- Beranda
- Stories from the Heart
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
...
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue
(私のスレッドへようこそ)
(私のスレッドへようこそ)
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR
Spoiler for Season 1 dan Season 2:
Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:
INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH
Spoiler for INDEX SEASON 3:
Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#1584
Bulatkan Tekad
Keinginan gue untuk kembali ngeband menjadi sangat besar karena Emi mau untuk diajak bekerjasama. Itu tandanya akan banyak interaksi yang bisa gue lakukan dengan Emi. bahasan kami sudah sangat banyak dan nggak ada habisnya, sekarang ditambah lagi urusan kembali ngeband dan Emi menjadi manajer? Wah ini sih luar biasa.
Kisah gue dengan Ara dulu pun seperti ini. Hanya aja, gue nggak pernah bisa jadian sama Ara. Gue dulu sangat menyayangi dia. tapi kami nggak pernah benar-benar jadian. Ara sudah tau perasaannya ke gue seperti apa dan gue pun sama. Salah satu alasan kenapa Ara mau jadi manajer adalah keberadaan gue disana. Dia mau terus dekat dengan gue dan rela untuk banyak belajar demi menjadi manajer yang baik.
Emi juga gue minta untuk aktif lagi seperti dirinya dulu. Menjadi alternya yang bernama Erika. Tapi memang susah untuk memulai kembali. Karena banyak teman-temannya yang dulu sudah nggak aktif lagi dijepangan, begitu juga dengan teman-teman gue. saat ini komunitas seperti benar-benar baru bagi kami berdua. Dan ada pergeseran kebiasaan yang nggak pernah terjadi dulu. Apresiasi terhadap performer yang manggung.
Seperti yang sudah pernah gue kisahkan sebelumnya kalau komunitas ini begitu banyak diisi oleh wajah baru yang sepertinya nggak banyak tau tentang sejarah komunitas ini dan apa semangat yang dibawa sebenarnya sehingga terbentuk sebuah komunitas besar sampai saat ini.
Mungkin gue bukanlah pionir dikomunitas ini. Tapi gue berhak untuk bangga karena gue masuk kedalam komunitas ini ketika komunitas ini tidak melahirkan sub koloni didalamnya. Komunitas gue dulu adalah sebuah komunitas kecil dengan berbagai macam hobi, intinya suka yang berbau jepang, tapi nggak saling menyingkirkan satu sama lain.
Memang tidak mudah, bahkan tidak bisa, menyatukan anak-anak band dengan para cosplayer atau otaku yang senang dengan komik. Ada dunia yang berbeda walaupun semuanya punya benang merah yang sama, jepangan. Tapi ya itu tadi, karena berbeda hobi, makanya beberapa tidak bisa disambung-sambungkan secara paksa.
Karena mengusung samanya visi ketika itu, yaitu membangun komunitas pecinta jepang yang sinergis, jadinya sering diadakan acara-acara festival jepang (bunkasai) yang mengakomodir segala jenis hobi tersebut. Dari mulai band, cosplay, pecinta anime, dan juga pecinta budaya tradisional jepang. Dulu juga sudah mulai ada dance-dance cover, tapi belum se-booming sekarang.
Untuk mengakomodir semuanya, kadang anak band membawakan soundtrack anime kesukaan para pecinta anime atau manga dan cosplayer, lalu banyak juga cosplayer yang berdandan ala band visual kei (contoh : Malice Mizer, the GazettE, Dir en Grey) karena eksentriknya band-band ini dalam menampilkan keunikannya, atau kadang anak band sambil manggung cosplay juga dengan karakter anime favoritnya yang kebetulan soundtrack-nya mereka bawakan. Semua harmonis aja.

Mulustrasi Cosplayer Band Malice Mizer Sumur
Tetapi ada missing linkyang gue lewatkan dan sayangnya ketika transisi ini terjadi, gue lagi nggak ada dikomunitas itu. Tapi Emi ada dikomunitas tersebut ketika transisi terjadi. Emi nggak merasa ada transisi karena dia baru aja masuk ketika transisi terjadi, sehingga dia nggak merasakan adanya banyak perubahan. Emi taunya komunitas saat itu seperti itu saja. Nggak ada yang berubah.
Pertanyaan dan pernyataan antara gue dan Emi akhirnya bisa ketemu ketika kami berdiskusi. Dan ya, perubahan tersebut memang dimulai setahun setelah Emi masuk dikomunitas tersebut, tepat ketika gue berpamitan secara nggak langsung saat panggungan terakhir gue (yang ternyata dihadiri oleh Emi) sebelum gue sempat kembali aktif dua tahun setelahnya.
