Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

naileaAvatar border
TS
nailea
22 Floor Number 34 Unit D
“Kamu ngapain sih, ngelus-ngelus laptop kamu ? Emang bisa keluar jin ?”

Masih berdiri aku menatap lelaki berjari enam yang pintar, cuek, dingin didepanku ini.  Alexander Julius namanya. Salah seorang freelancer yang bekerja untuk DJ ternama ibukota yang kantor teamnya terletak di room number 34 Unit D kawasan Jakarta Selatan. Kami adalah teman sekelas di Sekolah Menengah Atas dulu, di suatu sekolah negeri di daerah pinggiran di bilangan Jakarta timur. Dulu, selalu kuanggap lelaki didepan ku ini adalah lelaki aneh. Paling tidak kalau bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki ku, kurang dari dua puluh kalimat yang dapat dia lontarkan selama kehidupan di sekolah berlangsung.Namun anggapan itu sirna sekarang, setelah 5 tahun berlalu setelah pesta kelulusan.

“Jul”? Kulambaikan kedua tangan ku kehadapannya agar si lawan bicaraku menyadari kehadiranku yang sedari tadi sudah berdiri memerhatikannya, bahkan sudah ku taruh dua gelas iced green expresso matcha latte yang sudah berembun di meja.

“loh kamu kapan turun”? bales dulu chat aku harusnya aku sekalian mau minjem headset, headset aku ketinggalan di studio, gak ketinggalan sih feeling aku, ilang kali”. Katanya bertubi-tubi.

“Ooooooh” Aku mangangguk-ngangguk dan meng-O kan mulutku sebagai pertanda bahwa aku paham. Ku Tarik kursi disampingnya, langsung duduk bahkan sebelum dipersilahkan.

“Paham kan, kenapa aku ngelus-ngelus laptop aku”? Aku ngitung ketukannya dari speaker”.

Katanya. Untung ini outdoor, dan anginnya lagi kenceng, jadi gak kedengeran deh, btw kamu denger gak musicnya “? Tanyanya.

“Music apa emang kamu ngapain lagi “? Ngedit artwork lagi ? bukannya harusnya semalem videonya udah selesai ya”?

“Ngedit mixtape, 1 jam. Baru dikasih semalem lagi, abis kelar video langsung disabet mixtape”

“Mmm…. Eh aku hari ini ada conference call ya, and I’m not sure it would be done on 17.00 AM, I will having it as overtime I guess“. Kataku sambil mengaduk iced green tea dihadapanku dengan sedotan.

Menyadari si lawan bicara tidak memberi response atas ucapanku, ku dorong layar laptop nya menjadi setengah tertutup.

“Ck, iya aku denger” liriknya sinis. Kemudian mulai berkutat lagi dengan pekerjaannya.

Seakan tidak mengerti situasinya, aku masih terus nyerocos.

“Emang kamu tau concall itu apa ? Tanyaku serius

“Mm, emang kamu tau mixtape itu apa Ms.Secretary? and what should I do on this 1 hour tracks before it’s release within tonight ?Reo menatapku tak kalah serius

“Engga” Jawabku cepat. Kenapa kamu gak jelasin “?

“Gin..

Sebelum Reo menyelesaikan kalimatnya, meja kami terasa ada sedikit getaran ringan. Panggilan masuk di telepon genggamku. Maklum saja, aku izin dengan Senior Associate-ku untuk makan siang di Plaza Festival sebentar. Kantorku terletak di pusat kota jakarta lantai 22. Mengingat kantorku dan Plaza Festival hanya sekitar dua puluh menit jika ditempuh dengan ojek online, seniorku sudah pasti mengizinkan.

Kulirik jam tanganku. Pukul 14.00. Sudah 2 jam aku pergi beristirahat rupanya. Kubiarkan saja telepon genggamku terus bergetar hingga menjadi notifikasi panggilan tidak terjawab agar muncul dibenak seniorku fikiran positive aku sedang di jalan kembali ke kantor.

“Jelasin nanti di chat, aku balik sekarang ya, jangan lupa makan dulu sebelum ke kampus.byeee” Kataku terburu buru sambil menyeruput habis si green tea expressoku.

Kulambaikan tangan sekaligus senyuman termanisku pada si photographer sekaligus editor itu.

