- Beranda
- Stories from the Heart
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]
...
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA
Halo! 
Selamat berjumpa kembali dengan gue dalam rangka melanjutkan JILID IV kemarin yang gue akhiri di tengah alias Mid-season Finale. Udah berasa kayak cerita series bule The Walking Dead, Nancy Drew, etcyak? Hahaha. Karena berbagai pertimbangan, gue memutuskan untuk menyelesaikan di sana. Hapunten ya agan sista! Semoga agan sista bisa memahaminya...
Ga pernah gue lupa untuk selalu ngucapin terima kasih atas dukungan dan apresiasi agan sista selama ini! Makin hari, makin bikin semangat gue aja untuk terus melanjutkan cerita gue ini yang (kayaknya) masih panjang. Hehehe.
Masih melanjutkan tema cerita di JILID IV gue sebelumnya, insya Alloh di JILID IV 2.0 ini gue akan menjawab bagaimana kondisi ibu gue, bagaimana hubungan gue dengan Bang Firzy, bagaimana pendidikan gue, bagaimana pekerjaan gue, dan banyak puzzle-puzzle lainnya yang belum terjawab. Dengan semangat 'tak boleh ada kentang di antara kita' yang tak hentinya diucapkan oleh agan sista, insya Alloh juga gue akan melanjutkan sampai selesai (semoga tanpa hambatan) di thread gue yang ini.
Kembali lagi gue ingatkan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue dan (kayaknya masih akan) beberapa kali nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita lanjutan gue kali ini. Gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!
Dengan segala kerendahan hati gue yang belajar dari thread sebelumnya, kali ini gue memohon agan sista untuk membaca juga peraturan mengenai thread ini yang kayaknya banyak di-skip (karena dinilai ga penting), terutama mengenai kepentingan privasi dan spoiler. Semoga dengan kerja sama semuanya, membuat thread ini semakin bikin nyaman dan betah untuk jadi tempat nongkrong agan sista semuanya

Selamat berjumpa kembali dengan gue dalam rangka melanjutkan JILID IV kemarin yang gue akhiri di tengah alias Mid-season Finale. Udah berasa kayak cerita series bule The Walking Dead, Nancy Drew, etcyak? Hahaha. Karena berbagai pertimbangan, gue memutuskan untuk menyelesaikan di sana. Hapunten ya agan sista! Semoga agan sista bisa memahaminya...
Ga pernah gue lupa untuk selalu ngucapin terima kasih atas dukungan dan apresiasi agan sista selama ini! Makin hari, makin bikin semangat gue aja untuk terus melanjutkan cerita gue ini yang (kayaknya) masih panjang. Hehehe.
Masih melanjutkan tema cerita di JILID IV gue sebelumnya, insya Alloh di JILID IV 2.0 ini gue akan menjawab bagaimana kondisi ibu gue, bagaimana hubungan gue dengan Bang Firzy, bagaimana pendidikan gue, bagaimana pekerjaan gue, dan banyak puzzle-puzzle lainnya yang belum terjawab. Dengan semangat 'tak boleh ada kentang di antara kita' yang tak hentinya diucapkan oleh agan sista, insya Alloh juga gue akan melanjutkan sampai selesai (semoga tanpa hambatan) di thread gue yang ini.
Kembali lagi gue ingatkan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue dan (kayaknya masih akan) beberapa kali nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita lanjutan gue kali ini. Gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai!

Dengan segala kerendahan hati gue yang belajar dari thread sebelumnya, kali ini gue memohon agan sista untuk membaca juga peraturan mengenai thread ini yang kayaknya banyak di-skip (karena dinilai ga penting), terutama mengenai kepentingan privasi dan spoiler. Semoga dengan kerja sama semuanya, membuat thread ini semakin bikin nyaman dan betah untuk jadi tempat nongkrong agan sista semuanya

![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/12/26/10712020_20191226010201.jpg)
Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (THE SERIES):
Spoiler for INDEX:
Spoiler for MULUSTRASI:
Spoiler for PERATURAN:
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 37 suara
Kepikiran untuk mulai post JILID I... Setuju kah?
Boleh juga Mi dicoba.
49%
Nanti aja, Mi.
51%
Diubah oleh dissymmon08 15-09-2020 12:11
padasw dan 90 lainnya memberi reputasi
85
170.7K
2.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dissymmon08
#439
KISAH TENTANG F: PEMUJA RAHASIA (PART 04)
Tangan gue ditarik sama seseorang. Gue pikir Bang Firzy. Tapi ternyata bukan… “Bang Cakra? Kenapa narik gue?”
“Eh Emi… Hehehe. Gue dari tadi ngikutin lu kesana kemari sendirian… Mau nyapa, tapi kayaknya lu lagi bete gitu. Makanya gue diemin…” kata Bang Cakra sambil ngajak gue duduk di pinggir, menjauh dari keramaian orang.
Bang Cakra ini adalah bassistsalah satu band lain yang manggung di hari itu juga. Genre band mereka kurang lebih hampir sama kayak band gue. Beda band yang di-cover aja sih. Bang Cakra pun main di acara panggungan yang sama dengan acara dimana Winda menemukan Bang Firzy. Kami emang banyak kenalan sama orang ketika di acara itu.
Tapi seinget gue, gue ga banyak interaksi sama Bang Cakra ini. Gue cuman jadi ngobrol sama dia dan band-nya setelah kami manggung karena Bang Firzy diajak untuk kolaborasi dengan band-nya Bang Cakra. Vokalis mereka duet bareng Bang Firzy. Sisanya, ya gue sama Bang Cakra cuman ngobrol biasa aja. Makanya gue kaget, kenapa Bang Cakra narik gue begitu tadi.