Sebenarnya ketika gue sempat aktif lagi sebentar itu pun sudah sangat berasa perubahannya, dari mulai penonton yang nggak lagi apresiatif, mulai banyak kubu-kubu tertentu yang seringkali bentrok satu sama lain, dan komunitas ini sudah semakin besar tentunya.
Ketika gue dan Emi memutuskan untuk kembali lagi secara bersamaan pada momen ini pun, perubahan besar sangat terasa bagi kami. Terutama bagi gue. gue pun akhirnya seperti membagi fase ini menjadi 4 fase. Dari mulai fase awal dimana generasi sebelum gue sebagai inisiator, kemudian angkatan gue yang sedikit banyak punya andil membuat komunitas ini menjadi besar banget, lalu setelahnya angkatan Emi masuk yang akhirnya menikmati jerih payah angkatan gue (jaman keemasan komunitas), dan akhirnya angkatan yang saat ini banyak bercokol dikomunitas (era baru).
Era baru ini dari kacamata dua generasi berbeda, yaitu gue dan Emi, memiliki satu lubang besar bernama apresiasi. Apresiasi anak-anak yang sekarang ada itu sangat minim. Hanya orang-orang dikenal atau lagu dan apapun yang dikenal aja yang diapresiasi. Sedangkan kalau yang nggak dikenal? Ya kejawab lah pastinya, bakal dicuekin. Dikasih tepuk tangan aja udah syukur banget.
Dari dua generasi berbeda aja kami bisa menyimpulkan satu kesamaan, padahal menurut gue, generasi Emi sebenarnya yang mulai melunturkan semangat kebersamaan di generasi ini dengan membuat kubu-kubu tertentu. Baik itu kubu antar anak band, kubu antar anak cosplayer atau kubu diantara anak-anak band, anak-anak cosplayer, anak-anak dance cover, dan anak-anak pecinta komik.
Apakah gue dan Emi bisa untuk naklukin komunitas ini sekali lagi dengan keadaan yang sudah sangat berbeda ini? Pertanyaan ini selalu menghantui gue dan Emi ketika berbicara tentang kemungkinan kembalinya gue dan siapa aja yang mau ngeband bareng gue lagi. Entah kenapa Emi memiliki keyakinan untuk kami bisa menaklukan komunitas ini.
--
Emi sudah mulai bekerja di PT. GG, sebuah perusahaan dengan semangat yang hebat untuk menjadi game changer. Game changer pada situasi yang memprihatinkan atas isu-isu miris yang terjadi dinegara ini. Isu seksi tapi belum ada yang berani untuk melangkah lebih jauh untuk membuat perubahan. Inilah salah satu alasan kenapa Emi berani untuk melamar di perusahaan yang baru berdiri beberapa bulan ini.
Co-Founder-nya adalah orang-orang muda yang sangat potensial. Gue dan Emi sebelumnya tidak pernah mendengar nama mereka. Tapi setelah banyak googling, gue dan Emi menjadi tau serta yakin kalau perusahaan ini bisa berjalan sesuai trek yang mereka buat sendiri, tapi sesuai dengan semangat perubahan yang ingin mereka lakukan.
Semoga aja perusahaan ini kedepannya nggak melulu membicarakan soal untung rugi, tapi memberikan solusi yang belum ada dan belum sanggup dikemukakan banyak orang lain diluar sana, seperti yang banyak perusahaan start-up lakukan sampai saat ini. Gue hanya takut dengan usia mereka yang masih terhitung belia dikancah bisnis seperti ini, mental mereka belum sesiap itu untuk menjadi pure professional.
Gue sama sekali tidak meng-under estimate orang yang pengalaman dan umurnya lebih sedikit dari gue. justru gue sangat yakin semangat muda mereka dan pendidikan serta pengalaman yang udah mereka dapatkan selama ini bisa jadi modal penggerak perusahaan ini agar lebih maju.
Kebetulan co-founder-nya ini lulusan luar negeri semua dan selama mereka menempuh pendidikan pasca sarjana mereka diluar negeri, semuanya gratis, alias beasiswa prestasi. Jadi ya sudah pastilah mereka memiliki otak yang cerdas. Ketika gue lihat mereka lulusan universitas mana aja gue sampai geleng-geleng kepala. Ini orang-orang cerdasnya amit-amit banget. Tinggal bagaimana mengembangkan leadership dan kemampuan berbisnisnya.
