- Beranda
- Stories from the Heart
CINTA DAN PETAKA? (HORROR REAL STORY)
...
TS
caffeine.seeker
CINTA DAN PETAKA? (HORROR REAL STORY)

Hallo para kaskuser dimanapun berada. Izinkan saya untuk bercerita tentang pengalaman hidup saya sendiri. Ya, Setelah cukup lama berada pada zona "silent reader" di kaskus ini, akhirnya saya memutuskan untuk menuliskan kisah saya sendiri. Semoga kisah yang saya tuliskan ini memiliki manfaat bagi yang membacanya entah sebagai hiburan atau referensi pembelajaran.
Nama tokoh dan tempat kejadian dalam cerita ini akan saya samarkan untuk menjaga privasi masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya.
Sebelumnya mohon maaf apabila tulisan saya jauh dari kata sempurna, baik dari segi teknis maupun pemilihan kata, karena ini thread pertama saya. Silahkan berkomentar apapun selama tidak mengandung ujaran kebencian dan menyudutkan pihak tertentu, Support dan masukan positif dari agan semua akan sangat membantu perkembangan thread ini dan juga bagi saya untuk lebih baik kedepannya.
Kisah yang akan saya tuliskan ini adalah kisah nyata yang saya alami kurang lebih 9 tahun lalu tepatnya di rentang tahun 2011. pada tahun itu adalah tahun pertama saya masuk kuliah, dan menjadi awal mula dari semua kisah ini.
Nantinya saya akan menceritakan kisah ini ke dalam beberapa part yang akan saya update secara berkala, saya juga akan berusaha menceritakannya sedetail mungkin dari awal hingga akhir kejadian yang saya alami ini.
Terima kasih dan selamat menikmati kisah saya
Spoiler for Prologue:
Spoiler for Part I - awal masuk kampus:
PART INDEX
PART-II
PART-III
PART-IV
PART-V
PART-VI
PART-VII
PART-VIII
PART-IX
PART-X
PART-XI
PART-XII
PART-XIII
PART-XIV
PART-XV
PART-XVI
PART-XVII
PART-XVIII
PART-XIX
Diubah oleh caffeine.seeker 19-12-2021 18:57
sirluciuzenze dan 44 lainnya memberi reputasi
45
30.6K
206
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
caffeine.seeker
#60
PART XII
Saat itu waktu menunjukan jam 9 malam, aku masih berdua di ruang tengah bersama della yg blm juga sadarkan diri, hanya doa dan doa yg terus aku lantunkan saat ini, rasa lemas masih menggelayuti tubuhku setelah kejadian mahluk mengerikan yg aku lihat di depan rumah.
"Dell, ayoo bangun dell... Km gak boleh kaya gini terus, kita kan mau liburan, seneng2" gumamku pelan sembari membelai-belai rambut della. Sungguh perasaan ini seolah terombang ambing melihat kondisi della seperti ini.
Tak lama terdengar suara mobil di depan rumah, aku yakin itu pasti bapak, segera aku keluar dan membuka pintu.
'Alhamdulliallah ternyata benar bapak" ucapku dalam hati, rasa lega aku rasakan ketika akhirnya melihat bapak sudah kembali ke rumah.
"Assalamualaikum, gimana nak di rumah?" ucap bapak.
"Waalaikumsalam pak, sesuai pesan bapak sedari tadi saya hanya di rumah dan menjaga della, tapi della dari siang tadi sampai sekarang blm terbangun pak, saya bingung" jelas ku pada bapak yg saat itu baru keluar dari mobilnya.
"Yasudah ayok kita masuk dan cek kondisi della" ajak bapak, sambil bapak membawa satu botol besar air mineral yg dikeluarkan dari mobilnya.
"Nak fahmi, tolong pindahkan della ke kamar saja" pinta bapak padaku untuk memindahkan della ke kamarnya. Dan bapak terlihat mempersiapkan sesuatu entah apa.