“Lu ga bareng Drian?”
“Hadeeeuuuuhhh! Kenapa dah orang-orang ini nanyain gue sama Bang Drian mulu? Gue itu sama Bang Firzy woy! Emang segitu ga keliatannya apa kami?” kata gue dalem hati. “Kenapa gue harus sama Bang Drian mulu sih, Bang?” tanya gue ke Bang Cakra.
“Ya soalnya lu kan deket sama Drian. Kemana-mana bareng terus…”
“Gue ga ada apa-apanya sama Bang Drian.” jawab gue perlahan.
“Alhamdulillah kalau begitu…”
“Kenapa gitu? Lu mau daftar jadi pacar gue, Bang?”
“Formulir-nya ada?” tanya Bang Cakra dengan ekspresi muka yang serius banget. Udah kayak orang mau daftar CPNS aje dia.
“Anj*ng!” Sontak gue mengeluarkan kata-kata itu. Bangs*t amat dia diajak bercanda malah diseriusin! Kan ngehe!
“Hahaha. Santai kali, Mi… Becanda.” jawab dia sambil nyenggol sikut gue dan senyum konyol.
Gue ikutan senyum dan ketawa canggung gitu. “BECANDA LU GA LUCU BANGS*T! HAHAHANYIIIINGG!” teriak gue dalem hati.
“Tapi kalau bisa jadi pacar tanpa harus daftar, baru gue malu!”
“APAAN BANGS*T???” Ini gue beneran shock! Ada yak cowok yang masih PDKT make cara begini? Ampppuuuunnn...
Tapi serius, gue ngucapin makasih banyak banget untuk Bang Cakra yang dengan senang hati menemani gue sampai event itu selesai. Walaupun banyak canggungnya karena dia gas pol terus untuk mendekati gue yang dia sangka jomblo tanpa kasih gue kesempatan gue untuk ngaku kalau gue pacarnya Bang Firzy.
“Gue udah ga available lagi lho, Bang!” kata gue di antara obrolan kami.
“Halah! Selama bendera kuning belum berkibar! Gue masih punya kesempatan buat ngejar kok!” kata Bang Cakra optimis banget udah kayak caleg kalau lagi kampanye!
“Janur kuning, Bang! Buset! Bendera kuning lu kata gue mau hamsyong???”
“Ya bener bendera kuning dong? Gue kan ngejar-ngejar orang, bukan kunti! Selama lu beloman mati, gue masih berhak buat ngejar lu! Udah ga jaman takut sama suami orang!”
“Bangs*t! Hahaha. Terus jamannya macarin suami orang ye, Bang?”
"Lu kata gue hombreng???" Dan dia sukses bikin gue ketawa dengan jawaban-jawaban nyeleneh dia. Walaupun malah bikin gue kangen sama Bang Firzy karena dia yang biasanya selalu bikin gue ketawa.
Pop upnotifikasi di handphone gue muncul. Ada chat Whatsapp dari Kak Dania siang itu di kantor. Tumben banget Kak Dania ga ada juntrungannya ngehubungin gue dan nanya kesibukan gue. Aneh banget malah! Gue ga pernah sedeket itu banget sama Kak Dania.
Gue nengok ke arah berkas tugas Bang Firzy yang ada di tas gue. Gue aja masih ngerjain tugas kuliah Bang Firzy yang saat itu masih belum selesai karena Bang Firzy ke luar kota hari ini. Eh sekarang gue harus bantuin skripsi adiknya? Kalau gue udah selesai bantuin keluarganya, bisa ga gue abis ini didaftarin untuk kuliah langsung S3? Buset.
Gue cek deadlinetugas kuliah Bang Firzy dulu… Gue ga mungkin kan ngerjain keduanya berbarengan. Bisa mati mendadak gue nanti. Gila kali gue ngerjain skripsi S1 ekonomi dan tugas kuliah S2 bisnis barengan??? Siapa gue?
“Oh tugasnya masih lusa… Masih bisa lah malem ini kalau gue kerjain kuesioner Kak Dania dulu.”
“Hah? Buat apa???”
“DIA KAMPUSNYA APAAN SIH??? KOK ENAK AMAT NYUSUN SKRIPSINYA BEGITU??? INI DOSENNYA YANG MALES MERIKSA, MAHASISWANYA YANG DABLEK, APA ADENYA FIRZY YANG MENDADAK SOMPLAK???” teriak gue dalem hati ketika baca balesan adiknya Bang Firzy itu.
Bang Firzy udah cerita sangat banyak tentang Kak Dania. Kak Dania ini cewek super duper cerdas sejak kecil, menurut Bang Firzy. Tapi semuanya berubah ketika Kak Dania menjelang remaja dan dewasa kayak sekarang. Dia punya gankcewek yang kerjaannya hedon dan main terus. Prestasi dia terus menurun. Kerjaannya dia jadi main handphone, nonton TV, jalan-jalan sama gank cewek-nya terus. Jarang belajar. Walaupun sekalinya belajar, pasti bisa langsung ngerti. Tapi nilainya jadi ga pernah maksimal.
Ya kayak sekarang ini.
Tema skripsinya sama, beda lokasi doang. Tapi dia bikin sama persis, dibedain dikit-dikit. Bikin seluruh isinya sama, sampe ke kuesionernya sama. Terus berharap cepet selesai skripsinya sama dan lulusnya sama. Pertanyaan gue adalah :
1. Gimana kualitas skripsi yang pertama jadi bahan contekan oleh mereka semua ini? Sampe dilulusin pulak itu skripsi!
2. Dosen yang mana yang lebih dablek, dosennya Kak Dania atau temennya? Mungkin dosen Kak Dania itu nemuin kesalahan, makanya disuruh ulang mulu? Mungkin dosen temennya yang males nyuruh ngulang, makanya dilulusin gitu aja?