Jujur aja, gue sempat agak minder juga dengan kenyataan kalau mereka mampu bersekolah dengan beasiswa prestasi di universitas-universitas ternama dalam negeri, dan diluar negerinya pun sama, bukan universitas sembarangan dan bahkan masuk lima besar universitas terbaik dunia.
Universitas gue dan Emi juga masuk lima besar, walaupun levelnya masih nusantara. Tapi bukan berarti lulusan universitas ini nggak bisa bersaing loh ya. Rekrutmen yang diadakan oleh PT. GG ini ternyata sangat memperhatikan masalah lulusan dari mana. Dan sayangnya, lulusan dari kampus gue seperti nggak mendapatkan tempat yang baik dihati para pendirinya.
Setidaknya itu yang dikatakan Emi. atasannya selalu menganggap kalau Emi yang mana jadi satu-satunya karyawan yang berasal dari kampus gue, itu kurang bisa dipercaya dan bahkan kalau kasarnya ngomong, nggak bisa kerja. Nyatanya, Emi ditempatkan tidak pada tempat terbaiknya. Emi memiliki masalah kepercayaan diri dan nggak terlalu lancar berkomunikasi dengan orang lain.
Berbeda dengan gue yang sangat percaya diri, Emi agak kesulitan untuk hal ini. Ini yang jadinya menghambat pekerjaanya yang selalu di push untuk menghasilkan uang melalui komunikasi persuasif dengan orang lain. Kemampuan meyakinkan ala marketing itu nggak dimiliki oleh Emi, setidaknya belum terlatih saat itu.
Gue udah coba bilang kalau minta dipindah diposisi lain, seperti adminitrasi kantornya yang kala itu pasti dibutuhkan karena kantornya kan masih sangat baru. Aturan sistematis harus dibuat sehingga semuanya rapi dan urusan mengurutkan serta kerapihan model begini Emi adalah jagoannya. Manajemen seperti ini yang bisa dilakukan dengan baik oleh Emi. Tapi sepertinya belum bisa dilaksanakan. Jadinya gue hanya bisa bilang untuk bersabar lebih lama.
--
Satu malam Arko secara random menelpon gue. Dia awalnya bercerita dengan ketidaknyamanannya untuk ngeband dengan bandnya yang sekarang.
“Gue sih sebenarnya agak kurang sreg kalau vokalisnya dia. Karena lagu-lagu yang band ini bawain kan dulu sempat dibawain juga sama band kita, dan suara lo sangat cocok untuk coverin band ini. Sementara dia kan bukan penyanyi dari awalnya juga, makanya jadi kurang cocok aja. teknik vokalnya juga nggak sekuat lo. Pengalaman apalagi.” Arko menerangkan.
“Haha ya kan itu dulu lo yang mau. Gue juga sebenarnya mau aja ngeband lagi tapi sama siapa? Kan udah pada punya band masing-masing dan gue yakin dengan kesibukan pekerjaan masing-masing, untuk kita balik lagi barengan dan punya dua band itu bakalan ribet banget sih.” Kata gue.
“Iya sih, dulu gue mikir kita udah nggak bakalan bisa bareng-bareng lagi kan, mana si Ito udah cabut entah kemana, Ara entah kemana, lo juga mulai ilang-ilangan karena sibuk kerja. Dari situ ternyata gue dapat tawaran buat main bareng sama band yang sekarang, makanya gue terima aja. tapi manggung juga jarang. Masa udah bertahun-tahun ada, ini band manggungnya masih bisa dihitung jari? Hahaha.”
“Hahaha. Itu karena pilihan lagu kalian sih yang terlalu tua. Band itu udah terlalu lama, bahkan sebelum laruku ada, Luna Sea udah ada duluan. Lagu-lagunya juga berat lagi. Nggak bisa sekali dengar langsung enak kayak One Ok Rock yang sekarang lagi booming banget di komunitas.”
“Mungkin juga sih, tapi gimana ya, soul kita kan band-band kayak gitu Ja. ngeband tapi nurut kemauan pasar emang nggak selamanya enak. Apalagi ngelawan apa yang kita mau sebenarnya kan.”
