Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

severranythAvatar border
TS
severranyth
He Is My Beloved StepBro
INDEKS CERITA
NadarNadz
nona212
zafranramon
zafranramon dan 22 lainnya memberi reputasi
19
3.9K
31
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
severranythAvatar border
TS
severranyth
#15
Bagian 2 - Pertemuan
Sore itu, sekitar awal Bulan Mei tahun 2016. Setelah baru saja turun dari motor abang ojek online, aku langsung berjalan menuju ke depan rumah calon ibu tiriku, Tante Diana namanya. Saat itu, aku disuruh oleh ayahku untuk memberikan bingkisan yang mungkin di dalam nya berisikan satu set gaun pesta, awalnya sih aku menolak. Rasa nya malas sekali, tapi ayahku agak memaksa, biar tambah akrab kata nya.

Saat aku sampai di depan gerbang rumah, terlihat dari halaman nya hanya terparkir sebuah motor sport keluaran terbaru buatan pabrikan Jepang berwarna merah marun. Yang aku ketahui saat itu, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mempunyai motor tersebut. Suasana sekitar nya pun sepi seperti tidak ada satupun manusia di dalam rumah itu.

Ketika aku menekan bel untuk tamu yang ada disamping pintu gerbangnya, tak lama kemudian dari dalam rumah tersebut, keluar seorang laki-laki yang memakai kaos oblong, bukan Tante Diana tentunya. Raut muka nya seperti orang yang kurang tidur. Dia berjalan ke arahku dengan langkah yang malas-malasan, seperti sengaja ingin menunjukkan kepadaku bahwa dia habis begadang semalaman suntuk. Jadi hansip kompleks mungkin.

Terlebih lagi, situasi di sekitar rumah itupun sedang sepi. Saat itu, aku sudah meningkatkan kewaspadaan terhadap orang yang sebelumnya tidak ku kenal. Khawatir barangkali jika orang asing yang mencurigakan itu bukan lah si pemilik rumah yang sebenarnya.

Dia yang bertanya duluan kepadaku,

"Selamat Sore" Sapa nya.
"Sore ..." Kujawab, sambil memandang aneh kepadanya.
"Cari siapa ya?"
"Tante Diana nya ada?" Tanyaku.
"Belum sampai dirumah."
"Oh ... Yasudah, kalau gitu bisa titip bingkisan ini untuk Tante Diana?" Tanyaku lagi, sambil menyodorkan bingkisan nya ke orang asing tersebut.
"Bisa ..." Katanya.

Perlu kamu ketahui, saat itu gerbang pintu rumahnya belum dibuka sama sekali oleh orang tersebut, jadi kami berdua saling mengobrol lewat celah-celah pintu pagar gerbang rumah.

"Mau masuk?" Tawarnya.
"Enggak, mau langsung pulang aja." Pamitku.
"Sebentar ..." Tahan nya.
"Aku mau menebak sesuatu. Boleh?"
"Hah? Tebakan?? Kayak acara kuis aja" Aku langsung kebingungan dengan permintaan nya saat itu, maklum saja, biasanya seorang laki-laki jika baru pertama kali bertemu dengan seorang perempuan yang belum dikenalnya pasti ngajakin nya kenalan. Bukan malah main tebak-tebakan. Dasar orang aneh, pikirku.

"Iya ..." Katanya. "Namamu Monalisa kan?"
"Eh ..." Jawabku kaget, kok dia bisa tahu namaku?
"Anak perempuannya Om Doni?" Dia menebak lagi. Untuk kedua kali nya tebakan nya benar lagi.
"Iya ..." Jawabku singkat sambil sedikit menyunggingkan senyuman, tetapi jangan merasa GR dulu ya, hanya untuk sekedar basa-basi aja. Boleh kan? Jangan terlihat jutek dan sombong juga kalau jadi seorang perempuan saat di depan laki-laki wahai Monalisa.

Saat itu aku jadi ingin menebak juga, kalo dia adalah anak laki-laki nya Tante Diana. Dan jika kalau tebakanku benar. Berarti dia adalah calon adik tiriku nanti.

Aku sendiri belum yakin apakah nanti nya bisa menjadi kakak tiri yang baik untuk nya atau tidak, karena saat itu, aku juga belum terlalu mengenal diri nya secara dekat. Semua lamunan yang aneh itu muncul begitu saja dari dalam kepalaku.