3. Atau mungkin karena dosen Kak Dania tau kalau Kak Dania itu nyontek, makanya terus menerus disuruh ngulang?
Ya sebenernya logikanya Kak Dania bener sih, harusnya nasibnya sama. Kalau yang dicontek bisa lulus, kenapa yang nyontek ga bisa lulus? Tapi who knows ternyata temennya itu diedit tanpa pemberitahuan Kak Dania dan jadinya Kak Dania malah salah pada akhirnya kan? Dia terlalu percaya sama temennya itu.
Gue pun baca ulang seluruh isi skripsi dan kuesioner yang dikirim sama Kak Dania siang itu. Dan gue shock dengan apa yang ditemukan! Typos everywhere! Pendahuluan-nya ga nyambung sama isi lainnya. Dan gue bisa dong temuin isi Pendahuluan yang sama persis ADA DI INTERNET tanpa diedit sama sekali! Udah gitu Metode yang dia pilih ini BEDA SAMA KUESIONER YANG DIA BIKIN! HADOOOH!
“Pantesan dosennya nyuruh ulang!” Gue mijet jidad gue. “Ini mah namanya gue mesti ulang semuanya…”
Ting.
Handphone gue kembali bunyi. Ada beberapa chat masuk berbarengan. Super duper sibuk banget gue hari itu. Ediyaaaan! Kerjaan masih numpuk di depan gue dan urusan akademik keluarga ini beloman beres juga. Semoga aja ada penyemangat di-chat itu. Gue pun ngebuka handphone gue.
Rasanya gue mau bunuh diri banget baca semua chatyang masuk itu. Sumpah asli! Bisa gila gue ngurusin semuanya berbarengan begini. Gue mau banget nolak mereka semua dan fokus sama diri gue sendiri. Tapi gue kasian, mereka butuh bantuan. Gue mau nolak pun ga enak... Kalau posisinya dibalik sama mereka, gue pasti sangat berharap ada orang yang bantuin gue. Apalagi rata-rata mereka ngehubungin gue karena udah ga punya pilihan lain untuk minta bantuan. Kecuali Bang Cakra ya, dia mah ga punya pilihan lain UNTUK SAAT INI di deketin sama dia. Hahaha.
Ting.
Ada chat baru lagi masuk. Gue langsung buka chat itu, dari Ilsa, salah satu temen kantor gue yang mejanya bersebrangan dengan gue. Sebelum baca chat-nya, gue nengok ke arah Ilsa dulu. Bener aja, dia lagi ngeliatin gue.
“Kayaknya gue tau mana prioritas gue… Urusan lembur dan bonus dulu dah.”
Kantor gue ini lagi ga banget situasinya saat ini. Beberapa strategi marketingyang kami lakuin emang agak kurang berjalan lancar. Kantor kami malah banyak dapet komplen karena ngerasa kami belum siap dengan sistem kami yang ada. Ada payment yang terhambat, ada order yang salah, ada website kami yang kena server down, dan banyak hal lainnya. Akhirnya semua kejadian itu pun ngefek ke kami, karyawan yang ada.
Kami diminta pulang lebih malam, kami diminta untuk standby 24 jam untuk urus order-an, bahkan untuk weekend pun jadinya kami harus tetep ada yang masuk. TAPI DI SISI LAIN, lembur maupun bonus jadinya ga dibayarkan. Kami lelah dan kami butuh diapresiasi dengan kinerja kami ini. Minimal ya jangan paksa kami untuk ga punya kehidupan lain selain kerjaan kalau ternyata ga bisa dapet insentif.
Oke kalau urusan lembur dan bonus belum bisa dibayarkan, kami bisa ngerti. Sekarang karena keuangan kantor yang masih kacau, kami pun ga nuntut itu dulu untuk saat ini. Tapi kami tetep butuh istirahat. Kami cuman berempat. Kerja rodi banget ini namanya. Kecuali kalau ada tambahan team lagi. Kami kewalahan banget saat itu. Walaupun gue banyak kaburnya ya karena gue punya alesan lagi ngurus band di weekend atau malam hari saat harus latihan di weekdays, tapi gue paham gimana jenuhnya temen-temen gue di kantor.
Gue dan team ngebahas baiknya gimana ngomong ke Kak Irawan biar Kak Irawan sadar kalau kami butuh istirahat juga. Kak Irawan taunya cuman : setiap karyawan HARUS menghasilkan uang. Tidur pun harus tetep menghasilkan uang. Makanya standby 24 jam biar uangnya tetep bisa mengalir ketika kita tidur. Bahkan kemarin ketika salah satu team sakit atau lagi ngejaga keluarganya yang sakit, kami tetep diminta untuk standby. Gila kali.
Setelah banyak pertimbangan, keputusannya ya kami akan mengajukan resign kalau ga ada tambahan team dan tanpa istirahat begini. Kami semua udah sama-sama berusaha cari kerjaan lain ini, kecuali Ilsa yang masih berusaha ngejar beasiswa S2 dia ke luar negeri yang baru dibuka akhir tahun ini. Ya walaupun belum ada kepastian juga nanti ada panggilan kerja di tempat baru apa ga. Yang pasti kami udah memastikan kalau kami punya suara yang sama, biar jadi bahan pertimbangan Kak Irawan dan dia mau mengerti kami. Demi kesejahteraan perusahaan juga kan.
