Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1636
Proses Pencarian
Pemandangan yang gue liat benar-benar membuat gue takjub. Dulu gue lebih berkonsentrasi terhadap perubahan gaya hidup Alya. Sekarang nggak cuma gaya hidup, tapi gaya berpakaiannya. Stylenya sangat fresh dan mengagumkan. Bohong kalau nggak bikin cowok suka.

Gue awalnya melihatnya dengan takjub, tapi kemudian gue berpikir, sejak kapan gue menyukai cewek yang penuh dengan polesan? Dari dulu gue selalu menyenangi cewek yang tampil natural dan apa adanya. Polesan make up yang sederhana adalah hal yang selalu gue sukai. Dari mulai Ara sampai sekarang Emi, nggak pernah gue protes ketika mereka selalu tampil apa adanya.

Alya ini benar-benar sudah berbeda. Sepertinya sih dia makin dewasa, minimal dewasa dalam berdandan. Tapi kalau pemikiran, gue belum tau juga. Tingginya sekitar 162 cm. Bagian depan jaman dulunya nggak gede-gede amat, sekarang kok malah nongolnya banyak. haha. Kulitnya juga semakin putih padahal dulu agak coklat. Dia sekarang kerudungan juga. Pokoknya gadis culun ini sekarang sudah banyak berubah.

“Pesen makan aja dulu Al. Santai aja ya.” kata gue.

“Iya siap kang. Gue pesen dulu.” Kata Alya.

“Lo kesini sama siapa?”

“Sendirian kang naik ojek online.”

“Haha. Mantap kalau gitu. Gue pikir nunggu ada yang nganter.”

“Yee. Apaan sih kang. Kan gue sekarang high quality jomblo tau kang.”

“Yakin lo high quality? Hahaha.”

“Yakinlah.”

“Kalau high quality harusnya lo bisa jadi pacar gue Al.”

Why not? Hahahaha.”

Waduh, becandaan gue ditanggapi dengan serius sama Alya. Wah ini bisa bahaya kedepannya.

“Haha becanda doang gue Al. Gue udah punya cewek kali Al.”

“Hahaha. Ya kan nggak masalah juga kang.”

“Buset Al, seriusan lo mikir begitu? hahaha.”

“Yah, selama janur kuning belum melengkung, kan semua masih bisa diusahakan?”

“Waduh jangan nikung lo Al bahaya. Hahaha.”

“Ya nggak nikung kang. Lo selesaiin dulu urusan lo sama cewek lo, terus baru deh gue masuk kalau emang lo udah kelar.”

“Pingin banget gue putus Al? hahahaha.”

“Hahaha nggak tau lah Kang.”

Obrolan sedikit terpotong karena Alya mulai memesan makanan. Gue sejenak memandangi dia. ternyata ini anak manis juga kalau diliat-liat. Gue nggak pernah melihat seperti ini dulu. Anak ini dulu cupu soalnya. Haha. Kalau pakai seragam SMA kegedean gitu atasannya. Mana pakai kacamata lagi. Tapi sekarang dia pakai softlens yang kemungkinan harganya juga cukup mahal.

Pemikiran gue saat itu adalah dia sudah berani menanggapi santai soal urusan berhubungan dengan gue. Hubungan yang lebih serius tentunya. Dulu Alya nggak seperti ini. Tapi sekarang dia santai aja mengucap seperti itu. Inilah yang gue bilang dia sudah banyak perubahan sejak masuk kekampus tempat almamater Irawan bosnya Emi.

Gue nggak mengerti juga kenapa dia segitu santainya menanggapi sebuah candaan. Tapi ya mungkin dia berpikir becanda, jadinya ditanggapi becanda juga makanya lancar aja seperti itu.

“Terus jadinya gimana Al, sama mantan lo itu?” tanya gue sambil menyuap waffle.

“Ya gitu deh kang. Gue juga bingung kurang apa gue. gue selalu mencoba untuk do the best buat dia, bahkan semuanya gue kasih demi nyenengin dia, tapi dia selalu aja kasar ke gue. ini aja masih ada bekasnya kang.” Katanya sambil menunjuk pergelangan tangannya yang membiru.

“Wah gokil juga nih. Cuma disini aja?” tanya gue lagi.

“Nggak cuma disini kang. Nanti aja kalau kita ketemu private, gue tunjukin.” Jawabnya singkat.

“Maksudnya ketemu private?”

“Ya kali aja lo mau mampir kekostan gue kang. Dulu aja lo deket sama Nurul kan sering jalan juga. Gue juga mau dong. Hehehe.”

