- Beranda
- Stories from the Heart
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
...
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:
*********
RULES
- Ikuti perarturan SFTH
- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.
- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.
- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis
index
Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
agusmulyanti
#415
Part - 35
Fatimah membawakan gue secangkir kopi panas dan ubi cilembu bakar.
"Silahkan mas."
"Loh..koq Fatimah yang antar ?."
"Iya mas. Fatimah mau ngucapin terimakasih, mas Linggar sudah nolong Fatimah kemarin," ujar Fatimah sambil menunduk.
"Fatimah, mudah-mudahan, masalah ini cepat berakhir, dan saya bisa cepat-cepat menghalalkanmu."
"Aamiin," ujarnya sambil berlalu meninggalkan gue.
*************
Suara tangisan dibalik jendela kamar, memaksa gue untuk bangkit dari tempat tidur.
duarrrr........duarrrr
"Hujan...., tapi siapa yang sedang menangis ditengah hujan seperti itu?."
Inilah hal yang gak bisa gue lawan, rasa penasaran yang kelewat hebat, membawa gue keluar malam itu. Gue raih payung yang tersandar di sudut ruang tamu dan gue mulai berselancar di derasnya hujan.
Semakin dekat, semakin jelas. Meski dalam deras hujan, gue bisa melihat sosok itu adalah sosok wanita. Dia sedang menangis, bahunya terlihat berguncang guncang.
"Siapa kamu ?, kenapa kamu menangis?, ayo masuklah ke dalam !!, di sini hujan dan dingin."
Wanita itu tak menyahut dan juga tak menoleh. Ketika gue semakin dekat, ia berjalan menjauh, sepertinya ia hendak menunjukan sesuatu. Gue terus membuntutinya hingga akhirnya tiba di suatu tempat, tiba-tiba ia menghilang, dan suara tangisnya pun tak terdengar lagi.
hihihihi.....hihihihi.....hihihihi
Gue mendongakan kepala, dan ya ampun, ternyata dia ada diatas pohon sambil menyeringai ke arah gue. Gue berusaha untuk berlari, tapi tubuh gue seperti sedang mengangkat beban satu ton, dan kaki gue gak bisa gue gerakin. Rasa takut membuat gue berusaha untuk terus berlari, sambil berdoa, semampu gue, hingga akhirnya tubuh gue terjerembab .
"Aakkhhh !!."
Gue terjatuh dalam kubangan air, hingga badan gue basah dan kotor. Sesaat netra gue menangkap sesuatu yang ganjil dihadapan gue. Gue bangkit perlahan dan gue melihat ada handle pintu menyembul diantara tumpukan semak dan ilalang.
"Pintu ?,"
Gue berusaha membuka pintu itu, akhirnya dengan susah payah, pintu berhasil gue buka.
krekkkk
"Gila ruang apa ini, pengap dan gelap banget."
Gue terus berjalan, hingga kaki gue terantuk sesuatu, gue arahin senter hp gue.
Astaghfirullah, ternyata kaki gue mengenai rangka tubuh manusia. Gue bener-bener kaget dan saat itu HP gue terjatuh tepat disamping rangka manusia, yang gue yakini pasti perempuan, karena dia mengenakan gaun merah, meski sudah mulai lapuk.
**********
Dengan tubuh masih gemetar, gue lanjutin perjalanan menyusuri lorong gelap, hingga akhirnya gue sampai di sebuah ruang yang hanya diterangi sebuah lampu duduk. Sebuah tempat tidur kecil gue lihat ada disana, dan ya ampun ! tubuh siapa yang terbaring dengan tangan dan kaki terikat serta mulut tersumbat.
Dengan sisa-sisa kekuatan yang masih ada, gue melangkah mendekat.
"Melati !!....ya Allah... Melati !!." Gue merasakan masih ada denyut ditubuhnya meski sangat lemah. Gue buka ikatan ditangan dan kakinya.
Saat gue sedang melepaskan ikatan itulah, tiba-tiba tubuh gue merasakan hantaman benda tumpul tepat mengenai punggung gue...
argkhh
Satu hantaman telah cukup membuat gue terhuyung dan tersungkur jatuh, dengan pandangan kabur, gue melihat orang itu siap menghunuskan pisau ke arah gue, saat itu gue udah pasrah dan gak bisa berbuat apa-apa.
tranggg,
pisau yang sudah siap menghujam dada gue, tiba-tiba terpental jatuh.
"Apa yang kamu lakukan Kirana ?, kamu sudah gila ya?, atau kamu mau mati bersama mereka ?."
"Cukup ayah!, cukup, aku gak mau ngikutin kemauan ayah lagi. Kalau ayah mau bunuh aku, bunuh saja."
Pria yang dipanggil ayah oleh mbak Kirana, gak bisa gue kenali, karena dia memakai topeng, tapi kanapa gue ngerasa kenal banget dengan suara itu.
Pria itu dengan geram mendorong tubuh mbak Kirana hingga tersungkur. Gue berusaha menolong, tapi gue gak berdaya, bahkan mengangkat tubuhpun gue sudah gak sanggup.
Gue sudah pasrah, jika Allah takdirkan gue mati disini, ya gue terima. Tapi jika Allah ingin gue tetep hidup, gue yakin Allah akan menolong gue.