"Mau ku antar pulang?" Dia nanya.
"Makasih, bisa sendiri." Tolakku.
Huh, dasar. Berani sekali anak ini. Baru saja kenal sudah ngajakin boncengan berdua. Aku sendiri pun belum tau siapa nama nya saat itu.

Kutunjukkan sebentar aplikasi ojek online yang ada di handphone ku kepadanya.
"Bisa pulang pakai ini"
Bukan nya kecewa atas respon penolakan ku, raut wajahnya malah terlihat tenang dan biasa-biasa saja.
"Yasudah ..." Katanya. "Kapan-kapan, kamu akan kuantar pulang oleh motor ini denganku." Ujarnya sangat percaya diri. Sambil menunjuk motor sport nya yang berwarna merah marun.
Aku hanya diam tidak menanggapi nya, dia pikir aku tertarik dengan tawaran untuk naik motor sport nya saat itu. Duh, maaf saja ya, aku bukan tipikal perempuan yang materialistis.
"Pulang dulu ya." Pamitku, setelah motor abang ojek online pesananku telah datang.
Dia hanya mengangguk pelan untuk mengungkapkan kata "iya, hati-hati"
Nampak dari kejauhan, dia masih memandangiku dari balik pintu gerbang rumahnya. Kalau sampai ayahku tahu, pasti dia akan dimarahi, karena sudah berani menatap wajah anak perempuan nya dengan tatapan yang aneh.

***

Waktu di perjalanan, tadinya aku mau pulang ke rumah. Tapi, pasti ayahku sedang diluar. Rasa nya malas sekali jika tinggal sendirian disana. Hanya membuat aku menjadi sedih karena teringat kenangan dulu saat bersama almarhumah ibuku.

Akhirnya, aku lebih memilih untuk berkumpul dulu dengan teman-teman kuliahku di suatu cafe tempat biasa kami nongkrong. Mungkin aku bisa cerita kepada mereka tentang hal unik yang sedang kualami hari ini.

Sesampainya disana, Aku hanya memesan segelas minuman saja. Tapi Dito, teman kuliahku, yang juga ketua Badan Eksekutif Mahasiswa di kampus, minta waktu untuk sekedar mengobrol berdua denganku. Katanya ada yang mau dia bahas tentang salah satu mata kuliah yang sedang dipelajari.

Dia bilang, kalau suatu saat aku butuh bantuan dari nya, tenang saja. Biar dia yang mengerjakan semua tugas mata kuliahku dari dosen di kampus. Terima kasih, gak perlu sampai segitu nya, kataku. Kemudian dia mengambil sesuatu dari dalam tas ransel nya, lalu agak sedikit memaksa menyerahkan beberapa makalah tugas nya yang sudah dia kerjakan kepadaku. Meskipun sudah aku menolaknya secara halus.

Di dalam cafe itu, selain ada Dito, ada juga teman-teman ku yang lain seperti Feby dan Amel. Mereka semua nya teman kuliahku. Saat itu, hal yang sedang kami bahas adalah tentang keinginan mereka untuk menunjuk aku sebagai pembicara dalam tugas kelompok presentasi salah satu mata kuliah kewirausahaan di kampus. Aku sih bersedia aja, tidak masalah. Karena saat masih sekolah dulu aku sering menerangkan pelajaran yang sudah ku pahami kepada teman-teman ku saat di depan kelas.

Waktu kami sedang serius berdiskusi, tiba tiba saja datang seorang cowok yang menghampiri ke meja kami. Ternyata cowok itu adalah seorang pelayan dari cafe tersebut. Padahal sebelumnya kami sudah memesan beberapa makanan dan juga minuman.

Pelayan itu datang mendekati ku lalu memberiku secarik kertas yang digulung dan diikat dengan pita berwarna merah. Dia berbisik, kata nya kertas itu adalah surat titipan dari seseorang tanpa identitas yang mengaku untuk tidak mau disebutkan nama nya.

Dengan sedikit rasa takut dan agak parno, aku terpaksa menerima gulungan kertas itu, tak lama setelah pelayan itu pergi, kubuka pita yang mengikat gulungan kertas itu, lalu kubaca isi nya di dalam hati.

