Kaskus

Story

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:


*********

RULES

- Ikuti perarturan SFTH

- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.

- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.

- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis


index






































Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
theoscusAvatar border
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
#216
Part - 23
Mas Tono dan mas Parjo lari tergopoh-gopoh, menghampiri gue, yang sedang asik bertukar fikiran dengan kyai Hasan.

"Den...den.Linggar !,"
"Ada apa sih mas, koq sampai ngos-ngosan gitu."
"Ada mayat den, di jalan setapak, dekat hotel yang mau ke arah kota. Serem den, mayatnya nancep di patok besi, di parit. Katanya sih perempuan den, setengah tua, tapi masih bohay, badannya gempal. Namanya kalau gak salah Hanum den."

"Hanum ?," kenapa fikiran gue langsung tertuju ke ibu tiri gue. Sejenak gue terdiam, perasaan gue gak enak.

"Mas Tono, tolong antar saya ke sana ya."
"Ketempat mayat itu den?."
"Iya mas, saya mau lihat, perasaan saya koq gak enak ya mas."
"Baik den, ayo !, saya ambil motor dulu ya. Oh iya mang Asep kemana ya mas."
"Nggak tau den, saya belum lihat dari pagi."

Dengan dibonceng mas Tono, gue berangkat ke TKP. Sesampai di sana, jenazah baru diangkat dan hendak dimasukan kedalam kantong jenazah. Gue menerobos kerumunan orang, hingga ketika gue sampai di depan, gue lihat sosok yang seperti tak asing buat gue, gue hendak mendekati jenazah tersebut, tapi dihalang-halangi aparat. Namun gue melihat ada tanda di tangannya yang gue yakini, jenazah itu adalah bu Hanum.

"Pak tolong saya, saya mau lihat jenazah wanita itu."

Aparat polisi akhirnya memperkenankan gue, untuk melihat jenazah yang sudah dimasukan dalam kantong. Betapa terkejutnya gue, tatkala gue lihat yang terbaring kaku disana, itu benar bu Hanum.

"Bu Hanum !, ya Allah ...ini ibu tiri saya , kenapa bisa sampai begini pak?."
"Kami belum tau pak, karena kami baru tiba di lokasi, setelah mendapat laporan dari warga."
"Boleh, saya bawa jenazah ibu tiri saya pak."
"Boleh pak, tapi setelah kami melakukan otopsi terhadap jenazah ibu tiri bapak."

Aku menyetujui permintaan pak polisi. Setelah menjalani otopsi, akhirnya jenazah bu Hanum, dapat gue bawa pulang. Meski bu Hanum cuma ibu tiri gue, gue berkewajiban mengurus pemakamannya dengan baik. Sampai hari pemakaman, sosok mang Asep belum juga kelihatan, entah orang itu pergi kemana.

*******

Mbak Karina dan Melati, akhirnya sampai juga di rumah atas bukit, dengan motor tumpangan dari kampung sebelah, karena akses jalan ke rumah atas bukit, masih belum bisa dilalui kendaraan roda empat, akan tetapi mereka tidak bisa bertemu dengan jenazah ibu mereka, karena kondisi jenazah yang sudah membusuk.

"Mbak Karina, kenapa ibu pergi kemari aku gak tau ?."
"Aku juga gak ngerti dik, siangnya ibu tuh, telponan dengan seseorang, kayaknya ceria banget, tapi mbak gak tau yang diomonginnya. Trus gak lama pamit pergi, ada urusan katanya, sesudahnya, mbak gak ngerti lagi."

Melati masih menangis sesenggukan, gue usap kepalanya dan coba menghiburnya, disaat itulah gue melihat mang Asep masuk pekarangan rumah, wajahnya terlihat kuyu.

"Mang...mang Asep!, sini mang."

Mang Asep berjalan ke arah gue.

"Mamang darimana sih, koq ngilang gitu aja, gak pamit."
"Ponakkan mamang meninggal den. Kemarin mamang mau pamit, tapi karena aden sedang banyak masalah, mamang gak enak den. Maafin mamang. Oh iya den, koq ada bendera kuning di depan, siapa yang meninggal ?."
"Ibu tiri saya mang, bu Hanum."
"Bu Hanum?..kenapa den?, ya Allah, bu Hanum orang baik," ujar mang Asep.

Gue menjelaskan kronologi kejadiannya.

" Jadi sampai sekarang belum ketahuan den, penyebab kematian bu Hanum ?."
"Belum mang, mudah-mudahan saja cepat terungkap."
"Aamiin...mamang pamit dulu ya den, mau istirahat, dari kemarin gak tidur."

Mang Asep langsung ngeloyor pergi, separuh berlari ia memasuki paviliun. Asap dupa kembali tercium, membuat mbak Kirana dan Melati, mengucapkan sumpah serapah.

"Wanjiir ..siapa sih yang bakar-bakar kayak gini, kampungan banget."
"Iya..amin-amit deh mbak, norak banget."

Mereka terus mengomel, hingga gue harus menenangkan mereka. Gue suruh mereka istirahat di kamar ayah, sesudah mereka menuntaskan sarapan pagi mereka.
Diubah oleh agusmulyanti 06-02-2020 10:36
MontanaRivera
black392
anwaranwar93
anwaranwar93 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.