"Silahkan mas."
"Loh..koq Fatimah yang antar ?."
"Iya mas. Fatimah mau ngucapin terimakasih, mas Linggar sudah nolong Fatimah kemarin," ujar Fatimah sambil menunduk.
"Fatimah, mudah-mudahan, masalah ini cepat berakhir, dan saya bisa cepat-cepat menghalalkanmu."
"Aamiin," ujarnya sambil berlalu meninggalkan gue.
*************
Suara tangisan dibalik jendela kamar, memaksa gue untuk bangkit dari tempat tidur.
duarrrr........duarrrr
"Hujan...., tapi siapa yang sedang menangis ditengah hujan seperti itu?."
Inilah hal yang gak bisa gue lawan, rasa penasaran yang kelewat hebat, membawa gue keluar malam itu. Gue raih payung yang tersandar di sudut ruang tamu dan gue mulai berselancar di derasnya hujan.
Semakin dekat, semakin jelas. Meski dalam deras hujan, gue bisa melihat sosok itu adalah sosok wanita. Dia sedang menangis, bahunya terlihat berguncang guncang.
"Siapa kamu ?, kenapa kamu menangis?, ayo masuklah ke dalam !!, di sini hujan dan dingin."
Wanita itu tak menyahut dan juga tak menoleh. Ketika gue semakin dekat, ia berjalan menjauh, sepertinya ia hendak menunjukan sesuatu. Gue terus membuntutinya hingga akhirnya tiba di suatu tempat, tiba-tiba ia menghilang, dan suara tangisnya pun tak terdengar lagi.
hihihihi.....hihihihi.....hihihihi
Gue mendongakan kepala, dan ya ampun, ternyata dia ada diatas pohon sambil menyeringai ke arah gue. Gue berusaha untuk berlari, tapi tubuh gue seperti sedang mengangkat beban satu ton, dan kaki gue gak bisa gue gerakin. Rasa takut membuat gue berusaha untuk terus berlari, sambil berdoa, semampu gue, hingga akhirnya tubuh gue terjerembab .
"Aakkhhh !!."
Gue terjatuh dalam kubangan air, hingga badan gue basah dan kotor. Sesaat netra gue menangkap sesuatu yang ganjil dihadapan gue. Gue bangkit perlahan dan gue melihat ada handle pintu menyembul diantara tumpukan semak dan ilalang.
"Pintu ?,"
Gue berusaha membuka pintu itu, akhirnya dengan susah payah, pintu berhasil gue buka.
krekkkk
"Gila ruang apa ini, pengap dan gelap banget."
Gue terus berjalan, hingga kaki gue terantuk sesuatu, gue arahin senter hp gue.
Astaghfirullah, ternyata kaki gue mengenai rangka tubuh manusia. Gue bener-bener kaget dan saat itu HP gue terjatuh tepat disamping rangka manusia, yang gue yakini pasti perempuan, karena dia mengenakan gaun merah, meski sudah mulai lapuk.
**********
Dengan tubuh masih gemetar, gue lanjutin perjalanan menyusuri lorong gelap, hingga akhirnya gue sampai di sebuah ruang yang hanya diterangi sebuah lampu duduk. Sebuah tempat tidur kecil gue lihat ada disana, dan ya ampun ! tubuh siapa yang terbaring dengan tangan dan kaki terikat serta mulut tersumbat.
Dengan sisa-sisa kekuatan yang masih ada, gue melangkah mendekat.
"Melati !!....ya Allah... Melati !!." Gue merasakan masih ada denyut ditubuhnya meski sangat lemah. Gue buka ikatan ditangan dan kakinya.
Saat gue sedang melepaskan ikatan itulah, tiba-tiba tubuh gue merasakan hantaman benda tumpul tepat mengenai punggung gue...
argkhh
Satu hantaman telah cukup membuat gue terhuyung dan tersungkur jatuh, dengan pandangan kabur, gue melihat orang itu siap menghunuskan pisau ke arah gue, saat itu gue udah pasrah dan gak bisa berbuat apa-apa.
tranggg,
pisau yang sudah siap menghujam dada gue, tiba-tiba terpental jatuh.
"Apa yang kamu lakukan Kirana ?, kamu sudah gila ya?, atau kamu mau mati bersama mereka ?."
"Cukup ayah!, cukup, aku gak mau ngikutin kemauan ayah lagi. Kalau ayah mau bunuh aku, bunuh saja."
Pria yang dipanggil ayah oleh mbak Kirana, gak bisa gue kenali, karena dia memakai topeng, tapi kanapa gue ngerasa kenal banget dengan suara itu.
Pria itu dengan geram mendorong tubuh mbak Kirana hingga tersungkur. Gue berusaha menolong, tapi gue gak berdaya, bahkan mengangkat tubuhpun gue sudah gak sanggup.
Gue sudah pasrah, jika Allah takdirkan gue mati disini, ya gue terima. Tapi jika Allah ingin gue tetep hidup, gue yakin Allah akan menolong gue.
Diubah oleh agusmulyanti 11-02-2020 10:10
anwaranwar93 dan 15 lainnya memberi reputasi
16