Didalam kertas itu tertulis :

Untuk : Nona Manis.
Monalisa, terima kasih tadi telah berkunjung kerumahku, sesuai dengan aturan yang ada, besok akan diadakan kunjungan balasan kerumahmu dariku.
Terima kasih atas perhatiannya.

Setelah selesai membaca nya, aku pun langsung mengetahui siapa yang telah menulis kertas ini. Ini pasti dari anak nya Tante Diana, tapi kok dia bisa tau aku ada di kafe ini? Jangan jangan dia mengikuti ku dari rumahnya tadi sampai kemari. Pandangan mataku langsung mencari nya di sekeliling ruangan cafe ini tapi hasilnya nihil. Tidak dapat kutemukan keberadaan nya.

Dito yang duduk tepat di depanku pun menjadi penasaran, dan sempat bertanya dari siapa kertas yang sedang ada ditanganku? Tapi malah kujawab hanya sekedar kertas dari orang iseng.

Kertas itu langsung kulipat lalu kumasukkan ke dalam saku celanaku. Dan mengalihkan pembicaraan dengan terpaksa berpura-pura mendengarkan omongan nya Dito yang kadang-kadang sedikit merayuku supaya mau dekat sama dia.

Mulai dari detik itu, pikiranku sudah tidak dapat berkonsentrasi penuh dengan apa yang di diskusikan oleh teman-teman kuliahku di dalam kafe tersebut. Entah bagaimana caranya, bagaikan terkena mantra sihir yang ajaib, dalam benak ku hanya membayangkan kepada satu orang aja, yaitu anaknya Tante Diana.

***

Hujan deras menyambut saat aku pulang dari cafe. Bang Roy, saudara sepupuku menelpon dan bilang bahwa dia ingin menjemputku. Saat itu dia memberitahuku bahwa ayah sedang ada urusan mendadak dari kantornya sehingga harus keluar kota selama beberapa hari. Ayah menyuruhnya untuk menemaniku di dalam rumah dinas nya supaya aku tidak tinggal sendirian disana. Ketika di perjalanan pulang, dari dalam mobil Bang Roy, Aku melamun sambil menatap awan mendung yang menggantung di langit, memikirkan anak nya Tante Diana yang katanya besok mau datang berkunjung ke rumahku.

***

Besok dia mau berkunjung? Apakah dia sedang bercanda?? Memang nya dia sudah tau alamat rumahku ada dimana??? Menginjakkan kaki di depan halaman nya saja belum pernah. Kalo pun berani datang kesini, paling dia ditemani oleh Tante Diana. Saat itu, aku sangat pesimis kalau dia bakalan mau berkunjung ke rumahku.
Emang dasar sifat para laki-laki. Suka menggoda dan merayu perempuan dengan kata-kata sok romantis dan juga puitis. Padahal sebenarnya aku tau, dia hanya sekedar sedang membual/berbohong saja.
Menyebalkan.
Atau kalau itu menurutnya adalah cara memperkenalkan dirinya kepadaku. Sesungguhnya dia harus segera tau, bahwa aku sendiri orangnya amat sangat selektif dalam memilih teman untuk bisa akrab dan dekat denganku, terutama laki-laki. Tidak boleh sembarangan.

***

Esok hari pun tiba, waktu itu aku sedang asik mengobrol dan bercanda dengan Bang Roy sambil duduk diatas sofa di ruang tamu. Biasa, sedang tidak ada jam kuliah. Tidak lama kemudian, aku mendengar suara bel rumahku berbunyi karena ditekan oleh seseorang diluar. Bang Roy segera bangkit dari atas sofa untuk membuka kan pintu dan menemui seseorang tersebut.
Saat itu aku masih tinggal berdua saja dirumah dengan Bang Roy. Ayah masih belum pulang dari luar kota. Mungkin dia disana masih bisa sampai beberapa hari ke depan. Sedang sibuk dengan proyek pekerjaannya.
Bang Roy kembali ke ruang tamu setelah selesai menemui seseorang yang masih ada di depan teras rumah.
"Ada cowok tuh di depan." Kata Bang Roy.
"Katanya, mau ketemu sama Lisa" Lanjutnya.
Bang Roy lebih suka memanggil ku dengan menggunakan nama Lisa daripada Mona, entah mengapa. Tapi gak masalah, menurutku itu cocok juga sih.
Aku agak malas-malasan untuk bangkit dari sofa menemui seseorang tersebut. Paling juga yang datang itu si Dito, untuk mengajakku mencari materi sebagai bahan referensi tugas mata kuliah kewirausahaan kemarin di toko buku.
Sesampainya di depan teras, Aku sangat terkejut melihat seseorang yang datang kerumahku sore itu. Ternyata yang datang berkunjung adalah anaknya Tante Diana. Bersama dengan satu orang teman nya.

