Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1604
Ajakan Yang Gagal
Pada saat perencanaan mengajak Drian untuk bergabung ke band ini, gue dan Emi rehat sejenak dari mikirin urusan band ini. Gue pun mengajak Emi untuk menonton sebuah film kerjasama Indonesia dan Jepang. Film ini bergenre action dan tentunya banyak sekali darah, sesuatu yang sangat gue gemari. Adegan brutal dan kasar banyak terdapat di film ini.

Film ini pun dilabeli Rated R dan 21+. Gue dan Emi tentunya nggak masalah karena umur kami sudah lebih dari cukup untuk menonton film dengan genre dan persyaratan seperti ini. Kami berangkat ke pusat kota pada suatu hari sehabis gue dan Emi pulang kerja.

Penonton di bioskop kala itu nggak terlalu ramai. Mungkin karena masih hari kerja sehingga penonton nggak begitu banyak. Gue pun mengantri sebentar untuk membeli karcis. Ternyata ada aturan untuk menonton film ini.

Diperiksa KTP untuk orang-orang yang sekiranya belum genap 18 tahun, sedangkan yang sudah terlihat lebih tua pun nggak diminta menunjukkan KTP. Gue nggak masalah karena harusnya memang seperti ini. Supaya target penontonnya nggak jadi ngaco.

Ketika gue dan Emi hendak membeli karcis, kejadian yang agak unik pun terjadi.

“Boleh lihat KTP-nya Mbak?” tanya petugas karcis dengan ramah kepada Emi.
Gue dan Emi langsung saling melihat, kemudian Emi dengan mimik muka sedih terpaksa mengeluarkan KTP-nya. Gue hanya bisa menahan tawa aja dengan kejadian ini. Sungguh suatu pemandangan yang bisa gue jadikan bahan ledekan seumur hidup Emi.

“Tapi saya sudah lebih dari 21 tahun loh Mbak.” Jawab Emi sambil mengeluarkan KTP-nya.

“Oh maaf mbak, saya kira masih SMA. Tapi boleh saya memastikan?” kata mbak tiket.

“Silakan nih mbak, diperiksa aja ya, barangkali ada yang salah.” kata Emi ketus.

“Mohon maaf sekali lagi ya mbak. Saya kira masih SMA. Silakan ini tiketnya.” Kata Mbak tiket lagi.
Setelah mendapatkan dua tiket bioskop ini, gue dan Emi keluar dulu untuk mengisi perut. Film akan mulai sekitar satu jam lagi. Cukup untuk kami makan malam dulu sebelum nonton.

“Hahahaha. Anj*ng, ini lawakan paling lucu udah. Lo dikata bocil. Hahahaha.” Kata gue yang nggak tahan lagi.

“Teroooss. Ledek aja gue, Zy.” Kata Emi dengan mimik muka merengut.

“Sumpah anj*ng ini lucu banget. hahaha. Tapi kan gue udah bilang, muke lo emang kayak bocah Mi. Akuin aja lah. Muka gue aja masih dikata anak kuliahan, nah lo ternyata malah disangkain anak sekolah. Hahaha. Bangs*t!”

“Ya atuh mau gimana lagi? Ini dari pabriknya sana kan nggak bisa diubah-ubah lagi Zy. Elaaaah. Ini udah kesekian kalinya gue dikata anak bocah yak. Nggak liat apa gue pakai baju kerja begini?”

“Hahaha. Anak-anak di kidzania juga kalau lagi main kan suka pakai baju kerja ala-ala profesi yang mereka pilih, apa bedanya?”

“A*uuuuu!!”

“Hahaha. Asli ini gue puas banget deh.”

“Terserah lo aja Zy.”

“Haha dia ngambek. Yaudah makan dulu aja, kamu pesen sebanyak yang kamu mau. Biar nggak bete lagi.”

“Beneran? Yaudah aku mau banyak pesennya ya.”

“Bebas deeeeh. Hahaha.”

Benar aja, Emi ternyata memilih beberapa menu sekaligus. Gue sampai geleng-geleng kepala, dan meyakinkan dia apa bisa dihabiskan dalam waktu kurang dari satu jam. Dia jawab bisa. Benar aja, dia mampu menghabiskan makanan yang dipesan dalam waktu kurang dari satu jam. Kalau diibaratkan, porsi makan kami malam itu adalah porsi makan 5 orang, tapi kami makan berdua. Haha.