Kami ga selalu menuntut uang kok, kami hanya menuntut kesehatan jiwa dan raga kami. Hanya itu. Ya karena, kami udah ngerasa kayak keluarga di kantor ini. Jadi, kami ngertiin gimana kondisi keuangan kantor, untuk saat ini. Di sini kami ga melulu ngebahas urusan uang.
“Sa, lu beneran mau ikutan ngajuin resign emang?” tanya gue memastikan ke Ilsa. Ya HANYA KE ILSA. Kenapa? Karena Ilsa sama sekali belum cari kerjaan lain. Dia mau gitu nganggur sambil nunggu pembukaan beasiswa S2 dia? Dia orangnya ambisius banget soalnya, gue curiga dia malah jadi pembelot di belakang nanti. Gue emang punya hubungan agak kurang baik sejak gue mengenal Ilsa. Dia lebih banyak memikirkan dirinya sendiri.
Tapi kalau gue bilang pemikiran gue yang begitu ke team, mereka pasti ngebelain Ilsa dan malah balik ngejauhin gue. Kenapa? Karena prestasi gue di bidang Customer Support kalah dengan Ilsa! Ilsa ini nomor 1 di kantor kami alias menghasilkan banyak uang! Sedangkan gue? Gue terendah, bahkan gue aja dipindah jadi Admin karena gue ga bisa menghasilkan banyak uang kayak Ilsa. Gue pasti dikira iri sama Ilsa kalau gue ga suka sama dia.
Gue cuman perhatiin aja gerak gerik Ilsa.
“Hmm.” Dia cuman jawab begitu di team meeting ini. Dia jalan ke arah gue. “Liat aja nanti, mudah-mudahan…” bisik dia perlahan ke gue.
Gue kaget dengan bisikan dia itu. Gue punya bad feeling.
“Tumben amat, udah hampir jam 6 begini masih lengkap pada di kantor? Biasanya udah ngeluh dan marah-marah ke gue… Palingan yang bertahan cuman Ilsa.” sapa Kak Irawan ketika baru sampe di kantor.
“Kami nungguin Kakak…” kata Ilsa.
“Nungguin gue? Kenapa? Ada yang ulang tahun?” Kak Irawan duduk di sofa kantor kami. Kami pun jalan semuanya ke arah Kak Irawan dan duduk di hadapan dia.
“Kak Irawan… Ada yang mau kita sampein ke kakak.” Gue memulai omongan kami.
Satu per satu dari kami menjelaskan tentang concernkami mengenai penambahan team dan waktu istirahat untuk kami. Kami juga menjelaskan gimana kami masih bisa mengerti dan ga berharap banyak untuk urusan uang, biar Kak Irawan ga prasangka buruk kalau kami cuman menuntut uang doang. Kak Irawan keliatan kurang suka dengan permintaan kami itu. Apalagi dengan ancaman kami akan resign kalau masih begini terus. Dia keliatannya murka banget deh.
Tapi dia langsung menghubungi Kak Bara via Skype untuk membantu mencari solusi untuk kami. Kak Bara belum bisa gabung sama kami di kantor. Kami ga merugikan perusahaan sih, harusnya. Emang sih nambah pengeluaran untuk karyawan baru dan pengurangan income karena kami minta untuk ga standby 24 jam. Tapi siapa yang mau kerja begitu terus sepanjang hari kan? Apalagi tanpa menuntut uang? Coba gih cari lagi karyawan mau sepasrah itu ke perusahaan jaman sekarang?
Kak Irawan minta beberapa saat untuk ngobrol dengan Kak Bara di ruangan. Mereka pengen ngebahas private mengenai urusan ini. Butuh banyak pertimbangan soalnya. Ga bisa secepat itu bikin keputusan. Mereka pun meminta kami untuk menunggu mereka membahas urusan ini. Gue dan team berharap pemikiran mereka mau terbuka. Soalnya, kalau mereka menolak ide kami dan tetep dengan cara mereka, besok gue jadi pengangguran lagi. Wong gue ngancem mau resign tadi.
“Pokoknya kita satu suara ya!” kata Hari mengingatkan.
“Kalian ga boleh ada yang beda jawabannya kalau Irawan tanya ulang. Ga boleh!” Kak Nat pun ingetin lagi walaupun dia ga ikutan protes kayak kami, wong dia IT.
“Lu juga ya, Sa… Jangan mikir macem-macem lagi.” kata Dalima ke Ilsa yang keliatan gelisah gitu sejak kami mulai ngebahas urusan resign. Gue khawatir banget sumpah sama Ilsa ini.
“Halo…” Kak Irawan keluar ruangan dan nyamperin kami sambil nenteng laptop dia. “Gue dan Bara udah bahas nih keputusannya… Tapi gue mau nanya ke kalian SEKALI LAGI untuk memastikan. Dan jawaban jujur dari kalian ini sangat gue butuhkan untuk final keputusan. Kalian beneran mau resign kalau permintaan kalian ga kami kabulin? Jawab satu-satu ya… Bara dengerin kok di Skype.”
“Absolutely.” jawab Hari mantap.
“Iya, Kak… Maaf, aku lelah.” jawab Dalima perlahan.
“Kami ga minta uang, Kak… Untuk saat ini. Kami ngerti kok gimana keuangan perusahaan. Kami hanya minta team tambahan dan waktu istirahat. Sesimpel itu kok, Kak. Walaupun kami ngerti banget itu malah nambah cost perusahaan, tapi kami pun butuh istirahat. Kesehatan jiwa kami penting juga, Kak. Toh kami kerja 24jam dan close banyak order pun ga banyak dapetin bonus bukan? Aku masih belum merubah pikiran aku…” jawab gue.