Tak pernah ku sangka bahwa pertemuan hari ini akan menjadi semua jawaban dari impian yang akhirnya hanya menjadi kenangan dibelakang. Apa yang kukira bisa menyatukan ternyata hanya menjadi alasan utama perpisahan. Ku kira kau akan bisa mengerti aku, bisa memahami duniaku. Tak perlu memahami, kau coba untuk mengerti saja sudah cukup bagiku. Ku buat duniamu menjadi duniaku. Aku mencoba memahami duniamu, memahami pekerjaanmu yang sanggat bukan “aku”.

Tapi mengapa tak pernah kamu ?

 

Suasana jalanan di sabtu pagi memang selalu lebih baik dari hari-hari sibuk senin sampai jumat. Pagi ini hanya terdapat beberapa kendaraan yang beralu lalang, padahal jam sudah menunjukan pukul tujuh tepat.Sesungguhnya, aku ingin menikmati sabtu pagiku dengan hanya tidur-tiduran di kasur hingga sore hari. Rasanya hanya ingin memeberi reward kepada diriku di weekend ini dengan resting all day long, tapi apa daya ada orang lain yang nyatanya lebih ku prioritaskan di bandingkan diriku sendiri.

“temenin aku makan bubur ya, badan aku lagi gak enak banget nih”kata si pemilik suara berat diseberang sana

“kamu udah otw belum?” mau sekalian aku bawain obat gak”

“ketemu kamu aja dulu deh, nanti beli obatnya barengan aja, aku bentar lagi sampe ya”

Pembicaraan terputus sebelum aku menyudahinya. Aku sudah terbiasa denganmu dan dengan keinginan-keinginan mu yang terkesan sepihak, tanpa melibatkan persetujuanku didalamnya. Kadang kamu langsung datang menjemputku tanpa bilang mau pergi kemana. Langsung pesan makanan yang tanpa kau tau tak pernah aku suka. Tapi karena bersamamu tak pernah kupermasalahkan semua itu. Malah aku sangat menikmati setiap detik kebersamaan kita.

“Mas buburnya dua ya, pakein semua sama satenya dipisahin aja sediain semua” kata si laki laki berhoodie merah tebal dengan hidung merah dan suara bindengnya

“kenapa kamu bisa sakit gitu deh, emang kamu gak tidur apa”? tanyaku serius

“enggalah kan kamu tau aku lagi ngerjain editan video yang aku ceritain ke kamu” nada suaranya meninggi

“lagian aku gak ngerti deh sama kamu, kenapa ngambil double job kaya gitu sih. Kamu kan udh ada kerjaan pasti di perusahaan tempat kerja kamu sekarang, yang freelance ini gausah kamu ambil juga lah, siapa yang susah kl kamu sakit coba, ujung ujungnya kan kamu sendiri” kataku nyerocos sambil menyodorkan obat yang kusengaja bawa dari rumah.

“kalo gaji aku kerja di satu perusahaan kaya kamu sih gapapa, tanpa aku kasih tau kenapa aku ambil double job juga pasti kamu tau kok. Aku kan harus bayar kuliah juga,lagian kenapa km marah sih aku ngambil double job gitu”? di tatapnya lekat-lekat mataku

“kan ada aku, bayar kuliah doang aku bisa daripada kamu harus gatidur terus jadi sakit mulu kaya gini. Ini bukan masalah gak nge support ya, aku tau apa yang kamu fikirin tentang aku” balasku menatapnya lebih lekat.

Beruntungnya pagi ini tidak ada seorang pun di tempat makan bubur kecuali aku dan si Mr. Editor. Mungkin kalau ada orang lain, sudah pasti mejaku menjadi pusat perhatian karena sesi debat barusan. Si abang bubur juga sudah menunjukan gelagat sungkan untuk mengantarkan bubur pesanan kami yang sudah siap daritadi.

Laki-laki dihadapanku menghela nafas panjang tanda mengendalikan kesabaran yang sudah hampir habis”kamu bilang aja sama aku kapan km gak lembur, nanti aku kasih liat gimana kerjaan aku, gimana aku cari duit. Kerjaan aku sama kamu beda bu sekdir, you need to know my world even a bit,okay”?

