NinaahmadAvatar border
TS
Ninaahmad
Menjadi Pelaku Perundungan, Murnikah Sepenuhnya Salah Orang Tua?
Efek Perundungan, Jari Tangan Harus Diamputasi


Sumber : klik


Assalamu'alaikum gansis, jumpa lagi dengan ane ninaahmad. Salam literasi dan salam sehat. Setelah sebelumnya ane pernah mengulas tentang Permintaan Anak yang Acapkali tidak Disadari oleh Orang Tua, kali ini mengulas tentang bagaimana pentingnya peranan orang tua terhadap anak agar anak tidak menjadi pelaku maupun menjadi korban dari perundungan (Bully).


Kasus perundungan (Bully) seorang pelajar di Malang dan Purworejo menjadi viral diberbagai media, kondisi korban seperti terlihat pada video berikut:

Quote:


Kasus perundungan (Bully) di kalangan pelajar memang masih marak terjadi dengan berbagai macam alasan. Akhir-akhir ini dihebohkan dengan viralnya pemberitaan di berbagai media perundungan (Bully) yang terjadi dikota Malang. Seperti dilansir dari Buntut Kasus Perundungan di Malang, tentunya ini melibatkan kerugian diberbagai pihak. Perundungan tidak hanya terjadi di kalangan pelajar perkotaan namun merambah ke kalangan pelajar pedesaan. Meski tidak seviral pemberitaan perundungan di kalangan pelajar diperkotaan, namun tidak bisa dipungkiri perundungan dikalangan pelajar pedesaan juga acapkali terjadi. Jika menelisik lebih jauh, tentang bagaimana kasus perundungan yang marak terjadi, tentunya hal ini seharusnya sudah menjadi perhatian bagi pihak-pihak yang terkait agar kejadian tidak terulang lagi.


Menjadi pelaku ataupun korban dari perundungan tentunya akan membawa dampak negatif bagi anak itu sendiri. Pihak pelaku tidak menutup kemungkinan akan berakhir di balik jeruji besi, sementara pihak korban akan mengalami trauma. Pada kenyataannya untuk pemulihan trauma (Trauma healing) tentu bukanlah hal yang mudah dan bukan jangka waktu pendek. Jika kasus terjadi di lingkungan sekolah tentunya pihak sekolah akan menjadi bagian dari yang bertanggungjawab terhadap kasus tersebut. Seperti terlihat pada video berikut:


Quote:


Untuk menghindari agar anak tidak menjadi pelaku dari perundungan bukan persoalan sehari. Pembentukan karakter yang kuat pada anak sejatinya dibentuk sejak masih usia dini. Untuk menghakimi sepenuhnya salah orang tua, jika anak menjadi pelaku dari perundungan tentunya itu bukanlah hal yang bijak. Kali ini ane akan membagikan beberapa cara agar anak tidak menjadi pelaku dari kekerasan atau perundungan :


1. Ajarkan Anak Nilai-nilai Agama Sejak Dini


Sumber : klik


Anak adalah anugerah terbesar dari Tuhan Yang Maha Esa bagi para orang tua, maka langkah yang paling utama adalah bagaimana mengajarkan anak sejak usia dini agar senantiasa dekat dengan Tuhan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta. Jadilah contoh baik untuk memperkenalkan anak pada nilai-nilai Keagamaan sejak usia dini agar pondasi iman yang kuat sang anak terbentuk sejak usia dini.


2. Menumbuhkan Jiwa Kepekaan


Sumber : klik


Membangun atau menumbuhkan jiwa kepekaan sejak usia dini dapat dilakukan dengan cara seringkali anak diajak untuk mengunjungi yayasan sosial, yayasan kemanusiaan dan yayasan keagamaan agar kepedulian anak terhadap orang lain tumbuh sejak usia dini


3. Didik dengan Kasih Sayang dan Perhatian Seutuhnya


Sumber :klik


Pada dasarnya anak dilahirkan dengan hati nurani yang sangat bersih. Seiring dengan pertumbuhannya terkadang orang tua menemukan kenyataan yang berbanding terbalik dengan harapannya. Positif ataupun negatif tindakan yang diperlihatkan sang anak tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya pola asuh yang tidak tepat, retaknya hubungan kedua orang tua, lingkungan sekolah maupun luar sekolah, sumber bacaan yang ditemui sang anak. Figur lengkap kedua orang tua sangat dibutuhkan anak dalam proses pertumbuhannya. Maka binalah hubungan yang baik dengan pasangan. Jadikan anak sebagai prioritas, singkirkan keegoisan, didik anak dengan penuh kasih sayang agar anak memahami pentingnya berbagi kasih sayang dengan orang lain dan mampu menghargai orang lain serta menjadikan anak untuk tidak merendahkan siapapun.


4. Bangun Komunikasi


Sumber : klik


Figur lengkap Ayah dan Ibu adalah salah satu faktor penentu tumbuh kembang anak. Namun bukan berarti dalam proses pertumbuhan sang anak, orang tua lantas tidak membutuhkan bantuan pihak lain. Kakek, Nenek, Tante, Paman, Guru, Teman, dan lingkungan yang positif tentu juga dibutuhkan untuk membentuk kepribadian anak. Tidak ada salahnya melibatkan Psikolog untuk mendampingi tumbuh kembang anak terutama saat memasuki usia remaja.