--

Gue dan Arko sudah berada diruang tamu rumah Drian. Keluarga Drian ini adalah keluarga yang sangat taat terhadap aturan, jadinya terkesan kaku. Gue dan Arko aja yang udah biasa kerumah dia dari jaman SMA mesti duduk dulu diruang tamu sebelum bisa melangkah masuk langsung ke kamar tidurnya. Padahal biasanya juga gue dan Arko langsung aja masuk kamar dan biasa aja kalau kita ngobrol dikamar Drian.

“Jadi gini, gue dan Ija berencana untuk ngeband lagi nih Dri. Karena belum sempurna personilnya, makanya gue mau ajak lo lagi buat jadi gitaris kita. Kenapa? Chemistry. Itu dia kuncinya. Kita udah bareng-bareng dari lama kan. Bahkan lo sama Ija udah mulai duluan barengannya dari sebelum gue.” kata Arko.

“Intinya sih nanti kita bakalan balik manggung dijepangan. Toh yang bener-bener ilang dari komunitas kan cuma gue doang. Lo sama Arko masih punya band yang ada dikomunitas, kalau gue kan udah nggak ada band lagi. Jadi mestinya sih skema band-bandan sekarang dibanding sama jaman kita jaya dulu lo bisa bedain dan pahamin deh.” Gue menimpali.

“Gimana?” tanya Arko.

Drian terdiam agak lama. Sepertinya dia agak terkejut juga dengan penawaran ini. Sebelumnya gue dan Arko memang nggak bilang maksud kami datang kerumah Drian itu untuk mengajak dia kembali ngeband bareng. gue dan Arko bilang mau silaturahmi karena kan udah lama banget nggak kumpul bareng dan ngobrol bareng secara langsung, biasanya cuma ngobrol sepintas-sepintas aja di grup WA.

“Jadi kalian kesini mau ngajakin gue ngeband lagi? Hahaha. Gue pikir mau ngapain. Mengenai tawaran ini sih sebenarnya menarik ya. tapi gimana ya? gue itu lagi konsentrasi ke band gue yang sekarang kan. Apalagi udah mau ngeluarin mini album kan. Dan lagi di band yang sekarang kalo cover nggak lagu-lagu kayak kita dulu bawain, lebih variatif. Terus, gue masih rada susah sih sebenernya untuk bagi waktu antara kerja sama ngeband, apalagi kalau bandnya ada dua.” Kata Drian, terlihat raut wajah yang sangat bimbang.

“Ya itu kan bisa lah diatur. Toh lagu-lagunya kan juga nyesuaiin sama keadaan yang diminta sekarang. Tapi ya core kita tetep bawain lagu-lagu band yang biasa kita coverin.” Gue mencoba menyakinkan.

“Iya sih gue tau, kita juga kan udah lama bareng-bareng. tapi gue kayaknya butuh penyegaran sih sebenernya. Biar nggak bosen aja. Dan gue mau bikin lagu.”

“Ya nggak apa-apa, kita bikin lagu bareng lagi kan bisa. Dulu juga kan kita bisa ngehasilin banyak lagu pas bareng-bareng bukan?” kata Arko menimpali.

“Gimana ya, gue mau banget sih sebenernya, tapi yaitu tadi, gue belum paham ngatur waktunya gimana, kerjaan gue dikantor padet banget bro. Plus lagi, gue mau bikin lagu dengan formasi band yang sekarang bro-bro sekalian.”

“So, berarti kita belum bisa barengan lagi nih?” kata gue mencoba memastikan.

“Hmmmm…kayaknya belum deh. Ya tapi bukan berarti kalau nggak ada gue, band baru lo pada jadi nggak jalan ya. apalagi komposisi yang paling susah dicari, drumer, itu udah ada. Dikomunitas kita ini kan paling susah nyari drumer.” Kata Drian, mulai mantap memilih.
“Hahaha iya. Barang langka emang drumer. Makanya si Arko ini laku keras dipasaran. Bangs*t emang. Haha.” Kata gue sambil tersenyum getir ke Arko.

“Wahahha bisa aja lo Ja.” kata Arko nggak kalah getir.