"Pak, berat sekali pak, tubuh della kenapa jadi seberat ini" keluhku... aku tidak percaya hal yg saat ini terjadi, rasanya tidak mungkin aku selemah itu sampai tidak kuat mengangkat tubuh della seorang diri. Bapak pun segera menghampiriku dan mencoba membantuku mengangkat tubuh della. Bapak pun merasakan hal yg sama denganku, merasakan tubuh della menjadi begitu berat saat diangkat.
Akhirnya, tenaga ku dan tenaga bapak secara bersamaan baru bisa mengangkat tubuh della, perlahan kami pindahkan della ke kamarnya. Ini anehh, sungguh anehh.. Della yg tubuhnya terbilang kecil sampai harus dua orang laki-laki untuk mengangkatnya.
"Nak fahmi, bantu bapak membasuh air ini di bagian kaki della, ini air dari uwak, uwak pesan untuk mebasuhkan air ini di area kepala dan kaki della"
Tanpa banyak bertanya aku segera melakukan apa yg diminta bapak. Tak lama setelah kami basuhkan air itu della pun tersadar. Lega sekali rasanya aku melihat della yg sudah bisa membuka matanya. Namunn setelah bangun della justru bertingkah aneh, tiba2 dia tersenyum menatapku dan juga bapak, namun senyuman itu malah terlihat mengerikan.
Lalu della bangun dari posisi tidurnyaa, dia berjalan keluar kamar. Namun cara berjalannya sungguh aneh, della berjalan dengan memposisikan tubuhnya sedikit membungkuk dengan kedua tangannya di letakan ke belakang. Aku dan bapak saling bertatapan keheranan. Kami ikuti kemana della berjalan, rupanya della berjalan ke arah ruang tamu seperti ingin keluar dari rumah. Segera aku dan bapak menghalanginya. Bapak memegangi tubuh della, lalu mendudukannya di ruang tamu. Ketika duduk della masih bertingkah aneh, dan kini tiba-tiba dia malah bersenandung, ya della bersenandung seperti seorang sinden, suaranya sangat membuat bulu kudukku bergidik. Aku dan bapak sontak terkejut dan beristigfar mendengar suara della.
"Siapa km? Mau apa disini?".. Tanya bapak ke della, atau lebih tepatnya ke sosok yg sedang merasuki della. Tapi sepertinya pertanyaan bapak tidak digubris olehnya, dia tetap msh saja bersenandung seperti seorang sinden.
"Tolong keluar dari tubuh anak saya, jangan ganggu anak saya, siapapun km!!" kali ini bapak berbicara dengan nada sedikit membentak namun della malah menatap bapak dengan tatapannya yg begitu misterius, bukannya menjawab justru della malah tertawa dengan suara yg begitu melengking.
Bapak segera mengusapkan air pemberian uwak tadi ke wajah della, setelah itu della kembali tak sadarkan diri.
"Nak fahmi, sepertinya kita harus cari cara lain untuk mengatasi ini, sepertinya della harus ditangani secara intensif, besok lbh baik kita bawa della ke rumah uwak, ini sepertinya sudah bukan main" ucap bapak dengan nada yg begitu serius.
Aku bisa merasakan kekhawatiran bapak saat ini, aku pun sama khawatirnya dan tidak ingin terjadi hal yg lbh jauh lagi dari ini. Aku menyetujui rencana bapak untuk membawa della ke rumah uwak besok.
Malam ini aku dan bapak akan bergantian menjaga della, namun mengingat hal-hal aneh yg sedari tadi terjadi nampaknya akupun tidak akan bisa tidur begitu saja malam ini. Setelah memindahkan della ke kamar, bapak mengajaku untuk sholat isya berjama'ah. Kami sengaja sholat di dalam kamar della agar tetap bisa menjaga della. Selepas sholat aku dan bapak coba untuk membaca ayat-ayat suci agar suasana menjadi lebih tenang.
Tak terasa waktu sudah menginjak jam setengah 1 malam. Aku dan bapak masih terjaga.
"Pak kalau bapak mau istirahat duluan gakpapa pak, biar saya yg jaga della"
"Dakpapa nak, bapak juga blm mengantuk, kita ngobrol2 aja sekarang biar ndak bosan" terang bapak kepadaku.