“Cuma sekarang gini, komunitas sekarang itu apresiasi terhadap band-band-an sangat payah. Apalagi dengan adanya dance cover yang memperlihatkan visualisasi yang lebih menarik (cewek-cewek loli) dan unyu-unyu itu, anak band pasti kalah telak. Dulu band-badn yang dandan kan maennya pada ngaco. Kalau ada yang rapihan dikit dan dandan itu kita, tapi lo masih mau dandan kayak dulu emang kalau kita balik lagi? Hahaha. Badan udah kayak sapi perah gitu didandanin visual kei adanya disangkain badut ancol lo. hahahaha.”
“Bangs*t lo Ja, disamain sama badut. Hahaha. Tapi iya sih emang susah juga lawan-lawan kita saat ini. Panggungan lebih banyak dikuasain sama anak-anak dance cover ini. Selain biayanya murah, tinggal colok flashdisk doang, udah gitu nggak perlu ribet-ribet dan mahal-mahal ngeluarin segala sesuatu yang berhubungan dengan sound system kan. Kalau band kan ribet banget.”
“Nah itu dia Ko, salah satu alasannya. Udah gitu gue yakin banget anak-anak band ini sok idealis manggung minta dibayar tinggi kan? Panitia itu sekarang pada kere-kere dan seperti kesulitan untuk cari sponsor. Entah emang pada bloon atau emang nggak ada niatan. Jadinya budget minim. Yang mau dibayar dengan budget minim ya dance cover atau perlombaan cosplay palingan. Kalau sewa alat band udah pasti mahal, belum lagi ntar ada checksound, bayar listrik, bayar kru, bayar band yang manggung, nyedian LO setiap band, Technical meeting dan lain sebagainya, tapi outputnya, band-band ini nggak bisa narik massa yang banyak untuk hadir diacara padahal udah seribet itu ngurusinnya, ya kalau gue sebagai panitia dengan keadaan yang kayak gini pasti lebih milih yang efektif dibudget, tapi dijamin bisa ngedatengin massa yang banyak. Bener nggak?”
“Iya sih, emang keadaannya semiris itu sekarang. Dulu kita rutin manggung dikafe-kafe karena panitianya profesional yang mau bersusah payah nyari sponsor, jadinya tempat manggungnya pun lebih berkelas, alat bagus, dan bisa bayar band secara profesional. Nah sekarang? Panitianya cuma anak-anak SMA atau mahasiswa yang biasanya sastra jepang, atau yang ikutan ekskul bahasa jepang. kayaknya mereka juga nggak terlalu paham berorganisasi karena nggak ikutan OSIS atau himpunan dikampusnya. Jadinya seadanya aja ngadain acara. Judulnya mereka sudah susah payah ngadain acara. Susah payah menurut standar mereka. Nggak ada pembanding lain.”
“Itulah. Plus lagi mereka-mereka yang ngadain acara turun temurun ini kok kayak nggak belajar dari kesalahan panitia sebelumnya. Gue herannya mereka ini nanya-nanya dulu nggak sih kesenior mereka kalau ngadain acara ini tuh bagaimana dimasa lalu? Masa kesalahan yang sama hampir selalu diulang? Udah gitu kalau ngundang performer itu lagi itu lagi. Apaan coba. Kayak nggak mau beranjak dari zona nyaman ya nggak sih? Kalau gini ceritanya talent yang ada dikomunitas bisa mati sebelum berkembang sama sekali.”
“Yah begitulah keadaannya. Dan gue mau ngubah itu semua dengan kita gabung lagi Ja. gimana menurut lo? gue juga berencana datengin rumah si Drian buat ngebujuk dia.”
“Hmmm. Berat sih Ko. Tapi ya karena gue juga jenuh kalau kerja doang, ya gue coba deh. Nanti kapan mau kerumah Drian kabarin aja ya. mudah-mudahan dia mau. Soalnya band dia lagi punya nama di komunitas nih. Lebih karena dia gabung sama anak-anak band yang itu, kan mereka udah punya nama besar diluar komunitas jepangan. Hahaha.”
“Iya sih. Berat kayaknya kalau ngajak Drian. Tapi ya coba aja dulu. Gue tu nggak mau nyari yang lain dulu karena namanya chemistry kan susah lagi ngebangunnya. Ketika yang udah ada bisa dibangun kembali, kan enak mestinya jadi nggak ngulang dari nol. Bukan begitu? hehehe.”
“Betul sekali bapak Arko. hahaha. Yaudah nanti lo kabarin gue aja ya kapan mau cabut kerumah si Drian.”