Aku pun sedikit senyum saat menyambut nya tapi dia malah nyengir sambil tertawa. Mendadak diriku merasa malu karena kemarin sudah sangat pesimis dan yakin bahwa dia tidak akan pernah bisa datang untuk berkunjung ke rumahku.
"Ada perlu apa?" Tanyaku.
"Permisi. Selamat sore, saya mau antar paket, ada kiriman bingkisan." Dia langsung berkata begitu seolah dia adalah seorang kurir pengantar barang, padahal sore itu dia masih memakai seragam SMA. Ku tebak, mungkin dia baru saja pulang dari sekolah nya.
"Paket apa ya?" Tanyaku lagi sambil menerima bingkisan itu dari nya
"Di buka dong, tapi nanti aja, jangan sekarang." Jawabnya.
"Oke, terima kasih banyak."
"Jangan dibanting bahasa Inggris nya apa ya Mat?" Dia bertanya pada teman nya. Teman nya menggeleng kan kepala nya tanda bahwa dia tidak tau.
"Please handle with care." Jawabku yang menjawab pertanyaannya.
Dia tertawa lagi tapi cuma sebentar, dia melakukan nya sambil memandang mataku yang juga sedang memandang aneh kepadanya.
"Aku langsung saja ya? mau antar paket buat yang lain, banyak sekali kiriman hari ini." Pamitnya mau pergi.
"Kok bisa tau alamat ku sih??" Tanya ku penasaran.
"Nanya sama pak RT tadi depan" Jawabnya.
"Aku juga sudah tau alamat kantor ayahmu, ini mau antar paket juga kesana." Sambungnya.
"Heh, ayahku sedang diluar kota." Kataku sambil tertawa melihat tingkah laku nya yang aneh.
"Ohh, kalau begitu bisa titip paketnya sama security yang sedang jaga di pos nya, iya kan?"
"Iya ..." Jawabku sambil senyum.
"Yasudah, aku pergi dulu ya, kalau telat nanti gak dibayar."
"Iya ..." Jawabku lagi.
"Hati hati gak nih?" Tanya nya sebelum pergi.
"Hehe, iya hati hati di jalan ya." Jawabku spontan.
"Hehehe. Oke deh." Pamitnya.

***

Aku pun kembali masuk ke dalam rumah dengan dipenuhi oleh rasa penasaran, sambil membawa bingkisan yang tadi dikirimnya khusus untuk ku. Lalu, mengapa sekarang jantungku menjadi berdebar-debar saat membayangkan peristiwa di depan teras rumah yang barusan terjadi?
Di dalam kamar, aku berusaha untuk mengontrol perasaanku saat itu supaya tidak merasa malu. Terutama karena memikirkan dia yang telah menepati janji nya untuk datang berkunjung kerumahku sesuai dengan isi kertas yang dia berikan kepadaku kemarin saat sedang berkumpul di cafe.
Kemudian, aku membuka kertas pembungkus bingkisan itu secara perlahan seakan-akan takut benda yang terdapat di dalamnya itu meledak.
Ternyata, kamu mau tau? isi dari dalam bingkisan itu adalah satu set alat makan yang terbuat dari keramik bertuliskan namaku "Monalisa" lengkap dengan mug nya juga!!!
Disana juga terdapat sebuah bingkai kecil berlapis kaca yang bertuliskan ...
"Assalamualaikum wr.wb. teruntuk nona manis. Aku hanya sekedar ingin mengingatkan. Jangan lupa untuk makan setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu dan juga Minggu. Supaya tidak merasa lapar, dan sehat selalu"
Setiap nama hari yang tercantum di dalam bingkai tersebut, ditulis lengkap dengan menu makanan 4 sehat dan 5 sempurna. Aku tertawa lebar saat membacanya. Karena terdapat makanan semur jengkol pada menu nya.
Di dalam nya juga tertulis nama juru masak terkenal "Chef Gordon Ramsay" yang akan memasak semua makanan yang ada di dalam menu tersebut, aku sendiri sampai terkejut saat melihatnya!
Di kertasnya terdapat ukiran dan hiasan yang dibuat sedemikan rupa supaya mirip dengan daftar menu yang terdapat di cafe atau restoran. Hanya tiga kalimat yang meluncur dari bibirku saat itu, "Ini keren, sedikit aneh, tapi aku suka!"
Setelah menerima bingkisan nya, tiba-tiba saja aku menjadi merasa lapar, aku ingin makan dan juga minum dengan menggunakan alat makan yang dia berikan tersebut kepadaku. Sementara bingkai menu 4 sehat 5 sempurna tadi langsung ku pajang di atas meja dapur rumahku.
Sambil makan di ruang dapur, aku menjadi seperti orang yang sedang terhipnotis, kadang melamun sendiri lalu menatap dengan tatapan kosong makanan yang tersaji di atas piring keramik hadiah dari bingkisan nya tadi.
Ketika aku baru menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutku, selalu saja terbayang oleh wajahnya. Berulang kali aku menyadarkan diriku untuk mengusir bayangan orang tersebut, karena aku merasa itu sangat tidak diperlukan. Jangan dipikirkan terus Monalisa, fokus lanjutkan ke makan saja!