“Ilsa? Kok diem aja?” tanya Kak Irawan ke Ilsa.
“Maaf, Kak… Aku…” Oke gue mulai khawatir. “Aku… Aku ga sependapat sama mereka. Aku ngerasa itu udah tugas kami sebagai bentuk totalitas ke perusahaan untuk standby 24jam. Toh kami juga butuh kerjaan ini kan? Kenapa kami harus malah ngancem perusahaan? Masih syukur kami dapet kerjaan.”
“WHAT??? SI ANJ*NG KENAPA JAWAB BEGITU???” teriak gue dalem hati.
“Oke. Ilsa, lu gue naekin jadi Supervisor. Mulai besok, lu bantu gue nge-hired karyawan baru 2 orang lagi. Dan bantu atur urusan jam kerja plus lemburan mereka. Besok juga kita meeting tentang uang lembur maupun bonus. Yang lain, gue ucapin makasih untuk jawaban jujurnya. Gue apresiasi keberanian dan komitmen kalian di kantor kita ini. Gue pamit dulu.” Kak Irawan menutup meeting kami itu dan dia pergi ninggalin kantor.
Gue dan team yang lain cuman terdiam dengan apa yang barusan aja terjadi. Si Ilsa bangs*t ini nusuk kita dari belakang! DIA PENGKHIANAT ANJ*NG!!! DIA BEDA SENDIRI JAWABANNYA DAN JADINYA DIA NAEK JADI SUPERVISOR? BANGS*T ANJ*NG!!!
BRAKKK!!!
Gue nendang bangku yang barusan gue pake. Kami ga ada yang ngomong lagi. Kami ambil barang-barang kami dan keluar dari kantor. Ilsa masih duduk di bangku yang dia pake, nunduk plus diem aja. Ga berekspresi dan ga ngomong apa-apa.
“BANGS*T!!!” teriak gue di depan kantor.
Ting.
Handphone gue bunyi. Idup gue berasa kacau aja akhir-akhir ini sumpah! Sampah! Apa lagi nih yang mau bikin gue makin yakin pengen gorok leher orang sekarang???
“T*I ANJ*NG!”
“Eh Emi… Hehehe. Gue dari tadi ngikutin lu kesana kemari sendirian… Mau nyapa, tapi kayaknya lu lagi bete gitu. Makanya gue diemin…” kata Bang Cakra sambil ngajak gue duduk di pinggir, menjauh dari keramaian orang.
Bang Cakra ini adalah bassistsalah satu band lain yang manggung di hari itu juga. Genre band mereka kurang lebih hampir sama kayak band gue. Beda band yang di-cover aja sih. Bang Cakra pun main di acara panggungan yang sama dengan acara dimana Winda menemukan Bang Firzy. Kami emang banyak kenalan sama orang ketika di acara itu.
Tapi seinget gue, gue ga banyak interaksi sama Bang Cakra ini. Gue cuman jadi ngobrol sama dia dan band-nya setelah kami manggung karena Bang Firzy diajak untuk kolaborasi dengan band-nya Bang Cakra. Vokalis mereka duet bareng Bang Firzy. Sisanya, ya gue sama Bang Cakra cuman ngobrol biasa aja. Makanya gue kaget, kenapa Bang Cakra narik gue begitu tadi.
“Lu ga bareng Drian?”
“Hadeeeuuuuhhh! Kenapa dah orang-orang ini nanyain gue sama Bang Drian mulu? Gue itu sama Bang Firzy woy! Emang segitu ga keliatannya apa kami?” kata gue dalem hati. “Kenapa gue harus sama Bang Drian mulu sih, Bang?” tanya gue ke Bang Cakra.
“Ya soalnya lu kan deket sama Drian. Kemana-mana bareng terus…”
“Gue ga ada apa-apanya sama Bang Drian.” jawab gue perlahan.
“Alhamdulillah kalau begitu…”
“Kenapa gitu? Lu mau daftar jadi pacar gue, Bang?”
“Formulir-nya ada?” tanya Bang Cakra dengan ekspresi muka yang serius banget. Udah kayak orang mau daftar CPNS aje dia.
“Anj*ng!” Sontak gue mengeluarkan kata-kata itu. Bangs*t amat dia diajak bercanda malah diseriusin! Kan ngehe!
“Hahaha. Santai kali, Mi… Becanda.” jawab dia sambil nyenggol sikut gue dan senyum konyol.
Gue ikutan senyum dan ketawa canggung gitu. “BECANDA LU GA LUCU BANGS*T! HAHAHANYIIIINGG!” teriak gue dalem hati.
“Tapi kalau bisa jadi pacar tanpa harus daftar, baru gue malu!”
“APAAN BANGS*T???” Ini gue beneran shock! Ada yak cowok yang masih PDKT make cara begini? Ampppuuuunnn...
Tapi serius, gue ngucapin makasih banyak banget untuk Bang Cakra yang dengan senang hati menemani gue sampai event itu selesai. Walaupun banyak canggungnya karena dia gas pol terus untuk mendekati gue yang dia sangka jomblo tanpa kasih gue kesempatan gue untuk ngaku kalau gue pacarnya Bang Firzy.
“Gue udah ga available lagi lho, Bang!” kata gue di antara obrolan kami.
“Halah! Selama bendera kuning belum berkibar! Gue masih punya kesempatan buat ngejar kok!” kata Bang Cakra optimis banget udah kayak caleg kalau lagi kampanye!
“Janur kuning, Bang! Buset! Bendera kuning lu kata gue mau hamsyong???”