 

Kamu mungkin tidak menyadari bahwa ada banyak hal yang terus kucoba pahami dari perbedaan “dunia” kita ini. Diawal kedatanganmu didalam hidupku, aku merasa kita memliki banyak sisi yang sama seperti kita suka pergi ke club, suka live music, dan lebih suka kehidupan malam yang hingar-bingar dari pada pergi ke museum atau nonton konser music artis ibukota dengan kelompok-kelompok pecinta senja. Mungkin ada sedikit perbedaan selera music kita ketika di club kamu lebih tertarik dengan music electro berbeda denganku yang lebih menikmati Music EDM atau RnB Hiphop. Tapi itu semua tidak menjadi masalah bagiku. Menurutku ibarat Vodka dan Liquor saja, sama sama minuman keras kan. Se-simple itu. Wine, vodka atau liquor akan kamu mudah temukan di bar atau club, mereka tidak secara bebas ditemukan di restaurant atau tempat makan atau nongkrong biasa. Mereka sudah dipastikan akan menjadi teman malam di setiap partymu. Layaknya kamu dan aku, perbedaan kita hanya disoal selera, tapi sudah dipastikan kita ada didalam lingkaran atau lingkungan pergaulan yang sama, so that’s the main reason I believe on you, on us.. that it can work as I expected. We will understand each others.

“thank you mas”. asap dari semangkuk bubur yang baru di tuang ke mangkoknya langsung mengepul di wajahku ketika diletakkan di hadapanku. “Aku free kapan pun, lagian kan kamu ngajaknya malem, kamu bisa jemput aku abis selesai lembur”. Kataku dengan tersenyum mencarikan suasana


sambil meniup bubur disendoknya dia bertanya alisnya pun hampir bersatu tanda bingung”lah besoknya kan kamu kerja”? aku mau ngajak kamu liat aku kerja syooting film pendek gitu rencananya, kalo on schedule sih kelarnya tengah malem ya jam setengah 4 pagian gitu deh”

“Lah, emang kita kalo pulang party jam berapa deh yang”?


“O-iya hahaha”. Deretan giginya yang rapih terpampang jelas saat dia tertawa lebar.

“Abis selesai makan kamu minum tuh obatnya”.

Seakan tidak mengindahkan kata-kataku “eh, lagian aku juga sebenernya bingung sama kamu, lembur tiap hari sampe pagi gitu, emang kamu gabisa cari law firm lain yang gak banyak lembur”?

“Aku kayaknya pernah cerita gak sih sama kamu, aku suka banyak kerjaan gitu, kaya jadi banyak ilmunya, banyak belajar juga, banyak duit juga kan jadinya kalo banyak lembur hehehe. Lagian juga kerja di law firm rata-rata emang kaya gini sih aku udh tanya sama temen-temen aku yang jadi associate”

“Aku juga bisa pake alesan kamu dong kalo gitu, kamu kan selalu gak setuju tuh kalo aku banyak banget kerjaan yang double job double job gitu sampe lupa istirahat sampe kadang ngidep di studio”

“Beda dong, mungkin aku gak akan terlalu cerewet kalo kamu banyak kerjaan dari perusahaan kamu yang pasti, ini kan engga. Kamu selalu dapet kerjaan yang bikin kamu sampe gapulang dari tempat kerjaan kamu yang temporary yang menurut aku…” belum selesai aku dengan kalimatku dia menimpali

“Menurut kamu apa”? bayarannya gak setimpal sama apa yang aku kerjain”

Nice shoot gan! Merasa mudah ditebak aku hanya terdiam.

Dia mendengus sedikit kesal “ya beda lah derajat kerjaan lo sama gue, gabisa disamain. Lo dibayar gede buat kerja cantik, ngurusin bos, ngurusin yang punya perusahaan, lembur lo lembur cantik mau lo ngerjain itu kerjaan sampe pagi sambil nonton Netflix juga tetep dibayar gede. Lah gue”?