Arko mengajak gue untuk forming band kembali. Apakah nama besar kami dulu akan dipakai lagi? Gue rasa mau nama besar kayak apapun juga dimasa lalu, kalau melihat konsumen di komunitas jepangan ini yang hanya mau melihat hari ini dan besok-besok tanpa mau tau sejarah masa lalu komunitas, rasanya percuma. Nggak akan ada ngaruhnya nama besar. Toh juga nggak banyak yang tau seberapa eksis band gue dimasa lalu.
Kisah gue dengan Ara dulu pun seperti ini. Hanya aja, gue nggak pernah bisa jadian sama Ara. Gue dulu sangat menyayangi dia. tapi kami nggak pernah benar-benar jadian. Ara sudah tau perasaannya ke gue seperti apa dan gue pun sama. Salah satu alasan kenapa Ara mau jadi manajer adalah keberadaan gue disana. Dia mau terus dekat dengan gue dan rela untuk banyak belajar demi menjadi manajer yang baik.
Emi juga gue minta untuk aktif lagi seperti dirinya dulu. Menjadi alternya yang bernama Erika. Tapi memang susah untuk memulai kembali. Karena banyak teman-temannya yang dulu sudah nggak aktif lagi dijepangan, begitu juga dengan teman-teman gue. saat ini komunitas seperti benar-benar baru bagi kami berdua. Dan ada pergeseran kebiasaan yang nggak pernah terjadi dulu. Apresiasi terhadap performer yang manggung.
Seperti yang sudah pernah gue kisahkan sebelumnya kalau komunitas ini begitu banyak diisi oleh wajah baru yang sepertinya nggak banyak tau tentang sejarah komunitas ini dan apa semangat yang dibawa sebenarnya sehingga terbentuk sebuah komunitas besar sampai saat ini.
Mungkin gue bukanlah pionir dikomunitas ini. Tapi gue berhak untuk bangga karena gue masuk kedalam komunitas ini ketika komunitas ini tidak melahirkan sub koloni didalamnya. Komunitas gue dulu adalah sebuah komunitas kecil dengan berbagai macam hobi, intinya suka yang berbau jepang, tapi nggak saling menyingkirkan satu sama lain.
Memang tidak mudah, bahkan tidak bisa, menyatukan anak-anak band dengan para cosplayer atau otaku yang senang dengan komik. Ada dunia yang berbeda walaupun semuanya punya benang merah yang sama, jepangan. Tapi ya itu tadi, karena berbeda hobi, makanya beberapa tidak bisa disambung-sambungkan secara paksa.
Karena mengusung samanya visi ketika itu, yaitu membangun komunitas pecinta jepang yang sinergis, jadinya sering diadakan acara-acara festival jepang (bunkasai) yang mengakomodir segala jenis hobi tersebut. Dari mulai band, cosplay, pecinta anime, dan juga pecinta budaya tradisional jepang. Dulu juga sudah mulai ada dance-dance cover, tapi belum se-booming sekarang.
Untuk mengakomodir semuanya, kadang anak band membawakan soundtrack anime kesukaan para pecinta anime atau manga dan cosplayer, lalu banyak juga cosplayer yang berdandan ala band visual kei (contoh : Malice Mizer, the GazettE, Dir en Grey) karena eksentriknya band-band ini dalam menampilkan keunikannya, atau kadang anak band sambil manggung cosplay juga dengan karakter anime favoritnya yang kebetulan soundtrack-nya mereka bawakan. Semua harmonis aja.

Mulustrasi Cosplayer Band Malice Mizer Sumur
Tetapi ada missing linkyang gue lewatkan dan sayangnya ketika transisi ini terjadi, gue lagi nggak ada dikomunitas itu. Tapi Emi ada dikomunitas tersebut ketika transisi terjadi. Emi nggak merasa ada transisi karena dia baru aja masuk ketika transisi terjadi, sehingga dia nggak merasakan adanya banyak perubahan. Emi taunya komunitas saat itu seperti itu saja. Nggak ada yang berubah.
Pertanyaan dan pernyataan antara gue dan Emi akhirnya bisa ketemu ketika kami berdiskusi. Dan ya, perubahan tersebut memang dimulai setahun setelah Emi masuk dikomunitas tersebut, tepat ketika gue berpamitan secara nggak langsung saat panggungan terakhir gue (yang ternyata dihadiri oleh Emi) sebelum gue sempat kembali aktif dua tahun setelahnya.
Sebenarnya ketika gue sempat aktif lagi sebentar itu pun sudah sangat berasa perubahannya, dari mulai penonton yang nggak lagi apresiatif, mulai banyak kubu-kubu tertentu yang seringkali bentrok satu sama lain, dan komunitas ini sudah semakin besar tentunya.