“Ya bener bendera kuning dong? Gue kan ngejar-ngejar orang, bukan kunti! Selama lu beloman mati, gue masih berhak buat ngejar lu! Udah ga jaman takut sama suami orang!”
“Bangs*t! Hahaha. Terus jamannya macarin suami orang ye, Bang?”
"Lu kata gue hombreng???" Dan dia sukses bikin gue ketawa dengan jawaban-jawaban nyeleneh dia. Walaupun malah bikin gue kangen sama Bang Firzy karena dia yang biasanya selalu bikin gue ketawa.
XOXOXO
Quote:
Pop upnotifikasi di handphone gue muncul. Ada chat Whatsapp dari Kak Dania siang itu di kantor. Tumben banget Kak Dania ga ada juntrungannya ngehubungin gue dan nanya kesibukan gue. Aneh banget malah! Gue ga pernah sedeket itu banget sama Kak Dania.
Quote:
Gue nengok ke arah berkas tugas Bang Firzy yang ada di tas gue. Gue aja masih ngerjain tugas kuliah Bang Firzy yang saat itu masih belum selesai karena Bang Firzy ke luar kota hari ini. Eh sekarang gue harus bantuin skripsi adiknya? Kalau gue udah selesai bantuin keluarganya, bisa ga gue abis ini didaftarin untuk kuliah langsung S3? Buset.
Quote:
Gue cek deadlinetugas kuliah Bang Firzy dulu… Gue ga mungkin kan ngerjain keduanya berbarengan. Bisa mati mendadak gue nanti. Gila kali gue ngerjain skripsi S1 ekonomi dan tugas kuliah S2 bisnis barengan??? Siapa gue?
“Oh tugasnya masih lusa… Masih bisa lah malem ini kalau gue kerjain kuesioner Kak Dania dulu.”
Quote:
“Hah? Buat apa???”
Quote:
“DIA KAMPUSNYA APAAN SIH??? KOK ENAK AMAT NYUSUN SKRIPSINYA BEGITU??? INI DOSENNYA YANG MALES MERIKSA, MAHASISWANYA YANG DABLEK, APA ADENYA FIRZY YANG MENDADAK SOMPLAK???” teriak gue dalem hati ketika baca balesan adiknya Bang Firzy itu.
Bang Firzy udah cerita sangat banyak tentang Kak Dania. Kak Dania ini cewek super duper cerdas sejak kecil, menurut Bang Firzy. Tapi semuanya berubah ketika Kak Dania menjelang remaja dan dewasa kayak sekarang. Dia punya gankcewek yang kerjaannya hedon dan main terus. Prestasi dia terus menurun. Kerjaannya dia jadi main handphone, nonton TV, jalan-jalan sama gank cewek-nya terus. Jarang belajar. Walaupun sekalinya belajar, pasti bisa langsung ngerti. Tapi nilainya jadi ga pernah maksimal.
Ya kayak sekarang ini.
Tema skripsinya sama, beda lokasi doang. Tapi dia bikin sama persis, dibedain dikit-dikit. Bikin seluruh isinya sama, sampe ke kuesionernya sama. Terus berharap cepet selesai skripsinya sama dan lulusnya sama. Pertanyaan gue adalah :
1. Gimana kualitas skripsi yang pertama jadi bahan contekan oleh mereka semua ini? Sampe dilulusin pulak itu skripsi!
2. Dosen yang mana yang lebih dablek, dosennya Kak Dania atau temennya? Mungkin dosen Kak Dania itu nemuin kesalahan, makanya disuruh ulang mulu? Mungkin dosen temennya yang males nyuruh ngulang, makanya dilulusin gitu aja?
3. Atau mungkin karena dosen Kak Dania tau kalau Kak Dania itu nyontek, makanya terus menerus disuruh ngulang?
Ya sebenernya logikanya Kak Dania bener sih, harusnya nasibnya sama. Kalau yang dicontek bisa lulus, kenapa yang nyontek ga bisa lulus? Tapi who knows ternyata temennya itu diedit tanpa pemberitahuan Kak Dania dan jadinya Kak Dania malah salah pada akhirnya kan? Dia terlalu percaya sama temennya itu.
Gue pun baca ulang seluruh isi skripsi dan kuesioner yang dikirim sama Kak Dania siang itu. Dan gue shock dengan apa yang ditemukan! Typos everywhere! Pendahuluan-nya ga nyambung sama isi lainnya. Dan gue bisa dong temuin isi Pendahuluan yang sama persis ADA DI INTERNET tanpa diedit sama sekali! Udah gitu Metode yang dia pilih ini BEDA SAMA KUESIONER YANG DIA BIKIN! HADOOOH!
“Pantesan dosennya nyuruh ulang!” Gue mijet jidad gue. “Ini mah namanya gue mesti ulang semuanya…”
Ting.
Handphone gue kembali bunyi. Ada beberapa chat masuk berbarengan. Super duper sibuk banget gue hari itu. Ediyaaaan! Kerjaan masih numpuk di depan gue dan urusan akademik keluarga ini beloman beres juga. Semoga aja ada penyemangat di-chat itu. Gue pun ngebuka handphone gue.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Rasanya gue mau bunuh diri banget baca semua chatyang masuk itu. Sumpah asli! Bisa gila gue ngurusin semuanya berbarengan begini. Gue mau banget nolak mereka semua dan fokus sama diri gue sendiri. Tapi gue kasian, mereka butuh bantuan. Gue mau nolak pun ga enak... Kalau posisinya dibalik sama mereka, gue pasti sangat berharap ada orang yang bantuin gue. Apalagi rata-rata mereka ngehubungin gue karena udah ga punya pilihan lain untuk minta bantuan. Kecuali Bang Cakra ya, dia mah ga punya pilihan lain UNTUK SAAT INI di deketin sama dia. Hahaha.