Aku mengerenyit dan mulai menegakkan posisi duduku karena dia sudah mulai menggunakan “lo-gue” tanda marah “Jul, you need to understand this, pointgue itu bukan underestimate kerjaan lo ya, ini bukan masalah derajat kerja masalah posisi kerjaan siapa yang lebih enak sama lebih baik, gue juga gak minta lo kerja nyari kerjaan yang kaya gue”. Nada bicaraku meninggi

“Apa masalahnya”? purposenya kan sama kita kerja mati-matian buat cari duit. Lo juga suka gak pulang, lebih seringan lo gapulang bahkan kalo lagi lembur dibanding gue, lebih lo yang lupa kesehatan lupa diri kalo kerja, harusnya gue yang marah dong”

“Lo..lo sering absen kuliah lo karena kerjaan lo di tempat temporary ini. Lo sering absen di perusaan tempat lo kerja yang notabenenya udh pasti nih lo di gaji tiap bulan sama mereka, lo acak-acak. Akal sehat lo sekarang dimana coba”? Hah”? lo dibayar berapa buat ngedit, buat ikut syooting, buat ngedit mixtape atau artwork jul”? Masa lo lebih pilih acak acak kerjaan lo yang pasti buat kerjaan lo yang gapasti itu”? Lo dibayar berapa buat acak-acak kuliah lo yang akan makin lama lulus itu”? rahangku mengeras

“Lo gatau, lo gatau perasaan gue. Gue merasa kerjaan gue yg udh pasti di perusahaan itu bukan passion gue. Gue gabetah disana, I cant fit into their environtment. Lo gak akan ngerti.”

Aku mendengus kesal “gila lo, gak make sense. Passion lo bilang? Kita bukan anak SMA bukan anak kecil lagi yang masih mikirin passion. Lo tau gue gak matre, gue juga gapernah minta duit lo, ini semua buat lo, gue cuma mau lo mikir bener aja jul hidup bukan pake passion” aku berdiri sambil langsung menggantungkan tas dipundakku. “Gue balik duluan” kataku berlalu membalikkan badan tanpa menatap si lawan bicaraku.

Sebelum aku mencari taksi didepan warung makan bubur ini, kuletakkan selembar uang seratus ribuan di dekat toples kerupuk di samping si abang penjual. Aku pun berlalu bahkan sebelum si yang punya warung mengeluarkan sepatah kata yang kutahu pasti tentang uang kembalian makan bubur.

Mungkin tidak semua yang kita rasakan atau fikirkan harus diutarakan. Tapi, kalau memang pantas untuk diungkapkan semua itu adalah hal yang paling baik daripada memendamnya, katakan saja. Jika memang belum siap atau merasa belum pantas untuk mengeluarkannya beberapa perasaan memang lebih baik disimpan saja dengan rapi, dibenahi dan dibiarkan tetap terjaga dalam dada tanpa ada siapapun yang mengetahuinya. Karena bisa saja ketika perasaan atau suatu fikiran dalam benakmu terungkap kepada siapapun itu, hasilnya bisa saja tidak sebaik tujuannya. Ada banyak kemungkinan bahwa si penerima ungkapan fikiran atau perasaanmu itu tidak mengerti, tidak terima atau malah sakit hati.

Tapi menurutku aku lega sudah mengungapkan apa yang tersimpan di benaku selama ini. Menurutku apa yang dia lakukan tidak benar. Aku hanya ingin yang terbaik untuknya. Dengan caraku. Bukan caranya.

Namun, belum lama aku meninggalkan tempat bubur tersebut, sebuah notifikasi pesan masuk.

Reo: You will never know also will never understandtentang kerjaan gue, tentang dunia gue, tentang passion gue. Gue emang bukan lo, kerjaan gue emang receh, gak kaya lo yang bisa jadi sekertaris di perusahaan besar, kerja di district perkantoran ibukota. Gaji gede tunjangan ada, siapa yang gak kenal lo. But im not, im not the part of that shit.

Masih terpampang jelas tulisan typing dibawah username si sender.

Reo: Last, lo gak akan tau apa rasanya kerja pake passion, bagi lo yang paling penting Cuma uang, Cuma jabatan, Cuma kehormatan biar lo gak dikecilin sama orang. I will always be the peny in your eyes not even a dollar.

Aku tertegun. Namun dari seluruh prasangkanya terhadapku, aku tidak ingin menyangkalnya. Tidak ingin membela diri, karena bagiku apa yang kujelaskan pun tidak akan pernah diterimanya. Kuketik sebuah pesan terakhir untuknya that describe all of my feelings and also my thoughts.

    
Me:I thought that diversity makes us united but it just set us apart.