Ketika gue dan Emi memutuskan untuk kembali lagi secara bersamaan pada momen ini pun, perubahan besar sangat terasa bagi kami. Terutama bagi gue. gue pun akhirnya seperti membagi fase ini menjadi 4 fase. Dari mulai fase awal dimana generasi sebelum gue sebagai inisiator, kemudian angkatan gue yang sedikit banyak punya andil membuat komunitas ini menjadi besar banget, lalu setelahnya angkatan Emi masuk yang akhirnya menikmati jerih payah angkatan gue (jaman keemasan komunitas), dan akhirnya angkatan yang saat ini banyak bercokol dikomunitas (era baru).
Era baru ini dari kacamata dua generasi berbeda, yaitu gue dan Emi, memiliki satu lubang besar bernama apresiasi. Apresiasi anak-anak yang sekarang ada itu sangat minim. Hanya orang-orang dikenal atau lagu dan apapun yang dikenal aja yang diapresiasi. Sedangkan kalau yang nggak dikenal? Ya kejawab lah pastinya, bakal dicuekin. Dikasih tepuk tangan aja udah syukur banget.
Dari dua generasi berbeda aja kami bisa menyimpulkan satu kesamaan, padahal menurut gue, generasi Emi sebenarnya yang mulai melunturkan semangat kebersamaan di generasi ini dengan membuat kubu-kubu tertentu. Baik itu kubu antar anak band, kubu antar anak cosplayer atau kubu diantara anak-anak band, anak-anak cosplayer, anak-anak dance cover, dan anak-anak pecinta komik.
Apakah gue dan Emi bisa untuk naklukin komunitas ini sekali lagi dengan keadaan yang sudah sangat berbeda ini? Pertanyaan ini selalu menghantui gue dan Emi ketika berbicara tentang kemungkinan kembalinya gue dan siapa aja yang mau ngeband bareng gue lagi. Entah kenapa Emi memiliki keyakinan untuk kami bisa menaklukan komunitas ini.
--
Emi sudah mulai bekerja di PT. GG, sebuah perusahaan dengan semangat yang hebat untuk menjadi game changer. Game changer pada situasi yang memprihatinkan atas isu-isu miris yang terjadi dinegara ini. Isu seksi tapi belum ada yang berani untuk melangkah lebih jauh untuk membuat perubahan. Inilah salah satu alasan kenapa Emi berani untuk melamar di perusahaan yang baru berdiri beberapa bulan ini.
Co-Founder-nya adalah orang-orang muda yang sangat potensial. Gue dan Emi sebelumnya tidak pernah mendengar nama mereka. Tapi setelah banyak googling, gue dan Emi menjadi tau serta yakin kalau perusahaan ini bisa berjalan sesuai trek yang mereka buat sendiri, tapi sesuai dengan semangat perubahan yang ingin mereka lakukan.
Semoga aja perusahaan ini kedepannya nggak melulu membicarakan soal untung rugi, tapi memberikan solusi yang belum ada dan belum sanggup dikemukakan banyak orang lain diluar sana, seperti yang banyak perusahaan start-up lakukan sampai saat ini. Gue hanya takut dengan usia mereka yang masih terhitung belia dikancah bisnis seperti ini, mental mereka belum sesiap itu untuk menjadi pure professional.
Gue sama sekali tidak meng-under estimate orang yang pengalaman dan umurnya lebih sedikit dari gue. justru gue sangat yakin semangat muda mereka dan pendidikan serta pengalaman yang udah mereka dapatkan selama ini bisa jadi modal penggerak perusahaan ini agar lebih maju.
Kebetulan co-founder-nya ini lulusan luar negeri semua dan selama mereka menempuh pendidikan pasca sarjana mereka diluar negeri, semuanya gratis, alias beasiswa prestasi. Jadi ya sudah pastilah mereka memiliki otak yang cerdas. Ketika gue lihat mereka lulusan universitas mana aja gue sampai geleng-geleng kepala. Ini orang-orang cerdasnya amit-amit banget. Tinggal bagaimana mengembangkan leadership dan kemampuan berbisnisnya.
Jujur aja, gue sempat agak minder juga dengan kenyataan kalau mereka mampu bersekolah dengan beasiswa prestasi di universitas-universitas ternama dalam negeri, dan diluar negerinya pun sama, bukan universitas sembarangan dan bahkan masuk lima besar universitas terbaik dunia.