Ting.
Ada chat baru lagi masuk. Gue langsung buka chat itu, dari Ilsa, salah satu temen kantor gue yang mejanya bersebrangan dengan gue. Sebelum baca chat-nya, gue nengok ke arah Ilsa dulu. Bener aja, dia lagi ngeliatin gue.
Quote:
“Kayaknya gue tau mana prioritas gue… Urusan lembur dan bonus dulu dah.”
XOXOXO
Kantor gue ini lagi ga banget situasinya saat ini. Beberapa strategi marketingyang kami lakuin emang agak kurang berjalan lancar. Kantor kami malah banyak dapet komplen karena ngerasa kami belum siap dengan sistem kami yang ada. Ada payment yang terhambat, ada order yang salah, ada website kami yang kena server down, dan banyak hal lainnya. Akhirnya semua kejadian itu pun ngefek ke kami, karyawan yang ada.
Kami diminta pulang lebih malam, kami diminta untuk standby 24 jam untuk urus order-an, bahkan untuk weekend pun jadinya kami harus tetep ada yang masuk. TAPI DI SISI LAIN, lembur maupun bonus jadinya ga dibayarkan. Kami lelah dan kami butuh diapresiasi dengan kinerja kami ini. Minimal ya jangan paksa kami untuk ga punya kehidupan lain selain kerjaan kalau ternyata ga bisa dapet insentif.
Oke kalau urusan lembur dan bonus belum bisa dibayarkan, kami bisa ngerti. Sekarang karena keuangan kantor yang masih kacau, kami pun ga nuntut itu dulu untuk saat ini. Tapi kami tetep butuh istirahat. Kami cuman berempat. Kerja rodi banget ini namanya. Kecuali kalau ada tambahan team lagi. Kami kewalahan banget saat itu. Walaupun gue banyak kaburnya ya karena gue punya alesan lagi ngurus band di weekend atau malam hari saat harus latihan di weekdays, tapi gue paham gimana jenuhnya temen-temen gue di kantor.
Gue dan team ngebahas baiknya gimana ngomong ke Kak Irawan biar Kak Irawan sadar kalau kami butuh istirahat juga. Kak Irawan taunya cuman : setiap karyawan HARUS menghasilkan uang. Tidur pun harus tetep menghasilkan uang. Makanya standby 24 jam biar uangnya tetep bisa mengalir ketika kita tidur. Bahkan kemarin ketika salah satu team sakit atau lagi ngejaga keluarganya yang sakit, kami tetep diminta untuk standby. Gila kali.
Setelah banyak pertimbangan, keputusannya ya kami akan mengajukan resign kalau ga ada tambahan team dan tanpa istirahat begini. Kami semua udah sama-sama berusaha cari kerjaan lain ini, kecuali Ilsa yang masih berusaha ngejar beasiswa S2 dia ke luar negeri yang baru dibuka akhir tahun ini. Ya walaupun belum ada kepastian juga nanti ada panggilan kerja di tempat baru apa ga. Yang pasti kami udah memastikan kalau kami punya suara yang sama, biar jadi bahan pertimbangan Kak Irawan dan dia mau mengerti kami. Demi kesejahteraan perusahaan juga kan.
Kami ga selalu menuntut uang kok, kami hanya menuntut kesehatan jiwa dan raga kami. Hanya itu. Ya karena, kami udah ngerasa kayak keluarga di kantor ini. Jadi, kami ngertiin gimana kondisi keuangan kantor, untuk saat ini. Di sini kami ga melulu ngebahas urusan uang.
“Sa, lu beneran mau ikutan ngajuin resign emang?” tanya gue memastikan ke Ilsa. Ya HANYA KE ILSA. Kenapa? Karena Ilsa sama sekali belum cari kerjaan lain. Dia mau gitu nganggur sambil nunggu pembukaan beasiswa S2 dia? Dia orangnya ambisius banget soalnya, gue curiga dia malah jadi pembelot di belakang nanti. Gue emang punya hubungan agak kurang baik sejak gue mengenal Ilsa. Dia lebih banyak memikirkan dirinya sendiri.
Tapi kalau gue bilang pemikiran gue yang begitu ke team, mereka pasti ngebelain Ilsa dan malah balik ngejauhin gue. Kenapa? Karena prestasi gue di bidang Customer Support kalah dengan Ilsa! Ilsa ini nomor 1 di kantor kami alias menghasilkan banyak uang! Sedangkan gue? Gue terendah, bahkan gue aja dipindah jadi Admin karena gue ga bisa menghasilkan banyak uang kayak Ilsa. Gue pasti dikira iri sama Ilsa kalau gue ga suka sama dia.
Gue cuman perhatiin aja gerak gerik Ilsa.
“Hmm.” Dia cuman jawab begitu di team meeting ini. Dia jalan ke arah gue. “Liat aja nanti, mudah-mudahan…” bisik dia perlahan ke gue.
Gue kaget dengan bisikan dia itu. Gue punya bad feeling.
XOXOXO
“Tumben amat, udah hampir jam 6 begini masih lengkap pada di kantor? Biasanya udah ngeluh dan marah-marah ke gue… Palingan yang bertahan cuman Ilsa.” sapa Kak Irawan ketika baru sampe di kantor.
“Kami nungguin Kakak…” kata Ilsa.
“Nungguin gue? Kenapa? Ada yang ulang tahun?” Kak Irawan duduk di sofa kantor kami. Kami pun jalan semuanya ke arah Kak Irawan dan duduk di hadapan dia.
“Kak Irawan… Ada yang mau kita sampein ke kakak.” Gue memulai omongan kami.
