- Beranda
- Stories from the Heart
Kacamata Si Anak Indigo (E. Praktek Lapangan)
...
TS
kingmaestro1
Kacamata Si Anak Indigo (E. Praktek Lapangan)
Mungkin kita tak menyadari bahwa di sekeliling kita ada makhluk yang hidup berdampingan dengan kita. Dan kadang mungkin juga kita tak menyadari bahwa kita dan mereka hanya terpisah oleh batas yang tipis, setipis benang.
Bisakah kita berinteraksi dengan mereka? Bisakkah kita berteman dengan mereka?. Di thread ini ane akan menceritakan bagaimana seorang anak manusia berinterkasi dengan mereka.
Cerita ini berdasarkan pengalaman ane pribadi, di dalam penulisan thread ini tidak ada unsur paksaan untuk percaya atau tidak, thread ini ane tulis hanya untuk berbagi pengalaman semata.
INDEX
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28Part 29
30
Bisakah kita berinteraksi dengan mereka? Bisakkah kita berteman dengan mereka?. Di thread ini ane akan menceritakan bagaimana seorang anak manusia berinterkasi dengan mereka.
Cerita ini berdasarkan pengalaman ane pribadi, di dalam penulisan thread ini tidak ada unsur paksaan untuk percaya atau tidak, thread ini ane tulis hanya untuk berbagi pengalaman semata.
INDEX
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28Part 29
30
Diubah oleh kingmaestro1 27-09-2021 10:31
bebyzha dan 51 lainnya memberi reputasi
50
60.8K
630
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kingmaestro1
#460
Part 27
Hari itu adalah hari pengenalan untuk dua orang yang melamar sebagai sekretaris, ternyata dua orang yang di ceritakan pak Bambang kemaren berjenis kelamin perempuan.
Satu orang yang bernama Melda akan menjadi sekretaris pak Bambang sedangkan yang satunya akan menjadi sekretaris gue, namanya adalah Selly. Pengenalan itu kaga di hadiri oleh semua karyawan, melainkan hanya pak Hasan, pak Bambang dan Gue, hal ini berbeda dengan pengenalan kami yang di hadiri oleh semua staff.
Setelah acara pengenalan itu, kami balik ke ruangan masing-masing, gue yang beberapa minggu ini nempati ruangan itu sendiri jadi agak kikuk karna sekarang ruangan itu di tempati oleh dua orang.
Ohya gue lupa mereka berdua memang belum terlalu tua, usia mereka sekitar dua puluh tiga tahun, tapi bagi gue tetap aja mereka tua karna usia mereka di atas usia gue.
Pagi itu seperti biasa, gue kembali bekerja mengawasi jalannya program-program yang telah di pasang, dan merampungkan program gue agar hari ini selesai dan siap di uji cobakan besok. Dalam fokus yang terbagi itu, mata gue menangkap bahwa program V3 yang di gunakan oleh divisi pengembang mengalami masalah.
"Maaf mbak bisa bantu saya?" tanya gue ke selly.
"Oh bisa pak apa yang harus saya lakukan?"
"Hmhm sebelumnya kaga usah manggil bapak deh mbak, apa saya setua itu?"
"Maaf pak, bapak kan atasan saya"
"Status saya masih magang di sini mbak, jadi kaga usah formal gitu"
"Oh iya baik mas"
"Gini mbak, tolong hubungi kepala divisi pengembang, untuk setengah jam kedepan program V3 bakal maintenance, jadi sebaiknya di off kan dulu"
"Baik mas"
Selly pun langsung meraih gagang telpon dan menghubungi kepala divisi pengembang. Gue pun langsung melakukan perbaikan ke program V3, kaga sampai setengah jam program itu udah bisa di operasikan lagi.
Selesai repair tu program, gue lanjut lagi ngerjain program gue sambil berpikir alangkah lambatnya sistem di disini, gue jadi terbesit buat ngadain virtual semua program di sini, jadi misalkan ada program yang bertingkah kek tadi mereka masih bisa ngejalani program yang sama, karna kaga semua maintenance bisa secepat tadi.
Beberapa jam menjelang istirahat program gue selesai seratus persen, gue ngelakuin finishing untuk mastiin tu program ready to fight dan siap di eksekusi besok. Setelah ngebackup dan nyimpan di tempat yang aman gue lirik jam tangan gue, masih ada setengah jam lagi sebelum istirahat.
Gue langsung ngebuat proposal program virtual itu, setengah jam itu bagi gue cukup banget untuk nyelesaiin proposal tersebut. 10 menit menjelang istirahat proposal itu gue print out dan gue masukin ke map lalu gue serahin ke selly.
"Mbak nanti habis makan siang tolong anterin ini ke ruangan pak Bambang ya"
"Baik mas"
"Kaga usah pake mas deh mbak panggil Ari aja"
"Ya ga bisa gitu donk mas, walau bagaimanapun mas itu atasan saya dan ini di kantor lho"
"Gatel telinga gue denger bahasa formal mbak hehehe"
"Bisa aja mas"
"Saya tinggal ke mushalla dulu ya mbak"
"Mau shalat mas? Kan belum masuk waktunya"
"Ya siap-siap aja mbak tiga menit lagi adzan kok"
"Oh ya udah selamat shalat ya mas"
"Thanks mbak"
**********
Usai makan siang gue balik ke ruangan, masih ada waktu buat nyantai sebelum kerja lagi. Sampai di ruangan hp gue berbunyi ternyata ada telepon dari Clara.
"Kak bisa ke sini sekarang?"
"Kenapa dek?"
"Ara takut kak"
"Takut kenapa dek?"