***

Gara-gara hal itu. Aku sampai lupa untuk mengerjakan tugas mata kuliah kewirausahaan. Untungnya, ada contoh makalah yang diberikan oleh Dito kemarin. Jadi tugas itu bisa kukerjakan lagi nanti malam. Setelah selesai makan, sambil senyam-senyum alat makan itu kurapihkan dan kusimpan dengan hati-hati di dalam lemari rak makan di dapur. Jika saat itu ada safety box di rumahku mungkin aku akan menyimpan alat makan itu di dalam sana, supaya aman emoticon-Big Grin
Malam hari nya, saat di kamar kukerjakan tugas kuliahku sambil sesekali memikirkan diri nya, dan pikiran itu berusaha kusingkirkan dengan menyetel lagu bertemakan rock n roll di speaker komputer ku. Tetapi tetap saja, rasa penasaranku semakin tinggi, batinku bertanya-tanya. Sebenarnya apa maksud dan alasan dari orang itu melakukan semua ini untuk ku?
Setahuku, jika memang dia benar adalah anaknya Tante Diana dan akan menjadi calon adik tiriku nanti. Kenapa pas saat bertemu denganku tadi, dia tidak memperkenalkan langsung dirinya saja kepadaku? Dan juga dia tidak memberi tau nama nya di saat pertama kali berjumpa dirumahnya? Padahal dia sudah tahu namaku terlebih dulu. Haruskah aku duluan yang bertanya siapa nama nya? Enak aja, gengsi banget dong! Aku gak bakalan mau.

***

Tepat hampir pukul sepuluh malam, handphone ku yang berada di atas kasur berdering. Aku merasa bahagia, ternyata itu telepon masuk dari Robby. Pacarku. Saat masih sekolah, dia satu kelas denganku, saat lulus dia ikut keluarga nya untuk pindah ke kota Yogyakarta dan melanjutkan kegiatan kuliahnya disana.
Robby adalah cowok yang maskulin, kalian perlu tau itu. Wajahnya lumayan rupawan. Fisiknya tinggi dan sangat hobby bermain bola basket. Saat masih sekolah dulu, dia menjadi rebutan adik-adik kelas yang kagum dengan dia. Dan itu membuat aku merasa bangga karena Robby hanya menjadi milik ku seorang.
Sejak dulu Robby sangat menyayangi ku, dan aku pun juga begitu. Walaupun saat ini terpisahkan oleh jarak yang jauh, tetapi sebisa mungkin kami berdua selalu memberikan kabar satu sama lain. Bertengkar sih sering, karena masalah kecil. Tapi selalu bisa diselesaikan dengan baik meskipun seringkali aku yang mengalah dan menuruti keinginan nya.
Hampir setiap malam, Robby selalu menelpon ku hanya untuk sekedar mengucapkan selamat tidur dari sana. Dan melepaskan rindu dengan bertatap muka via video call seperti pasangan yang sedang berpacaran pada umumnya ...
Diubah oleh severranyth 28-02-2020 16:31
berodin
sunflower.id
sormin180
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.