- Beranda
- Stories from the Heart
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
...
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:
*********
RULES
- Ikuti perarturan SFTH
- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.
- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.
- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis
index
Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
agusmulyanti
#286
Part - 28
Gue gak ngerti apa yang terjadi dengan diri gue, gue seperti sedang berada disuatu dimensi yang berbeda. Gue berjalan menyusuri taman bunga. Saat gue sedang dalam kebingungan, gue melihat ada cewek bergaun putih, duduk di kursi taman sambil menangis.
huhuhuhu....huhuhuhu....huhuhuhu
Gue deketin cewek itu.
"Hai...perkenalkan nama saya Linggar."
Cewek itu mengangkat wajahnya, air mata masih membasahi pipinya yang terlihat sangat pucat.
Dia tak membalas uluran tangan gue.
"Kenapa kamu menangis ?," tanya gue perlahan.
Cewek itu tetap diam, dia hanya menunjuk kearah lehernya yang luka dan lebam.
"Ya ampun, siapa yang sudah berbuat sejahat itu sama kamu ?,"
huhuhu...huhuhuhu....huhuhuhu
Cewek itu bukannya menjawab pertanyaan gue malah nangis. Gue mengalah, gue tingalkan cewek itu. Belum lagi gue melangkahkan kaki, cewek itu memanggil gue.
"Tolong saya mas...sakit....huhuhuhu."
Gue berbalik dan gue lihat cewek itu bangkit dan beranjak pergi.
"Loh koq malah pergi sih."
Saat ia beranjak, sesuatu terlihat jatuh dari pangkuannya.
"Haiii....notes kamu jatuh."
Cewek itu tak memperdulikan panggilan gue, dan terus berlalu, hingga menghilang diantara kabut putih.
*******
Gue jongkok memungut notes cewek aneh tadi. Ratih Meganingrum..sebuah nama tertulis di halaman depan.
"Bagus juga namanya."
Perlahan gue buka, lembar pertama notes itu, gue baca, seketika jantung gue serasa terhenti.
"Astagfirullah...jadi cewek itu sudah mati...hiiyyy .
Gue teruskan membaca lembar berikutnya, jantung gue semakin berdegup kencang.
"Ya Allah..koq bisa sih, gak mungkin !, gue gak percaya. Gue gak yakin dia bisa bertindak sekeji itu ?," gumam gue gak percaya.
Semakin gue baca, gue semakin marah dan gak percaya, hingga akhirnya gue lampiaskan kekesalan gue, dengan berteriak.
Aaakkhhhhh....bi*d*b...kurang ajar, lalu gue menangis...huhuhu
********
Gue membuka mata, gue lihat kyai Hasan, Fatimah, bi Inah dan semua yang ada di rumah ini menangis dan mengerumuni gue. Lantunan surah Yasin terdengar memenuhi ruangan.
"Mas Linggar sudah sadar Abi,!!" gue denger suara Fatimah berseru ke abinya. Kyai Hasan mendekati gue.
"Alhamdulillah...ya Allah, akhirnya Engkau jawab doa-doa kami."
"Ada apa ini kyai ?, kenapa semua berkumpul disini," tanya gue dengan bingung.
Belum lagi kyai Hasan menjawab, bi Inah sudah memeluk tubuh gue sambil menangis.
"Ya Allah den, akhirnya aden bangun juga, bibi takut banget den..huhuhu."
"Aku gak apa-apa bi. Bibi lihatkan aku gak apa-apa. Emangnya ada apa sih bi ?,"
"Aden udah pingsan dua hari den, badan aden dingin banget."
Gue diam, ternyata gue selama dua hari ini gak sadarkan diri. Padahal gue merasa, gue gak apa-apa, gue bisa jalan-jalan dan ketemu cewek aneh. Teringat hal itu gue bangkit, netra gue mencari keberadaan sosok cewek bergaun putih.
"Dimana dia ?, koq gue gak lihat dia ?," gumam gue.
"Nak Linggar cari siapa ?."
"Entahlah kyai, saya juga ragu."
**********
Mas Tono, mendekati kyai Hasan.
"Kyai, bagaimana kalau kita buat selamatan, syukuran atas kesembuhan mas Linggar, pengajian gitu."
"Boleh mas, itu ide yang bagus."
Mas Tono lalu meminta Parjo menyembelih ayam kampung, dan meminta bi Narti dan bi Inah untuk memasaknya.