Satu per satu dari kami menjelaskan tentang concernkami mengenai penambahan team dan waktu istirahat untuk kami. Kami juga menjelaskan gimana kami masih bisa mengerti dan ga berharap banyak untuk urusan uang, biar Kak Irawan ga prasangka buruk kalau kami cuman menuntut uang doang. Kak Irawan keliatan kurang suka dengan permintaan kami itu. Apalagi dengan ancaman kami akan resign kalau masih begini terus. Dia keliatannya murka banget deh.
Tapi dia langsung menghubungi Kak Bara via Skype untuk membantu mencari solusi untuk kami. Kak Bara belum bisa gabung sama kami di kantor. Kami ga merugikan perusahaan sih, harusnya. Emang sih nambah pengeluaran untuk karyawan baru dan pengurangan income karena kami minta untuk ga standby 24 jam. Tapi siapa yang mau kerja begitu terus sepanjang hari kan? Apalagi tanpa menuntut uang? Coba gih cari lagi karyawan mau sepasrah itu ke perusahaan jaman sekarang?
Kak Irawan minta beberapa saat untuk ngobrol dengan Kak Bara di ruangan. Mereka pengen ngebahas private mengenai urusan ini. Butuh banyak pertimbangan soalnya. Ga bisa secepat itu bikin keputusan. Mereka pun meminta kami untuk menunggu mereka membahas urusan ini. Gue dan team berharap pemikiran mereka mau terbuka. Soalnya, kalau mereka menolak ide kami dan tetep dengan cara mereka, besok gue jadi pengangguran lagi. Wong gue ngancem mau resign tadi.
“Pokoknya kita satu suara ya!” kata Hari mengingatkan.
“Kalian ga boleh ada yang beda jawabannya kalau Irawan tanya ulang. Ga boleh!” Kak Nat pun ingetin lagi walaupun dia ga ikutan protes kayak kami, wong dia IT.
“Lu juga ya, Sa… Jangan mikir macem-macem lagi.” kata Dalima ke Ilsa yang keliatan gelisah gitu sejak kami mulai ngebahas urusan resign. Gue khawatir banget sumpah sama Ilsa ini.
“Halo…” Kak Irawan keluar ruangan dan nyamperin kami sambil nenteng laptop dia. “Gue dan Bara udah bahas nih keputusannya… Tapi gue mau nanya ke kalian SEKALI LAGI untuk memastikan. Dan jawaban jujur dari kalian ini sangat gue butuhkan untuk final keputusan. Kalian beneran mau resign kalau permintaan kalian ga kami kabulin? Jawab satu-satu ya… Bara dengerin kok di Skype.”
“Absolutely.” jawab Hari mantap.
“Iya, Kak… Maaf, aku lelah.” jawab Dalima perlahan.
“Kami ga minta uang, Kak… Untuk saat ini. Kami ngerti kok gimana keuangan perusahaan. Kami hanya minta team tambahan dan waktu istirahat. Sesimpel itu kok, Kak. Walaupun kami ngerti banget itu malah nambah cost perusahaan, tapi kami pun butuh istirahat. Kesehatan jiwa kami penting juga, Kak. Toh kami kerja 24jam dan close banyak order pun ga banyak dapetin bonus bukan? Aku masih belum merubah pikiran aku…” jawab gue.
“Ilsa? Kok diem aja?” tanya Kak Irawan ke Ilsa.
“Maaf, Kak… Aku…” Oke gue mulai khawatir. “Aku… Aku ga sependapat sama mereka. Aku ngerasa itu udah tugas kami sebagai bentuk totalitas ke perusahaan untuk standby 24jam. Toh kami juga butuh kerjaan ini kan? Kenapa kami harus malah ngancem perusahaan? Masih syukur kami dapet kerjaan.”
“WHAT??? SI ANJ*NG KENAPA JAWAB BEGITU???” teriak gue dalem hati.
“Oke. Ilsa, lu gue naekin jadi Supervisor. Mulai besok, lu bantu gue nge-hired karyawan baru 2 orang lagi. Dan bantu atur urusan jam kerja plus lemburan mereka. Besok juga kita meeting tentang uang lembur maupun bonus. Yang lain, gue ucapin makasih untuk jawaban jujurnya. Gue apresiasi keberanian dan komitmen kalian di kantor kita ini. Gue pamit dulu.” Kak Irawan menutup meeting kami itu dan dia pergi ninggalin kantor.
Gue dan team yang lain cuman terdiam dengan apa yang barusan aja terjadi. Si Ilsa bangs*t ini nusuk kita dari belakang! DIA PENGKHIANAT ANJ*NG!!! DIA BEDA SENDIRI JAWABANNYA DAN JADINYA DIA NAEK JADI SUPERVISOR? BANGS*T ANJ*NG!!!
BRAKKK!!!
Gue nendang bangku yang barusan gue pake. Kami ga ada yang ngomong lagi. Kami ambil barang-barang kami dan keluar dari kantor. Ilsa masih duduk di bangku yang dia pake, nunduk plus diem aja. Ga berekspresi dan ga ngomong apa-apa.
“BANGS*T!!!” teriak gue di depan kantor.
Ting.
Handphone gue bunyi. Idup gue berasa kacau aja akhir-akhir ini sumpah! Sampah! Apa lagi nih yang mau bikin gue makin yakin pengen gorok leher orang sekarang???
Quote:
“T*I ANJ*NG!”
itkgid dan 22 lainnya memberi reputasi
23
Tutup
![AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]](https://s.kaskus.id/images/2019/10/10/10712020_20191010014133.jpg)

dan 