*************************************************************************

NadarNadz
nona212
vkry.fikri
vkry.fikri dan 22 lainnya memberi reputasi
23
9K
46
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
naileaAvatar border
TS
nailea
#31
Contrast
Shoot what you love or love what you shoot ?

“kontribusi kamu tuh jadi megangin boom mic doang? emang ini shooting tentang apasih kok malem?” tanyaku
“gak itu doang lah, kamu tau gak sih foto-foto aku di Instagram yang club motor itu? Nah jadi kita nih mau ikut festival film pendek gitu, documenter juga masuk, boleh apa aja sih tapi durasinya harus singkat, cuma karena visi misi kita ternyata beda nih, akhirnya teamnya pecah dan aku lebih setuju ke team yang ini. Team yang ini tuh mau nyeritain tentang motor yaiyalah ya yang udah pasti jadi highlightnyapasti motor, cuma dia mau bikin genrenya lebih ke Horror biar epic dan gak ngebosenin dan beda dari yang lain gitu deh. Aku sih setuju.” Jelasnya
“emang gimana ceritanya?” kataku penasaran
“ada dehh…. Gaboleh diceritain lah hahaha nanti kamu nonton aja ya di Head Quarters Kemang, diputer disana kok”.
“ish dikit doangggg pelit banget, ini juga shootingnya dimana sih jangan-jangan di Menara saidah lagi aku gak ikut ah kalo disana”
“hahaha tau aku kamu panakut, ini shootingnya kaya dirumah jawa gitu deh yang di Cilandak, rumahnya salah satu si tenant cewe”
“kok kamu tau sih?”
“aku kan udh sempet framing duluan disana sayang”. jelasnya lembut
Mulutku membentuk huruf O tanda mengerti.

Kali ini aku benar-benar bertekat untuk ikut untuk tau duniamu, agar tidak lagi keluar dari mulutmu bahwa aku tidak mengerti duniamu atau bahwa aku tidak pernah mau tau duniamu. Malam ini, ingin juga kubuktikan kepada semesta apakah aku dan kamu memang berbeda ? Dan masih layak kah kita untuk tetap bersama ?

Setelah ikut mengantar Reo mengambil boom mic, aku langsung dibawanya menuju TKP. Sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi mungkin karena jalan yang aku lewati merupakan jalan yang asing bagiku, fikirku tempat ini pasti jauh. Kalau aku dan Reo berkelahi dan aku terpaksa harus menyetir pulang sendiri bagaimana nasibku nanti huhu (ada google maps please).

Padahal besok pagi aku sudah harus sudah ada di kantor sekitar pukul delapan karena akan ada conference call dengan client. It's not a big deal lah ya untukku, aku kan sudah biasa party sampai pagi dan masih dalam keadaan hangover aku datang ke kantor untuk internal discuss. Hahaha dasar aku.

"Mas, masih ada parkir gak?" tanya reo kepada laki-laki paruh baya dengan rompi berwarna jeruk (orange maksutku hahaha).
"kosong mas'eee" balas si laki-laki paruh baya tersebut
Bingung karena Reo masuk ke area parkir Indomaret, langsung saja aku bertanya "kamu mau beli rokok dulu ya, rokok kamu abis emangnya? aku ada nih" kataku sambil menatapnya heran
"hahaha tau banget kok aku ya kamu mau ngomong gitu" katanya sambil tetap fokus pada kaca spion untuk memarkirkan mobil kami. "rokok aku juga ada nih, kangen gak sama rokok aku hahaha" candanya meledekku sambil terkekeh.
"Gak sama sekali lah, kita kan masih berantem, kamu pergi gitu aja berhari-hari bahkan minggu" kataku cemberut.
“hm, kita kenal gak baru sehari, aku tau kamu gimana, sifat kamu gimana, makanya aku gak hubungin kamu, aku bener-bener atur waktu ini, hari ini biar kamu liat kerjaan aku, biar kamu paham”
“aku paham”
“kalo kamu paham, kamu gak akan maksain keinginan kamu ke aku”
“ I just wanna the best for you” kataku lembut
“the best for me? Pake cara kamu ya tapi ? Haha” Reo mendengus. “apa yang baik buat kamu, jalan yang menurut kamu lebih baik, belum tentu akan baik buat orang lain” ditatapnya mataku lekat-lekat.

Hening.

***
pakdheku
pakdheku memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.