Ditengah-tengah obrolan aku teringat soal mantan della, sejak awal aku memang tidak pernah menanyakan ini ke bapak dan kejadian ketika della tidak sadar dan meracau menyebut nama mantannya juga belum aku ceritakan ke bapak. Kali ini sepertinya waktu yg tepat untuk aku menanyakannya.
"Pak, apa bapak tau mantannya della?kalau gak salah namanya rando" tanyaku.
"Ndak ada mantan della yg ndak bapak kenal nak, della itu sangat terbuka sama bapak, termasuk soal mantannya itu, ada apa memangnya nak? Nak fahmi kenal dengan rando? "
"Kalau kenal sih engga pak, tapi kebetulan waktu itu ketika saya dan della makan pempek di resto dekat pasar kami bertemu rando, awalnya della tidak menyadari ada mantannya itu, jadi ketika kami makan disana saya merasa risih karna merasa ada yg memperhatikan saya dan della. Lantas saya bilang ke della bahwa ada orang yg sedari tadi memperhatikan kita, lalu della menjawab bahwa itu mantannya.. Tatapan rando saat itu sangat tidak bersahabat pak, bahkan ketika saya melempar senyum kepadanya dia sama sekali tidak merespon dengan ramah. Lalu pak, waktu itu ketika della dalam kondisi tidak sadar saya mendengar della meracau menyebut nama mantannya itu, saya berpikiran apa semua yg terjadi pada della saat ini ada hubungannya dengan mantannya itu pak?"
"Nak fahmi, sebaiknya saat ini kita jangan berprasangka buruk dahulu kepada siapapun, kita fokus saja kepada kondisi della, bapak mengerti perasaan nak fahmi, tp jgn sampai kita menduga-duga sesuatu tanpa ada dasarnya"
Bapak begitu bijaksana merespon pertanyaanku, aku pun merasa sedikit bersalah menanyakan soal asumsiku tentang mantan della. Benar kata bapak, sebaiknya sekarang aku lbh fokus ke kondisi della, agar secepatnya della bisa kembali normal.
"Pak, saya buatkan kopi ya"
Karena perasaan bersalahku akhirnya aku coba untuk menawari kopi ke bapak, meskipun bapak tidak sama sekali terlihat marah namun aku tetap merasa tidak enak.
"Boleh nak fahmi kalau tidak merepotkan".. Jawab bapak mengiyakan tawaranku.
Aku pun segera beranjak ke dapur untuk membuat 2 cangkir kopi, aku sempat menoleh ke arah jam yang sudah menunjukan pukul setengah 2 pagi.
Ketika sedang membuat kopi di dapur tiba2 ada hembusan angin dingin menerpa dari arah belakangku, reflek Aku coba menoleh ke arah belakang dan tidak ada apapun.
"Angin dari mana ya" gumamku dalam hati. Aku tetap melanjutkan membuat kopi. Tepat ketika aku ingin beranjak dari dapur aku dikejutkan oleh suara tertawa wanita yg terdengar begitu dekat, suaranya seperti ada di belakangku. Aku tidak berani menoleh lagi kebelakang lalu kupercepat langkahku meniggalkan dapur.
Saat itu waktu menunjukan jam 9 malam, aku masih berdua di ruang tengah bersama della yg blm juga sadarkan diri, hanya doa dan doa yg terus aku lantunkan saat ini, rasa lemas masih menggelayuti tubuhku setelah kejadian mahluk mengerikan yg aku lihat di depan rumah.
"Dell, ayoo bangun dell... Km gak boleh kaya gini terus, kita kan mau liburan, seneng2" gumamku pelan sembari membelai-belai rambut della. Sungguh perasaan ini seolah terombang ambing melihat kondisi della seperti ini.
Tak lama terdengar suara mobil di depan rumah, aku yakin itu pasti bapak, segera aku keluar dan membuka pintu.
'Alhamdulliallah ternyata benar bapak" ucapku dalam hati, rasa lega aku rasakan ketika akhirnya melihat bapak sudah kembali ke rumah.
"Assalamualaikum, gimana nak di rumah?" ucap bapak.
