Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

denbagoes01Avatar border
TS
denbagoes01
Misteri Rumah Ritual Plus-Plus
Misteri Rumah Ritual Plus-Plus


Hola, GanSis, perkenalkan ane newbie di SFTH. Mencoba membawakan sebuah cerbung dengan genre "rasa-rasa aneh"
Semoga berkenan di hati pembaca. Berhubung ini cerbung perdana, saran dan kritik sangat ane butuhkan demi terciptanya perdamaian di antara kita. Halah! emoticon-Mad (S)

Pokoknya, simak aja. Jangan lupa kirimkan cendol dan rate-nya sebagai dukungan untuk TS ganteng dan kece, @denbagoes01biar nggak menanam kentang di thread ini. Terima kasih kliknya. Salam ganteng! emoticon-Angkat Beer



Selamat datang di dunia mistis versi Ane!

emoticon-Angkat Beeremoticon-Angkat Beeremoticon-Angkat Beeremoticon-Angkat Beeremoticon-Angkat Beeremoticon-Angkat Beeremoticon-Angkat Beeremoticon-Angkat Beer



WARNING 18+


*********


Part 1

"Terkadang, kita perlu melakukan hal gila demi mencapai sebuah tujuan"



Laraning lara ...
Ora koyo wong kang nandang wuyung
Mangan ra doyan
Ra jenak dolan
Ning ati bingung ...



Alunan merdu tembang Wuyungterdengar sayup di telinga Parto. Pintu berderit terbuka dan siluet seorang perempuan melangkah masuk. Pinggulnya bergoyang, seirama langkah kaki yang gemulai. Semakin dekat semakin jelas, dan Parto bisa melihat sosok itu mulai menanggalkan kain yang melekat di tubuhnya satu persatu. Aroma kembang memabukkan menyeruak memenuhi ruangan kamar, tempat di mana bujang lapuk itu terkapar tak berdaya di atas amben tanpa kasur.

Dengan cepat perempuan itu mengikis jarak antara mereka berdua, menjatuhkan tubuhnya tepat di atas pusar Parto yang berbulu. Sementara si bujang tampak pasrah membiarkan dirinya diperlakukan secara brutal.

"Jangan melawan jika tidak ingin ritualnya gagal!" Parto terngiang nasehat seorang temannya ketika sampai di tempat itu.


******


Angin sepoi di kegelapan desa SumberDhalu mulai menggigiti kulit. Di sebuah kedai kopi yang tampak sepi, seorang lelaki usia matang duduk di salah satu kursi menghadap meja panjang, melamunkan diri. Jemari tangan kirinya menjepit sebatang kretek yang mengepulkan asap di sekeliling ruangan. Sesekali diisapnya, demi mengatasi sepi yang mulai membekukan malam.

Berkali lelaki itu melirik jam dinding yang terpajang di dinding di belakang kepala si pemilik kedai. Raut bosan mulai menghiasi wajahnya, sama seperti kegelisahan yang dirasakan si pemuda pemilik yang tak tega mengusir pengunjungnya. Malam sedemikian larut, dan semestinya ia sudah harus menutup lapaknya.

"Mau kopi lagi, Kang?"

Pelayan itu akhirnya punya alasan untuk membuka suara begitu melihat cangkir pengunjungnya tandas.

"Ndak usah," tolak si pengunjung yang diketahui bernama Edy. "Sebentar lagi saya pulang."

Si pemilik kedai mengangguk lega dan kembali tenggelam di balik meja. Melanjutkan kegiatan rebahannya yang tertunda. Sepasang mata lima wattnya berusaha terus terjaga sambil mendengarkan sandiwara radio.

Kretek kelima telah habis diisapnya, tetapi kawan yang ditunggu Edy tak kunjung muncul. Sepanjang pengalaman mengantar orang-orang ke rumah ritual Ni Kembang Tanjung, baru kali ini ia dibuat menunggu terlalu lama. Pasti ada yang tak beres, pikirnya.

Ia terkenang kemunculan Parto, demikian nama kawannya, suatu petang, saat tengah bersiap berangkat ke Desa SumberDhalu. Kala itu, dirinya membawa seorang pria tua bertubuh tambun dengan duit segebok yang entah dari mana asalnya. Mungkin pelanggannya seorang bandar judi di kampung sebelah.

"Bawa aku ke tempat itu, Kang!" pinta kawannya. Wajah pasrah Parto benar-benar membuatnya geli.

"Kamu yakin, Mblok?"

Parto-Mblok mengangguk cepat.

Bukan tanpa alasan, Edy mempertanyakan keputusan Parto. Selama ini, kawan sedari kecilnya itu tak pernah neko-neko. Hidupnya cenderung lurus dan di antara sekawanannya, Parto-Mblok yang paling rajin pergi ke Surau, mengaji dan memperdengarkan nasehat-nasehat keagamaan dari Kyai Jahro.