Selanjutnya pembicaraan kami lebih ke nostalgia jaman-jaman ngeband bareng dari jaman SMA sampai sebelum pada mulai bekerja. Sepertinya Sion juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemikiran Drian. Drian ini merupakan orang yang gampang sekali terhasut. Ada orang yang pintar ngomong dan memanipulasi pasti dia langsung kebawa. Sion adalah orang yang sangat pandai bermain dengan kata-kata. Dia satu band dengan Drian, fix Drian pasti kebawa.

Gue nggak tau apa yang dibilang oleh Sion. tapi ketika sekarang lo baru memulai untuk menjadi musisi, gue rasa itu bukan pilihan yang tepat. Sion memang passionnya di seni, dan dia pun bekerja yang berhubungan dengan dunia tersebut. Sementara Drian, dia itu saintis yang sekarang bekerja disalah satu perusahaan IT besar di ibukota. Plus dia memiliki kemampuan main gitar diatas rata-rata.

Karir sudah bagus tapi masih mau mengejar jadi musisi? Gue rasa ini bukan ide orisinil dari pemikiran Drian. Gue tau banget siapa Drian. Tapi gue juga nggak nyalahin Sion yang kemungkinan bikin Drian jadi berpikir seidealis itu. Memang Driannya aja yang nggak bisa tegas dengan sebuah pilihan. Wajar juga jadinya dalam percintaan pun dia kandas terus. Kurang tegas sih bocahnya.

Gue pun melaporkan perkembangan pertemuan gue dengan Drian ini ke Emi. Gue menceritakan kalau gue gagal membujuk Drian untuk kembali main bareng gue dan Arko. dan disinilah gue melihat sesuatu yang berbeda antara Emi dan Ara. Optimisme Emi jauh lebih besar dari Ara dan dia sanggup meyakinkan gue kalau misalnya dia bisa mengajak seorang Drian ngeband bareng lagi sama gue dan Arko. Padahal dia juga belum kenal banget sama Drian kan.

Emi juga merancang rencana pertemuan gue dan Arko dengan Ito.

“Gini deh. Gue ngehubungin Bang Drian lagi entar. Weekend nanti kita ketemu sama Bang Ito. Lo sama Bang Arko ajak deh itu Bang Ito gabung. Bang Drian biar gue yang urus. Dia pasti mau kok, yakin gue.” ujar Emi mantap.

“Lo ngomong pede amat, Mi? Drian diajak gue sama Arko aja nggak mempan. Apalagi sama lo? Orang baru kenal begitu.” gue meragukan Emi.

“Lo percaya sama gue nggak?”

“Gue selalu percaya sama lo, tapi ngajak Drian? Itu yang gue nggak percaya. Tapi terserah lo sih kalau mau coba.”

“Atur aja buat ketemu sama Bang Ito. Nanti bassist-nya mau siapa?”

“Ada Tyo, tetangga gue dia mah. Temen gue dari kecil. Gampang nanti diaturnya.”

“Bang Tyo nanti gue yang urus langsung kalau gitu.”

“Hah? Hahaha. Mi, lo seriusan mau langsung ngehubungin Drian sama Tyo? Lo lagi kenapa sih?”

“Lagi butuh belaian cowok! Lo doang kurang, Zy. Satu doang mana cukup! Soalnya saya minum dua!”

“Bangs*t! Lo kata gue Yakult? Hahaha.”

“Bacot Anda, Zy. Buru kirimin gue nomor mereka, sisanya gue yang urus. Oke?”

“Aturlah, Mi.”

Ya, begitulah Emi kalau udah punya mau, niatnya benar-benar 100%, totalitas, dan budaya coba dulu ini khas milenial kreatif banget. Ini yang bikin gue juga jadi bersemangat kalau melakukan sesuatu. Pasti Emi selalu mendukung gue. Di lain sisi, mulai juga muncul rasa bagaimana kalau nanti ini mencapai titik bosan? Gue benar-benar banyak samanya dengan Emi. Apa nanti nggak muncul rasa bosan?

Pada saat seperti ini, selalu aja ada orang yang datang. Mereka seperti tau saat tepat untuk mencoba masuk kembali kepikiran gue. Dee dan satu orang dari masa lalu menghubungi dihari yang sama. Bahkan dengan nada chat yang kurang lebih sama.

Pusing kembali melanda.

Diubah oleh yanagi92055 13-02-2020 21:56
khodzimzz
annisasutarn967
itkgid
itkgid dan 23 lainnya memberi reputasi
24
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.