“Dih, kok lo mikirnya gokil Al? hahaha.” Perasaan gue udah mulai nggak enak disini.

“Nggak apa-apa kok kang. Ya kan santai aja. namanya juga anak muda.”

Anak muda dia kata. Ini sih namanya mau godain gue. Gue nggak bisa nih terlalu dekat dengan Alya kalau kayak gini ceritanya. Gue kembali lagi mempertanyakan, kenapa cewek-cewek ini bisa langsung tune-in ke gue ya? Hampir semuanya seperti ini. Zalina, Sofi dan Emi yang nggak. Gue butuh banyak perjuangan dulu soalnya.

Obrolan gue dan Alya mengalir seperti gue dan Alya adalah seorang sahabat yang lama banget nggak ketemu. Semakin banyak bahasan kami, semakin gue merasa Alya sepertinya ada feeling tertentu ke gue. Gue nggak mau kegeeran, tapi berdasarkan pengalaman gue, gelagat seperti ini sangat mudah untuk dikenali oleh gue.

“Terus lo kedepannya mau kayak gimana Al?”

“Gue mau konsentrasi kerja aja dulu kang.”

“Oh gitu. Kalau pacaran nanti dulu nih berarti?”

“Haha. Iya kali. Tapi ya kalau ada peluang sih boleh aja.” kata Alya sambil melirik gue.

Pancingan gue berhasil. Identifikasi seperti ini yang bisa gue lakukan untuk membaca pergerakan cewek ketika ingin menarik lawan jenis. Ini sih cara gue, mungkin banyak cowok lain diluar sana yang mampu mengidentifikasi gelagat cewek dengan cara mudah lainnya. Tapi sejauh pengalaman gue, cara ini selalu akurat.

Sekitar dua jam gue ngobrol sama Alya yang sebenarnya cukup mengasyikkan, gue harus mengakhirinya karena gue mau pulang. Gue mau ketemu Emi untuk membahas keberangkatan gue dengannya untuk bertemu dengan Arko sehabis dia manggung disebuah acara universitas di Selatan Ibukota.

“Ini nomor kamar kostan gue kang. Kayaknya asyik kang kalau lo bisa mampir kekostan.” Katanya singkat dan mantap.

“Oh iya. Oke Al. nanti kapan-kapan gue main deh kekostan lo ya.” ujar gue.

“Iya kang, kalau gue lagi kesepian atau suntuk main lah. Kan kantor lo deket sama kostan gue.”

“Iya gampang Al. hehehe.”

“Yaudah yuk kita pulang.”

Gue dan Alya berpisah didepan mall. Ojek online Alya sudah datang. Sementara gue masih menunggu. Alya melambaikan tangan dan tersenyum penuh arti ke gue. Ini dia nih yang bikin beberapa orang susah menahan godaan. Tapi ternyata yang mencoba godain gue nggak cuma Alya tapi ada juga Dee.

Dee terus menerus melakukan agresifitas yang dia mampu lakukan. Gue pun sudah semakin capek dengan sikapnya ini. Pada akhirnya gue sekalian aja nantangin dia kalau mau buka ke Emi soal hubungan dia dengan gue dan gue juga akan bilang ke Emi soal perjanjian dengan Dee.

Dee akhirnya memilih untuk mengalah saja. Jeleknya adalah, harusnya keberanian ini sudah gue lakukan dari dulu. Tapi gue masih bimbang. Bukan karena gue masih ada rasa dengan Dee, tapi gue nggak mau selalu menambah beban pikiran Emi yang selalu aja mengutamakan perasaan orang lain daripada perasaanya sendiri.

--

Gue dan Emi sudah berada di sekitaran panggung. Sebelumnya kami menonton bandnya Arko manggung. Bawain lagu band lawas dijaman sekarang itu sama dengan bunuh diri ternyata. Terbukti dengan sulitnya latihan mereka membawakan lagu tersebut (band gue yang dulu juga pernah bawain ini lagu dan susah memang nguliknya), apresiasi tetap nggak ada. Inilah pasar yang ada dikomunitas saat ini. Lebih banyak yang tertarik membawakan soundtrack anime daripada band-band lawas.

Penghargaan terhadap band yang manggung pun benar-benar minim sekali. sama ketika dulu gue sempat ikutan lomba karaoke, karena gue membawakan lagu yang populer diawal 2000-an, maka apresiasi pun tidak mengalir lancar. Banyak yang nggak tau lagu tersebut soalnya. Senasib dengan bandnya Arko yang sekarang ini.