Entah ada angin apa, Parto yang sebentar lagi melepas masa lajangnya itu mendadak tertarik dengan tawarannya untuk memperkuat kejantanan di Rumah Ritual Ni Kembang Tanjung. Seperti yang dilakukan oleh para bujang lain yang hendak mempersunting anak gadis, atau sekadar menyenangkan bini sendiri.

Syarat untuk menjalani ritual itu pun terbilang mudah, sebenarnya. Para lelaki ini hanya diharuskan tidur bersama Ni Kembang Tanjung selaku dukun di rumah ritual tersebut. Siapa tak tergoda bercinta dengan perempuan muda bertubuh molek dengan aroma memabukan?

Keraguan muncul di benak Edy mengingat kawannya tersebut masih perjaka dan notabene sangat setia dengan kekasihnya, Nuning.

"Justeru semua demi Nuning, Kang," sanggah Parto, begitu Edy mempertanyakannya.

"Aku tak mau dia kelak kecewa padaku karena tak bisa memuaskannya di atas ranjang. Apalagi Nuning cantik, banyak lelaki mengantre untuk bisa menjadi kekasihnya."

Edy selaku makelar perdukunan hanya bisa manut mendengar penuturan kawannya. Dia pun mengabulkan permintaan Parto. Tentu dengan menunggu giliran, karena Edy hanya bisa mengantar satu orang setiap malamnya.

Tepat tiga hari sebelum hari H pernikahan Parto, akhirnya Edy memberikan giliran. Malam itu ia menerima sekantung uang dari kawannya, sebagai syarat awal kesepakatan mereka. Dengan senang hati Edy mengantar kawannya ke rumah ritual.

*******


Menjelang dini hari, bilik dari sebuah rumah di seberang jalan terbuka dan seorang lelaki berwajah kusut muncul. Edy serta merta bangkit dari tempat duduknya demi menyambut pemandangan ini. Ia tergopoh menghampiri kawannya yang tampak seperti mau pingsan.

"Sudah selesai, Mblok?"

Dan yang ditanyai hanya mengangguk perlahan. Tak ada kata keluar dari mulutnya. Edy dengan sigap membimbing tubuh kelelahan itu menuju kedai kopi, yang langsung disambut dengan wajah kesal si pemilik kedai.

"Eh, kirain mau nginep di dalam rumah ritual," sindirnya. Dengan sigap ia menyeduh secangkir kopi kental yang langsung ditandaskan begitu sampai di depan hidung Parto.

Ajaib. Kopi itu seperti memberikan tenaga baru dalam tubuh Parto. Dalam sekejab ia bisa memulihkan kesadaran yang nyaris hilang, dan menghadapi dua wajah tak asing di depannya.


******



Nantikan kelanjutan kisah mereka dengan terus memberi dukungan TS yang paling bagus dhewe sak belantara Kaskus. Silakan ketik SFTH (spasi) ANU
Kirim ke nomor HP masing-masing. Dengan ajaib part selanjutnya akan update di Kaskus Anda.

Terima kasih sudah mendukung @denbagoes01salam ganteng! emoticon-Angkat Beer


Diubah oleh denbagoes01 15-02-2020 14:59
KISAHORROR
666lucifer89
bukhorigan
bukhorigan dan 62 lainnya memberi reputasi
61
40.4K
259
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
denbagoes01Avatar border
TS
denbagoes01
#149
Misteri Rumah Ritual Plus-Plus
Part 9

"Ketika kenangan membangkitkan kembali apa yang telah mati"


***********


Parto tidak bisa menerima dengan mudah apa yang telah sampai ke kupingnya. Walau bagaimanapun, bocah itu masih terlalu muda, masih piyik, apa yang ditangkapnya bisa saja keliru. Meski beberapa alasan membuat lelaki itu membenarkan cerita si Bagong.

Misalnya saja dengan kematian Sri Ayu. Kabar yang sampai ke kuping penduduk SumberJo tergolong samar dan kini Parto menemukan kejanggalan-kejanggalan itu. Edy menyampaikan berita itu dengan terburu, bahkan mengaku menguburkan sendiri jasad adiknya di entah belantara hutan sebelah mana. Tak ada pelayat, tak ada penggali kubur, dan lokasi liang lahat itu tak terdeteksi. Siapa yang bisa percaya bahwa bocah empat belas tahun itu telah mati?

Lima belas tahun yang lalu, Sri Ayu hanyalah bocah bau kencur yang bermain pasar-pasaran di halaman surau. Kedua orang tuanya telah meninggal dalam wabah kolera semasa dia bayi. Bocah berkulit resikitu kemudian besar bersama sang nenek yang telah renta, dan juga kakaknya. Beberapa tahun kemudian neneknya berpulang, menjadikan Edy sebagai tulang punggung satu-satunya bagi si kecil Sri Ayu. Entah keajaiban apa yang datang kepada dua kakak beradik merana itu, sehingga mereka bisa bertahan.