Universitas gue dan Emi juga masuk lima besar, walaupun levelnya masih nusantara. Tapi bukan berarti lulusan universitas ini nggak bisa bersaing loh ya. Rekrutmen yang diadakan oleh PT. GG ini ternyata sangat memperhatikan masalah lulusan dari mana. Dan sayangnya, lulusan dari kampus gue seperti nggak mendapatkan tempat yang baik dihati para pendirinya.
Setidaknya itu yang dikatakan Emi. atasannya selalu menganggap kalau Emi yang mana jadi satu-satunya karyawan yang berasal dari kampus gue, itu kurang bisa dipercaya dan bahkan kalau kasarnya ngomong, nggak bisa kerja. Nyatanya, Emi ditempatkan tidak pada tempat terbaiknya. Emi memiliki masalah kepercayaan diri dan nggak terlalu lancar berkomunikasi dengan orang lain.
Berbeda dengan gue yang sangat percaya diri, Emi agak kesulitan untuk hal ini. Ini yang jadinya menghambat pekerjaanya yang selalu di push untuk menghasilkan uang melalui komunikasi persuasif dengan orang lain. Kemampuan meyakinkan ala marketing itu nggak dimiliki oleh Emi, setidaknya belum terlatih saat itu.
Gue udah coba bilang kalau minta dipindah diposisi lain, seperti adminitrasi kantornya yang kala itu pasti dibutuhkan karena kantornya kan masih sangat baru. Aturan sistematis harus dibuat sehingga semuanya rapi dan urusan mengurutkan serta kerapihan model begini Emi adalah jagoannya. Manajemen seperti ini yang bisa dilakukan dengan baik oleh Emi. Tapi sepertinya belum bisa dilaksanakan. Jadinya gue hanya bisa bilang untuk bersabar lebih lama.
--
Satu malam Arko secara random menelpon gue. Dia awalnya bercerita dengan ketidaknyamanannya untuk ngeband dengan bandnya yang sekarang.
“Gue sih sebenarnya agak kurang sreg kalau vokalisnya dia. Karena lagu-lagu yang band ini bawain kan dulu sempat dibawain juga sama band kita, dan suara lo sangat cocok untuk coverin band ini. Sementara dia kan bukan penyanyi dari awalnya juga, makanya jadi kurang cocok aja. teknik vokalnya juga nggak sekuat lo. Pengalaman apalagi.” Arko menerangkan.
“Haha ya kan itu dulu lo yang mau. Gue juga sebenarnya mau aja ngeband lagi tapi sama siapa? Kan udah pada punya band masing-masing dan gue yakin dengan kesibukan pekerjaan masing-masing, untuk kita balik lagi barengan dan punya dua band itu bakalan ribet banget sih.” Kata gue.
“Iya sih, dulu gue mikir kita udah nggak bakalan bisa bareng-bareng lagi kan, mana si Ito udah cabut entah kemana, Ara entah kemana, lo juga mulai ilang-ilangan karena sibuk kerja. Dari situ ternyata gue dapat tawaran buat main bareng sama band yang sekarang, makanya gue terima aja. tapi manggung juga jarang. Masa udah bertahun-tahun ada, ini band manggungnya masih bisa dihitung jari? Hahaha.”
“Hahaha. Itu karena pilihan lagu kalian sih yang terlalu tua. Band itu udah terlalu lama, bahkan sebelum laruku ada, Luna Sea udah ada duluan. Lagu-lagunya juga berat lagi. Nggak bisa sekali dengar langsung enak kayak One Ok Rock yang sekarang lagi booming banget di komunitas.”
“Mungkin juga sih, tapi gimana ya, soul kita kan band-band kayak gitu Ja. ngeband tapi nurut kemauan pasar emang nggak selamanya enak. Apalagi ngelawan apa yang kita mau sebenarnya kan.”
“Cuma sekarang gini, komunitas sekarang itu apresiasi terhadap band-band-an sangat payah. Apalagi dengan adanya dance cover yang memperlihatkan visualisasi yang lebih menarik (cewek-cewek loli) dan unyu-unyu itu, anak band pasti kalah telak. Dulu band-badn yang dandan kan maennya pada ngaco. Kalau ada yang rapihan dikit dan dandan itu kita, tapi lo masih mau dandan kayak dulu emang kalau kita balik lagi? Hahaha. Badan udah kayak sapi perah gitu didandanin visual kei adanya disangkain badut ancol lo. hahahaha.”