"Waalaikumsalam pak, sesuai pesan bapak sedari tadi saya hanya di rumah dan menjaga della, tapi della dari siang tadi sampai sekarang blm terbangun pak, saya bingung" jelas ku pada bapak yg saat itu baru keluar dari mobilnya.
"Yasudah ayok kita masuk dan cek kondisi della" ajak bapak, sambil bapak membawa satu botol besar air mineral yg dikeluarkan dari mobilnya.
"Nak fahmi, tolong pindahkan della ke kamar saja" pinta bapak padaku untuk memindahkan della ke kamarnya. Dan bapak terlihat mempersiapkan sesuatu entah apa.
"Pak, berat sekali pak, tubuh della kenapa jadi seberat ini" keluhku... aku tidak percaya hal yg saat ini terjadi, rasanya tidak mungkin aku selemah itu sampai tidak kuat mengangkat tubuh della seorang diri. Bapak pun segera menghampiriku dan mencoba membantuku mengangkat tubuh della. Bapak pun merasakan hal yg sama denganku, merasakan tubuh della menjadi begitu berat saat diangkat.
Akhirnya, tenaga ku dan tenaga bapak secara bersamaan baru bisa mengangkat tubuh della, perlahan kami pindahkan della ke kamarnya. Ini anehh, sungguh anehh.. Della yg tubuhnya terbilang kecil sampai harus dua orang laki-laki untuk mengangkatnya.
"Nak fahmi, bantu bapak membasuh air ini di bagian kaki della, ini air dari uwak, uwak pesan untuk mebasuhkan air ini di area kepala dan kaki della"
Tanpa banyak bertanya aku segera melakukan apa yg diminta bapak. Tak lama setelah kami basuhkan air itu della pun tersadar. Lega sekali rasanya aku melihat della yg sudah bisa membuka matanya. Namunn setelah bangun della justru bertingkah aneh, tiba2 dia tersenyum menatapku dan juga bapak, namun senyuman itu malah terlihat mengerikan.
Lalu della bangun dari posisi tidurnyaa, dia berjalan keluar kamar. Namun cara berjalannya sungguh aneh, della berjalan dengan memposisikan tubuhnya sedikit membungkuk dengan kedua tangannya di letakan ke belakang. Aku dan bapak saling bertatapan keheranan. Kami ikuti kemana della berjalan, rupanya della berjalan ke arah ruang tamu seperti ingin keluar dari rumah. Segera aku dan bapak menghalanginya. Bapak memegangi tubuh della, lalu mendudukannya di ruang tamu. Ketika duduk della masih bertingkah aneh, dan kini tiba-tiba dia malah bersenandung, ya della bersenandung seperti seorang sinden, suaranya sangat membuat bulu kudukku bergidik. Aku dan bapak sontak terkejut dan beristigfar mendengar suara della.
"Siapa km? Mau apa disini?".. Tanya bapak ke della, atau lebih tepatnya ke sosok yg sedang merasuki della. Tapi sepertinya pertanyaan bapak tidak digubris olehnya, dia tetap msh saja bersenandung seperti seorang sinden.
"Tolong keluar dari tubuh anak saya, jangan ganggu anak saya, siapapun km!!" kali ini bapak berbicara dengan nada sedikit membentak namun della malah menatap bapak dengan tatapannya yg begitu misterius, bukannya menjawab justru della malah tertawa dengan suara yg begitu melengking.
Bapak segera mengusapkan air pemberian uwak tadi ke wajah della, setelah itu della kembali tak sadarkan diri.
"Nak fahmi, sepertinya kita harus cari cara lain untuk mengatasi ini, sepertinya della harus ditangani secara intensif, besok lbh baik kita bawa della ke rumah uwak, ini sepertinya sudah bukan main" ucap bapak dengan nada yg begitu serius.
Aku bisa merasakan kekhawatiran bapak saat ini, aku pun sama khawatirnya dan tidak ingin terjadi hal yg lbh jauh lagi dari ini. Aku menyetujui rencana bapak untuk membawa della ke rumah uwak besok.