Setiap sore menjelang ashar saat matahari mulai condong ke barat, bocah-bocah seusianya berkerumun di depan surau. Kyai Jahro sang pemilik surau kerap membagikan penganan yang dibelinya dari warung sebelah. Berbagai macam gorengan, apem, gembili rebus ia masukan kantong kresek lalu bocah-bocah itu akan menyerbunya dengan suka cita. Dengan cara itulah, anak-anak mau pergi mengaji di suraunya.

Dari sekian anak yang berebut penganan, Parto selalu melihat seorang bocah perempuan tak ikut membaur. Bocah itu masih saja asyik dengan irisan gedebok pisang dan bunga-bunga ilalang yang menjadi alat pasar-pasaran mereka. Bening matanya tak terlepas dari bocah-bocah yang masing-masing membawa penganan, tetapi enggan mendekati mereka.

"Ayu kok ndak ikut minta jajan Pak Kyai?" tanya Parto suatu sore saat kembali menemukan gadis cilik itu menyendiri di halaman. Pertanyaannya hanya dibalas dengan gelengan. Gadis yang pendiam, pikir Parto.

Pada hari-hari yang lain, Parto seringkali mendapati Sri Ayu menangis sepulang mengaji. Suatu sore, gadis itu berlari keluar dari surau dengan bercucuran air mata. Dia bermaksud menemui kakaknya yang tengah menggembala wedhus di lapangan dekat sawah. Edy memang jarang terlihat ikut ke surau. Bocah lelaki itu bahkan mungkin alif ba' ta' saja tidak hapal.

Merasa tak tega, Parto pun mengantar Sri Ayu. Lagipula, Edy merupakan teman sepermainannya sejak sekolah di pendopo Pak Lurah.

"Nyapo kowe nangis, Yu? Ditukari koncomu ning surau, yo?"

Bocah itu membisu. Tangisnya telah reda tetapi mulutnya terkunci rapat. Entah kenapa, Parto melihat sorot kebencian di kedua mata Sri Ayu.

Semenjak itu, Sri Ayu mulai jarang terlihat ikut mengaji. Meskipun masih tetap bermain pasar-pasaran di depan surau dan mengikuti sholat ashar berjamaah. Namun usai sholat, gadis yang mulai terlihat manis itu langsung pulang, sementara anak-anak yang lain lanjut mengaji bersama Kyai Jahro. Tebakan Parto, bocah itu pastilah dibully teman-temannya.



***********



Berbekal ingatan tentang Sri Ayu dan cerita Bagong, adalah tak salah bila dukun cabul itu mengaku telah mengenalnya. Namun kenyataan yang telah didengarnya sungguh sesuatu yang mengejutkan. Bagaimana mungkin Edy menyembunyikan fakta bahwa adiknya masih hidup dan menderita penyakit aneh yang ... entahlah, Parto pun masih belum bisa memercayai dan menerimanya. Bagaimana mungkin seorang Sri Ayu yang polos bisa berubah menjadi sosok perempuan seperti itu? Parto bahkan tak bisa menemukan Sri Ayu pada wajah Ni Kembang Tanjung. Memang, sepuluh tahun telah berlalu setelah kabar kematiannya. Namun wajah itu tak sedikitpun menunjukkan dirinya. Parto sama sekali tak mengenali gadis cilik itu.

Satu kenyataan lagi yang membuat Parto meringis dan tak habis pikir adalah kenapa gadis itu serta merta menunjuk dirinya untuk dijadikan budak yang harus memenuhi nafsu birahinya? Kenapa bukan orang lain saja? Akh, kebetulan yang sangat tak diinginkan dan hampir membuatnya ingin mengiris urat nadi.



***********



Matahari telah condong ke barat dan semilir pepohonan di hutan perbatasan desa mulai dingin. Awan-awan tipis kian banyak berarak, mengumpulkan diri menjadi gumpalan yang tebal, bergelantungan di beberapa sisi langit.

Parto tergesa menata keranjang anyaman bambu yang telah penuh dengan rumput pada onthelnya. Dia harus memburu matahari jika ingin terhindar dari hujan yang kemungkinan akan turun sebentar lagi. Dikayuhnya ontheldengan sisa tenaga dan perutnya yang melilit. Ini kali pertama baginya melewatkan makan siang demi mendengar cerita dari Bagong si pemuda gemblung. Biasanya Parto pulang menjelang dzuhur, kini memasuki ashar baru keluar dari hutan.

Sampai di pemukiman, pemandangan tak biasa menyambut di pelataran surau. Orang-orang berdatangan menuju rumah Kyai Jahro yang terletak di samping surau dengan wajah gelisah. Ada apakah gerangan?

part 10
Diubah oleh denbagoes01 08-03-2020 06:34
aripindoank
nunuahmad
iphunkz
iphunkz dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.