Gimana mereka mau dapat panggungan banyak kalau suguhan materi mereka adalah band yang pada dasarnya lagunya susah untuk dinikmati, kemudian band ini sudah nggak eksis lagi ditahun 2000-an. Bahkan sebelum gue masuk ke komunitas, band ini sudah bubar di Jepang-nya sana.

“Salah strategi ya Mi mereka.” Kata gue.

“Iya, salah banget ini.” Sahut Emi.

“Kita nggak bisa nih Mi kayak gini. Bisa-bisa layu sebelum berkembang ini nanti.”

“Gue sih berpikir untuk kita bawain lagu yang kekinian. Sekarang yang lagi In itu kan One Ok Rock. Kita nanti buka perkenalan kita dengan bawain beberapa lagu mereka. Tapi aku nggak mau kita jadi band cover mereka. Udah banyak soalnya dikomunitas sekarang.”

“Tau darimana kamu sekarang banyak yang bawain OOR?”

“Yah, kamu kayak nggak tau aja skill detektif partikelir aku. Pengamatan dan kemudian jadi analisa terus bisa bikin kesimpulan kan itu jagonya aku. Hehehe.”

“Sombong bener lo kate. Hahaha.”

“Lah kok jadi ngatain gue kate?”

“Kan lo pendek Mi. hahahaha.”

“Dih bangs*t banget lo kang Roti. Hahaha.” Emi berkata sambil mencubit perut gue.

Sakit banget loh cubitan orang yang ukuran tubuhnya lebih pendek dari kita ternyata. Hahaha. Jika becandaan ini sekarang masih bisa diberlakukan, bisa-bisa gue kena pasal body shaming dan bisa dihakimi massa netijen kalau seandainya viral. Hahaha.

“Kemana temen lo? Udah turun panggung kan tadi.” tanya Emi sambil celingak-celinguk.

“Iya nih. Kemana dah si Arko?” kata gue, sambil mengedarkan pandangan.

“WOY JA!!!”

Gue mendengar suara dari kejauhan dan sangat familiar. Itu adalah suara Arko. sementara Emi masih mencari sosok Arko yang menurut bayangan dia masih seperti yang ada di video-video manggung gue dulu. Haha. Salah anda.

“Jangan kaget lo liat si Arko. Udah makmur hidupnya jadi guru di sekolah swasta yang isinya anak tajir mampus semua! Kenalin, Ko. Ini cewek gue yang dulu pernah gue ceritain.” Kata gue sambil memeluk Arko.

“Akhirnya bisa dikejar juga yak lo, Ja. Bagus deh. Akhirnya punya cewek yang bisa diajak ngobrol, nggak cuman digandeng dan dipamerin doangan gara-gara cakep.” Kata Arko, kemudian memperkenalkan diri ke Emi, dan menyuruh Emi salim.

Ya salim. Entah gimana ini urusannya, tapi gestur si Arko adalah menyuruh salim. Gue hanya senyum sedikit disela kebingungan Emi. Apa karena kebawa profesi ya? tapi sepertinya Arko dulu nggak begini ke mantan gue siapapun itu, baru Emi yang diginiin. Haha. Mungkin juga karena Emi mukanya bocah kali ya, jadi berasa muridnya.

“Emilya.” Emi memperkenalkan diri.

“Ya ya ya, gue udah tau kok siapa nama lo. Ija udah cerita banyak tentang lo dulu. Nggak nyangka aja ternyata Ija kayak vvibu, demenannya anak kecil. Hahaha.” Arko tergelak dengan kalimatnya sendiri.

“Yeee, enak aje gue demenannya anak kecil. Gini-gini dia udah bisa menghasilkan anak loh, kalau dibutuhkan!” sergah gue.

“BANGS*T! Lawakan gue tuh!” kata Emi sambil menoyor kepala gue.

“Wah, gue mendengar kata-kata indah dari mulut anak kecil seperti Anda! Kayaknya kita akan bersahabat akrab.” Kata Arko lagi, kali ini sambil merangkul sedikit bahu Emi.

“Cari tempat duduk yuk? Biar kita cerita-cerita project kita.” Kata gue.

Obrolan kami bertiga sangat menyenangkan. Dari mulai obrolan utamanya mengenai rencana pembentukan band yang ternyata sudah disiapkan pula namanya oleh Arko, lalu obrolan masa kejayaan band kami yang dulu dikomunitas dan bagaimana band gue juga turut andil membesarkan komunitas ini sampai saat ini. Dan berujung kepada obrolan urusan ranjang. Ini malah jadi bahasan yang panjang dan lebar selanjutnya. Hahaha.