“Bangs*t lo Ja, disamain sama badut. Hahaha. Tapi iya sih emang susah juga lawan-lawan kita saat ini. Panggungan lebih banyak dikuasain sama anak-anak dance cover ini. Selain biayanya murah, tinggal colok flashdisk doang, udah gitu nggak perlu ribet-ribet dan mahal-mahal ngeluarin segala sesuatu yang berhubungan dengan sound system kan. Kalau band kan ribet banget.”
“Nah itu dia Ko, salah satu alasannya. Udah gitu gue yakin banget anak-anak band ini sok idealis manggung minta dibayar tinggi kan? Panitia itu sekarang pada kere-kere dan seperti kesulitan untuk cari sponsor. Entah emang pada bloon atau emang nggak ada niatan. Jadinya budget minim. Yang mau dibayar dengan budget minim ya dance cover atau perlombaan cosplay palingan. Kalau sewa alat band udah pasti mahal, belum lagi ntar ada checksound, bayar listrik, bayar kru, bayar band yang manggung, nyedian LO setiap band, Technical meeting dan lain sebagainya, tapi outputnya, band-band ini nggak bisa narik massa yang banyak untuk hadir diacara padahal udah seribet itu ngurusinnya, ya kalau gue sebagai panitia dengan keadaan yang kayak gini pasti lebih milih yang efektif dibudget, tapi dijamin bisa ngedatengin massa yang banyak. Bener nggak?”
“Iya sih, emang keadaannya semiris itu sekarang. Dulu kita rutin manggung dikafe-kafe karena panitianya profesional yang mau bersusah payah nyari sponsor, jadinya tempat manggungnya pun lebih berkelas, alat bagus, dan bisa bayar band secara profesional. Nah sekarang? Panitianya cuma anak-anak SMA atau mahasiswa yang biasanya sastra jepang, atau yang ikutan ekskul bahasa jepang. kayaknya mereka juga nggak terlalu paham berorganisasi karena nggak ikutan OSIS atau himpunan dikampusnya. Jadinya seadanya aja ngadain acara. Judulnya mereka sudah susah payah ngadain acara. Susah payah menurut standar mereka. Nggak ada pembanding lain.”
“Itulah. Plus lagi mereka-mereka yang ngadain acara turun temurun ini kok kayak nggak belajar dari kesalahan panitia sebelumnya. Gue herannya mereka ini nanya-nanya dulu nggak sih kesenior mereka kalau ngadain acara ini tuh bagaimana dimasa lalu? Masa kesalahan yang sama hampir selalu diulang? Udah gitu kalau ngundang performer itu lagi itu lagi. Apaan coba. Kayak nggak mau beranjak dari zona nyaman ya nggak sih? Kalau gini ceritanya talent yang ada dikomunitas bisa mati sebelum berkembang sama sekali.”
“Yah begitulah keadaannya. Dan gue mau ngubah itu semua dengan kita gabung lagi Ja. gimana menurut lo? gue juga berencana datengin rumah si Drian buat ngebujuk dia.”
“Hmmm. Berat sih Ko. Tapi ya karena gue juga jenuh kalau kerja doang, ya gue coba deh. Nanti kapan mau kerumah Drian kabarin aja ya. mudah-mudahan dia mau. Soalnya band dia lagi punya nama di komunitas nih. Lebih karena dia gabung sama anak-anak band yang itu, kan mereka udah punya nama besar diluar komunitas jepangan. Hahaha.”
“Iya sih. Berat kayaknya kalau ngajak Drian. Tapi ya coba aja dulu. Gue tu nggak mau nyari yang lain dulu karena namanya chemistry kan susah lagi ngebangunnya. Ketika yang udah ada bisa dibangun kembali, kan enak mestinya jadi nggak ngulang dari nol. Bukan begitu? hehehe.”
“Betul sekali bapak Arko. hahaha. Yaudah nanti lo kabarin gue aja ya kapan mau cabut kerumah si Drian.”
Arko mengajak gue untuk forming band kembali. Apakah nama besar kami dulu akan dipakai lagi? Gue rasa mau nama besar kayak apapun juga dimasa lalu, kalau melihat konsumen di komunitas jepangan ini yang hanya mau melihat hari ini dan besok-besok tanpa mau tau sejarah masa lalu komunitas, rasanya percuma. Nggak akan ada ngaruhnya nama besar. Toh juga nggak banyak yang tau seberapa eksis band gue dimasa lalu.
Diubah oleh yanagi92055 12-02-2020 12:35
itkgid dan 19 lainnya memberi reputasi
20