5. Jangan Menghukum dengan Hukuman Fisik


Sumber : klik


Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam tumbuh kembang anak, tidak selamanya sesuai dengan harapan orang tua. Terkadang kenyataan yang ditemui oleh orang tua berbanding terbalik dengan harapan. Anak terkadang melakukan hal diluar batas kewajaran baik yang dilakukan secara terencana ataupun tidak dengan kesengajaan. Saat seperti itulah dibutuhkan ketegasan orang tua dalam penerapan hukuman pada anak itu sendiri. Namun yang perlu diperhatikan adalah hindari untuk memberikan hukuman fisik. Hukuman fisik akan berdampak negatif bagi anak, memori buruk itu akan terus dikenang dan tidak menutup kemungkinan anak akan melakukan hal yang sama pada orang lain. Hukuman fisik juga akan meninggalkan trauma yang mendalam bagi anak, dan lambat laun anak akan terbisa dengan hukuman fisik menjadikan anak akan kebal terhadap hukuman apapun. Ketika melakukan kesalahan, beri pemahaman kepada anak penerapan hukuman sebagai bentuk konsekuensi dari kesalahan yang dilakukan. Hukuman dapat dilakukan seperti mengurangi jatah jam bermain diluar rumah, mengurangi uang jajan, menyita fasilitas anak seperti gadget, ataupun mainan lainnya dalam jangka waktu tertentu. Kemudian beri anak solusi atau pemahaman apa yang seharusnya dilakukan agar anak tidak melakukan kesalahan yang sama.


6. Ajarkan Bentuk Rasa Tanggungjawab dan Jadilah Teladan Bagi Anak


Sumber : klik


Mengingat bahwa pola asuh sang anak usia kanak-kanak tentu sangatlah berbeda dengan parenting teenegers. Pada parenting teenegers membutuhkan kerja ekstra bagi orang tua itu sendiri. Pembentukan rasa tanggungjawab bentuk sejak dini sebelum memasuki usia remaja. Paling penting jangan perkenalkan anak pada gadget diusia mereka yang masih sangat dini. Jika sang anak sudah dianggap mampu bertanggungjwab tidak ada salahnya memberikan anak gadget, tetapi penggunaannya masih dalam pengawasan yang ketat orang tua. Bagi orang tua kurangi penggunaan gadget didepan anak, karena anak adalah tipe peniru ulung.


Quote:


Perlu dipahami bagi orang tua, anak adalah harapan terbesar bagi orang tua dimasa yang akan datang. Maka jadilah orang tua yang bijak dalam menyikapi permasalahan apapun.


Demikian gansis tread ane kali ini, semoga bermanfaat. Salam literasi, slam sehat dan sukses untuk agan dan sista2. See you next time.emoticon-Big Kissemoticon-Big Kissemoticon-Big Kissemoticon-Big Kiss


Sumber : Opini Pribadi
Referensi Gambar :
klik
klik
klik
klik
klik
klik
klik
Diubah oleh Ninaahmad 14-02-2020 12:09
Gimi96
makola
tien212700
tien212700 dan 43 lainnya memberi reputasi
40
5K
140
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kids & Parenting
Kids & ParentingKASKUS Official
4.1KThread4.9KAnggota
Tampilkan semua post
sp4rknvmmAvatar border
sp4rknvmm
#87
Topik utamanya Bullyingyang sebenernya aksi mendominasi satu kelompok ato seorang anak ke anak yang lain yang dirasa lebih lemah.

TS bener banget harus di mulai dari keluarga, lingkungan yang paling intim seorang anak karena sekolah sendiri ga mungkin pantau satu per satu karakter sama kelakuan anak muridnya. Cuma ada beberapa point yang ane kurang setuju.

1. Ajarkan agama sejak dini. Ini bisa fatal. dari pengalaman pribadi, sebenernya yang mau di sampaikan kepada anak itu adalah nilai - nilai kebaikannya kan?. Kita bisa ajarkan nilai - nilai kebaikan itu pake bahasa yang jauh lebih mudah di mengerti sama anak - anak dan pastinya kasih contoh yang baik kepada mereka, karena jauh lebih mudah untuk meniru di banding berpikir keras "mencerna" nasihat. Dibanding harus bawa - bawa agama yang ajaran nya cukup kompleks dan dibutuhkan kebijaksanaan lebih bagi pendengarnya. Jangan sampe yang mengajarkan pake cara yang salah, uda gitu anak nya salah tangkep. Kelar.

2. menumbuhkan jiwa kepekaan. Mungkin lebih tepat menanamkan kesadaran sama inisiatif sama anak soal etika, tata krama, sikap, dll.

3. Setuju banget

4. Setuju Banget.

5. Jangan memberikan hukuman fisik. Dari pengalaman pribadi juga, bentuk kekerasan verbal juga sama rusak nya dan menurut gue bahkan lebih merusak dari pada fisik. Mental nya di serang, mindset nya di serang, lama - lama jadi kacau. Ada teman gue lulusan luar negri, balik indonesia kuliah lagi, lulusan berkualitas tapi dia ga kerja sampe sekarang karena dia percaya klo dirinya bodoh, ga bisa apa apa, pemalas, kelainan mental. Cuma gara - gara sering di kata - katain sama orang tua nya waktu dia masih remaja. Sama sekali ga di pukul, ga di jorokin ato di kurung. Cuma di kata - katain, dan dia pernah cerita sama gue klo hidup uda ga ada artinya lagi. Dahsyat nya kata - kata.

semua balik lagi ke orang tua, gimana caranya mendidik anak. Ngga ada alasan ngga ada waktu untuk anak, terlalu cape untuk anak dll. Se sibuk - sibuknya orang tua harus ada waktu untuk anak, se cape - cape nya orang tua harus ada waktu untuk anak, itu investasi terbesar dalam hidup kalian. Kita rugi project kerugian dalam bentuk materi, kita rugi tender kerugian bentuk materi. Klo kalian gagal didik anak, dari kecil uda suka bully orang, bisa bayangin uda gede jadi apa?.

Rusaknya anak, cerminan kegagalan orang tua..

Just share..
umkachick
ummusaliha
srusuut
srusuut dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.