"Ara ngeliat tuyul tadi kak di toilet, trus di ruangan tiba-tiba Ara liat nenek muka rusak"
"Tenang aja dek itu cuma perasaan elu aja"
"Engga kak, soalnya yang liat bukan Ara aja temen Ara seruangan liat semua kok"
"Trus ke sana gue ngapain dek?"
"Ara mau izin pulang aja kak, kakak izin pulang juga ya temenin Ara"
"Hmhm oke deh"
"Makasih ya kak"
"Sama-sama"
Gue pun langsung minta izin ke pak Bambang buat pulang, awalnya sih beliau kaga ngasih sampe akhirnya gue bilang ini menyangkut masa depan gue, baru deh beliau kasih izin.
Gue langsung memacu motor gue di luar batas yang di bolehin, mau gimana juga gue khawatir ama keadaan Clara. Sampai di sana gue langsung nemuin Clara di lobby lalu ngebawa dia pulang.
Satu orang yang bernama Melda akan menjadi sekretaris pak Bambang sedangkan yang satunya akan menjadi sekretaris gue, namanya adalah Selly. Pengenalan itu kaga di hadiri oleh semua karyawan, melainkan hanya pak Hasan, pak Bambang dan Gue, hal ini berbeda dengan pengenalan kami yang di hadiri oleh semua staff.
Setelah acara pengenalan itu, kami balik ke ruangan masing-masing, gue yang beberapa minggu ini nempati ruangan itu sendiri jadi agak kikuk karna sekarang ruangan itu di tempati oleh dua orang.
Ohya gue lupa mereka berdua memang belum terlalu tua, usia mereka sekitar dua puluh tiga tahun, tapi bagi gue tetap aja mereka tua karna usia mereka di atas usia gue.
Pagi itu seperti biasa, gue kembali bekerja mengawasi jalannya program-program yang telah di pasang, dan merampungkan program gue agar hari ini selesai dan siap di uji cobakan besok. Dalam fokus yang terbagi itu, mata gue menangkap bahwa program V3 yang di gunakan oleh divisi pengembang mengalami masalah.
"Maaf mbak bisa bantu saya?" tanya gue ke selly.
"Oh bisa pak apa yang harus saya lakukan?"
"Hmhm sebelumnya kaga usah manggil bapak deh mbak, apa saya setua itu?"
"Maaf pak, bapak kan atasan saya"
"Status saya masih magang di sini mbak, jadi kaga usah formal gitu"
"Oh iya baik mas"
"Gini mbak, tolong hubungi kepala divisi pengembang, untuk setengah jam kedepan program V3 bakal maintenance, jadi sebaiknya di off kan dulu"
"Baik mas"
Selly pun langsung meraih gagang telpon dan menghubungi kepala divisi pengembang. Gue pun langsung melakukan perbaikan ke program V3, kaga sampai setengah jam program itu udah bisa di operasikan lagi.
Selesai repair tu program, gue lanjut lagi ngerjain program gue sambil berpikir alangkah lambatnya sistem di disini, gue jadi terbesit buat ngadain virtual semua program di sini, jadi misalkan ada program yang bertingkah kek tadi mereka masih bisa ngejalani program yang sama, karna kaga semua maintenance bisa secepat tadi.
Beberapa jam menjelang istirahat program gue selesai seratus persen, gue ngelakuin finishing untuk mastiin tu program ready to fight dan siap di eksekusi besok. Setelah ngebackup dan nyimpan di tempat yang aman gue lirik jam tangan gue, masih ada setengah jam lagi sebelum istirahat.
Gue langsung ngebuat proposal program virtual itu, setengah jam itu bagi gue cukup banget untuk nyelesaiin proposal tersebut. 10 menit menjelang istirahat proposal itu gue print out dan gue masukin ke map lalu gue serahin ke selly.
"Mbak nanti habis makan siang tolong anterin ini ke ruangan pak Bambang ya"
"Baik mas"
"Kaga usah pake mas deh mbak panggil Ari aja"
"Ya ga bisa gitu donk mas, walau bagaimanapun mas itu atasan saya dan ini di kantor lho"
"Gatel telinga gue denger bahasa formal mbak hehehe"
"Bisa aja mas"
"Saya tinggal ke mushalla dulu ya mbak"
"Mau shalat mas? Kan belum masuk waktunya"
"Ya siap-siap aja mbak tiga menit lagi adzan kok"
"Oh ya udah selamat shalat ya mas"
"Thanks mbak"
**********
Usai makan siang gue balik ke ruangan, masih ada waktu buat nyantai sebelum kerja lagi. Sampai di ruangan hp gue berbunyi ternyata ada telepon dari Clara.
"Kak bisa ke sini sekarang?"
"Kenapa dek?"
"Ara takut kak"
"Takut kenapa dek?"
"Ara ngeliat tuyul tadi kak di toilet, trus di ruangan tiba-tiba Ara liat nenek muka rusak"
"Tenang aja dek itu cuma perasaan elu aja"
"Engga kak, soalnya yang liat bukan Ara aja temen Ara seruangan liat semua kok"
"Trus ke sana gue ngapain dek?"
"Ara mau izin pulang aja kak, kakak izin pulang juga ya temenin Ara"
"Hmhm oke deh"
"Makasih ya kak"
"Sama-sama"
Gue pun langsung minta izin ke pak Bambang buat pulang, awalnya sih beliau kaga ngasih sampe akhirnya gue bilang ini menyangkut masa depan gue, baru deh beliau kasih izin.
Gue langsung memacu motor gue di luar batas yang di bolehin, mau gimana juga gue khawatir ama keadaan Clara. Sampai di sana gue langsung nemuin Clara di lobby lalu ngebawa dia pulang.
Diubah oleh kingmaestro1 13-02-2020 21:36
hendra024 dan 28 lainnya memberi reputasi
29