Hari-hari selanjutnya adalah pembahasan mengenai siapa aja yang akan mengisi pos gitar dan bass. Setelah sebelumnya gagal mengajak Drian, gue dan Arko sempat bingung siapa lagi yang mau diajak. Gue, Emi dan Arko serta istrinya sempat kerumah Ito sekalian silaturahmi. Tapi ternyata Ito memilih untuk pensiun ngeband karena dia masih tinggal dirumah mertuanya dan karenanya dia nggak enak untuk banyak keluar meninggalkan keluarganya.

Apalagi saat itu Ito belum juga dikaruniai anak, sehingga dia sedang menjalani terapi bersama istrinya. Awalnya istrinya malah nggak tau kalau Ito adalah seorang anak band. Karena Ito bertemu istrinya saat kami semua udah istirahat dari dunia band-bandan.

Pada akhirnya gue sempat frustasi dengan Arko. Emi juga belum bisa memberikan masukan apa-apa selain dari berusaha untuk mencari orang dilingkaran dia dulu. Gue sempat mengajak Tyo tetangga gue untuk main bareng, tapi dia masih belum juga bisa membantu karena band metalnya masih aktif dan akan mengeluarkan single dalam waktu dekat.

Saat itu gue dan Emi sedang melihat video-video lama band gue. Gue sangat suntuk dengan keadaan ini. Apalagi saat itu kerjaan juga lagi agak jarang. Sudah ribet ngurusin band yang nggak kunjung lengkap personilnya, keuangan gue juga semakin menipis.

Apalagi intrik dikantor gue yang berbisnis penghubung penjual dan pembeli kapal juga semakin besar karena orang-orang Gen Y yang tetap keukeuh mau menjalankan bisnis dengan model bisnis yang sudah usang dan ketinggalan jaman. Gue sudah membuktikan dengan data bahwa banyak perusahaan baru yang siap menggunakan ide perusahaan gue, tapi dengan polesan teknologi yang lebih memudahkan pengguna atau calon konsumen. Tapi namanya orang termuda dikantor ya nasibnya selalu aja sama. nggak terlalu didengarkan.

“Ini siapa, Zy?” tanya Emi tiba-tiba.

“Yang mana?” gue merubah posisi gue menjadi duduk.

“Yang jadi bassist di sini, kok bukan Bang Tyo?”

“Oh itu Vino, anak jurusan kita juga. Setaun di atas gue.”

“Anak angkatan Bang Benu jadi anak band?”

“Weits, jangan salah. Banyak loh angkatan Kiting yang jadi anak band. Hahaha. Daripada angkatan gue culun-culun.”

“Kalau gitu, kenapa nggak dia aja kita ajakin?”

“Dia sibuk pasti. Dia peneliti soalnya.”

“Emang peneliti nggak boleh nge-band?”

“Dia udah nikah juga.”

“Emang udah nikah nggak boleh nge-band? Bang Arko gimana?”

“Iya juga sih.” Gue berpikir iya juga, dan kemudian mengambil HP, “Gue coba hubungin dulu deh kalau begitu.”

Nggak lama gue chat si Vino, ternyata dia mau. Tapi gue menawarkan dia posisi asli dia sebagai gitaris, bukan sebagai bassist sebagaimana dulu dia sempat membantu band gue di beberapa kesempatan. Gue juga izin ke Azi, istri dia yang juga teman sekelas gue waktu kuliah dulu untuk mengajak suaminya biar lebih sibuk. Azi nggak mempermasalahkan dan malah mendukung penuh. Dia dulu suka dengan Vino ini ternyata karena pernah melihat Vino manggung. Haha.

Tugas gue, Arko dan Emi sekarang adalah mencari bassist. Susah-susah gampang, mengingat lagu yang akan kami bawakan cukup rumit, jadi memang butuh orang-orang yang suka dengan lagu keras (rock / metal), berbahasa jepang, dan skill tinggi.

Sementara stok anak-anak jepangan yang ngeband itu banyak sebenarnya, hanya saja yang sesuai dengan standar yang gue dan Arko mau belum juga nemu. Emi juga menetapkan standar tinggi setelah mempelajari sedkit demi sedikit tentang seluk beluk teknis dari bermusik itu sendiri.

Diubah oleh yanagi92055 17-02-2020 15:56
namikazeminati
khodzimzz
itkgid
itkgid dan 22 lainnya memberi reputasi
23
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.