Malam ini aku dan bapak akan bergantian menjaga della, namun mengingat hal-hal aneh yg sedari tadi terjadi nampaknya akupun tidak akan bisa tidur begitu saja malam ini. Setelah memindahkan della ke kamar, bapak mengajaku untuk sholat isya berjama'ah. Kami sengaja sholat di dalam kamar della agar tetap bisa menjaga della. Selepas sholat aku dan bapak coba untuk membaca ayat-ayat suci agar suasana menjadi lebih tenang.
Tak terasa waktu sudah menginjak jam setengah 1 malam. Aku dan bapak masih terjaga.
"Pak kalau bapak mau istirahat duluan gakpapa pak, biar saya yg jaga della"
"Dakpapa nak, bapak juga blm mengantuk, kita ngobrol2 aja sekarang biar ndak bosan" terang bapak kepadaku.
Ditengah-tengah obrolan aku teringat soal mantan della, sejak awal aku memang tidak pernah menanyakan ini ke bapak dan kejadian ketika della tidak sadar dan meracau menyebut nama mantannya juga belum aku ceritakan ke bapak. Kali ini sepertinya waktu yg tepat untuk aku menanyakannya.
"Pak, apa bapak tau mantannya della?kalau gak salah namanya rando" tanyaku.
"Ndak ada mantan della yg ndak bapak kenal nak, della itu sangat terbuka sama bapak, termasuk soal mantannya itu, ada apa memangnya nak? Nak fahmi kenal dengan rando? "
"Kalau kenal sih engga pak, tapi kebetulan waktu itu ketika saya dan della makan pempek di resto dekat pasar kami bertemu rando, awalnya della tidak menyadari ada mantannya itu, jadi ketika kami makan disana saya merasa risih karna merasa ada yg memperhatikan saya dan della. Lantas saya bilang ke della bahwa ada orang yg sedari tadi memperhatikan kita, lalu della menjawab bahwa itu mantannya.. Tatapan rando saat itu sangat tidak bersahabat pak, bahkan ketika saya melempar senyum kepadanya dia sama sekali tidak merespon dengan ramah. Lalu pak, waktu itu ketika della dalam kondisi tidak sadar saya mendengar della meracau menyebut nama mantannya itu, saya berpikiran apa semua yg terjadi pada della saat ini ada hubungannya dengan mantannya itu pak?"
"Nak fahmi, sebaiknya saat ini kita jangan berprasangka buruk dahulu kepada siapapun, kita fokus saja kepada kondisi della, bapak mengerti perasaan nak fahmi, tp jgn sampai kita menduga-duga sesuatu tanpa ada dasarnya"
Bapak begitu bijaksana merespon pertanyaanku, aku pun merasa sedikit bersalah menanyakan soal asumsiku tentang mantan della. Benar kata bapak, sebaiknya sekarang aku lbh fokus ke kondisi della, agar secepatnya della bisa kembali normal.
"Pak, saya buatkan kopi ya"
Karena perasaan bersalahku akhirnya aku coba untuk menawari kopi ke bapak, meskipun bapak tidak sama sekali terlihat marah namun aku tetap merasa tidak enak.
"Boleh nak fahmi kalau tidak merepotkan".. Jawab bapak mengiyakan tawaranku.
Aku pun segera beranjak ke dapur untuk membuat 2 cangkir kopi, aku sempat menoleh ke arah jam yang sudah menunjukan pukul setengah 2 pagi.
Ketika sedang membuat kopi di dapur tiba2 ada hembusan angin dingin menerpa dari arah belakangku, reflek Aku coba menoleh ke arah belakang dan tidak ada apapun.
"Angin dari mana ya" gumamku dalam hati. Aku tetap melanjutkan membuat kopi. Tepat ketika aku ingin beranjak dari dapur aku dikejutkan oleh suara tertawa wanita yg terdengar begitu dekat, suaranya seperti ada di belakangku. Aku tidak berani menoleh lagi kebelakang lalu kupercepat langkahku meniggalkan dapur.
Diubah oleh caffeine.seeker 15-02-2020 11:28
sirluciuzenze dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Tutup