi, balita, batita, remaja, dewasa, hingga orang tua? Atau dipikirnya puskesmas hanya berisi codot?

Bukan juga malah seenaknya bilang ada sekian orang yang diawasi atau dipantau sementara datanya tidak ada. Atau menyuruh masyarakat memakai masker sementara maskernya tidak ada atau melejit harganya.

Inilah yang membuat Mahfud MD geram. Tapi sekali lagi, orang yang disindir ini tak akan mengerti. Bukan bodoh. Ini lebih cocok disebut budeg!

Jadi, sebuah musibah bisa dijadikan sebuah drama agar terlihat kerja.

Sambil nyelem minum air. Rumah lu tenggelem kelelep banjir.

Apa? Mau ngomong SSGB?
Diubah oleh i.am.legend. 03-03-2020 21:59
Dead4helldog
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 17 lainnya memberi reputasi
16
2.8K
46
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.3KThread41.9KAnggota
Tampilkan semua post

Post telah dihapus azhuramasda

Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.