********
Selepas Isya, pengajian dimulai. Gue yang masih merasa pusing dan lemah, dipapah ke ruang tamu, dan disandarkan ke Sofa. Segelas susu jahe hangat dicampur dengan kuning telur dan semangkuk bubur ayam kampung sudah tersedia disana. Mbak Kirana yang sedari tadi menangis menemani sambil menyuapi gue dengan sabar. Senyum terkembang di bibirnya yang ranum.
huhuhuhu....huhuhuhu....huhuhuhu
Gue deketin cewek itu.
"Hai...perkenalkan nama saya Linggar."
Cewek itu mengangkat wajahnya, air mata masih membasahi pipinya yang terlihat sangat pucat.
Dia tak membalas uluran tangan gue.
"Kenapa kamu menangis ?," tanya gue perlahan.
Cewek itu tetap diam, dia hanya menunjuk kearah lehernya yang luka dan lebam.
"Ya ampun, siapa yang sudah berbuat sejahat itu sama kamu ?,"
huhuhu...huhuhuhu....huhuhuhu
Cewek itu bukannya menjawab pertanyaan gue malah nangis. Gue mengalah, gue tingalkan cewek itu. Belum lagi gue melangkahkan kaki, cewek itu memanggil gue.
"Tolong saya mas...sakit....huhuhuhu."
Gue berbalik dan gue lihat cewek itu bangkit dan beranjak pergi.
"Loh koq malah pergi sih."
Saat ia beranjak, sesuatu terlihat jatuh dari pangkuannya.
"Haiii....notes kamu jatuh."
Cewek itu tak memperdulikan panggilan gue, dan terus berlalu, hingga menghilang diantara kabut putih.
*******
Gue jongkok memungut notes cewek aneh tadi. Ratih Meganingrum..sebuah nama tertulis di halaman depan.
"Bagus juga namanya."
Perlahan gue buka, lembar pertama notes itu, gue baca, seketika jantung gue serasa terhenti.
"Astagfirullah...jadi cewek itu sudah mati...hiiyyy .
Gue teruskan membaca lembar berikutnya, jantung gue semakin berdegup kencang.
"Ya Allah..koq bisa sih, gak mungkin !, gue gak percaya. Gue gak yakin dia bisa bertindak sekeji itu ?," gumam gue gak percaya.
Semakin gue baca, gue semakin marah dan gak percaya, hingga akhirnya gue lampiaskan kekesalan gue, dengan berteriak.
Aaakkhhhhh....bi*d*b...kurang ajar, lalu gue menangis...huhuhu
********
Gue membuka mata, gue lihat kyai Hasan, Fatimah, bi Inah dan semua yang ada di rumah ini menangis dan mengerumuni gue. Lantunan surah Yasin terdengar memenuhi ruangan.
"Mas Linggar sudah sadar Abi,!!" gue denger suara Fatimah berseru ke abinya. Kyai Hasan mendekati gue.
"Alhamdulillah...ya Allah, akhirnya Engkau jawab doa-doa kami."
"Ada apa ini kyai ?, kenapa semua berkumpul disini," tanya gue dengan bingung.
Belum lagi kyai Hasan menjawab, bi Inah sudah memeluk tubuh gue sambil menangis.
"Ya Allah den, akhirnya aden bangun juga, bibi takut banget den..huhuhu."
"Aku gak apa-apa bi. Bibi lihatkan aku gak apa-apa. Emangnya ada apa sih bi ?,"
"Aden udah pingsan dua hari den, badan aden dingin banget."
Gue diam, ternyata gue selama dua hari ini gak sadarkan diri. Padahal gue merasa, gue gak apa-apa, gue bisa jalan-jalan dan ketemu cewek aneh. Teringat hal itu gue bangkit, netra gue mencari keberadaan sosok cewek bergaun putih.
"Dimana dia ?, koq gue gak lihat dia ?," gumam gue.
"Nak Linggar cari siapa ?."
"Entahlah kyai, saya juga ragu."
**********
Mas Tono, mendekati kyai Hasan.
"Kyai, bagaimana kalau kita buat selamatan, syukuran atas kesembuhan mas Linggar, pengajian gitu."
"Boleh mas, itu ide yang bagus."
Mas Tono lalu meminta Parjo menyembelih ayam kampung, dan meminta bi Narti dan bi Inah untuk memasaknya.
********
Selepas Isya, pengajian dimulai. Gue yang masih merasa pusing dan lemah, dipapah ke ruang tamu, dan disandarkan ke Sofa. Segelas susu jahe hangat dicampur dengan kuning telur dan semangkuk bubur ayam kampung sudah tersedia disana. Mbak Kirana yang sedari tadi menangis menemani sambil menyuapi gue dengan sabar. Senyum terkembang di bibirnya yang ranum.
Diubah oleh agusmulyanti 07-02-2020 14:52
anwaranwar93 dan 17 lainnya memberi reputasi
18