Kaskus

Story

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
sehat.selamat.Avatar border
JabLai cOYAvatar border
al.galauwiAvatar border
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1538
Awal Petualangan Baru
Saat itu gue sedang mengendarai motor gue menuju ke kantor dari rumah orangtua gue. seperti biasa gue sambil mendengarkan musik dari HP menggunakan earphone dengan volume kecil sehingga gue masih dapat mendengar suara dari sekitar.

Gue merasa lagu ini pas banget buat keadaan gue dan Emi yang masih sering diganggu oleh omongan-omongan yang nggak enak dari teman-temannya Emi, karena Emi beberapa kali memantau dan memberitahu kalau banyak temannya yang ngomongin gue dan Emi di twitter.

Plus gue pun masih belum jelas kan kerjaannya, jadi gue lebih gampang goyah perasaannya. Belum lagi gue pun terus mendapatkan intervensi dari Dee yang nggak udah-udah, hal ini membuat gue kadang muak, kadang yaudah deh, kadang lagi biar aja dinikmatin.

Aku Milikmu - Dewa 19


“Sayang aku masih dijalan. Eh coba deh aku kirimin kamu sesuatu di email. Nanti dicek ya.” kata gue ditelpon.

“Hah? Kamu ngirim apa?” tanya Emi.

“Udah nanti kamu cek aja ya. aku lanjut jalan lagi ya. tadi kebetulan ada inspirasi yang aku rasa cocok banget sama keadaan kita sekarang yank.” Jawab gue.

“Oh yaudah nanti aku coba cek ya. kamu hati-hati dijalan ya Zy.”

“Iya. Aku lanjut ya.”

Gue melanjutkan perjalanan menuju ke kantor yang nggak jelas itu. Hari ini adalah hari dimana teman Mas Sigit akan datang untuk mengecek keadaan kantor lama. Deal sudah didapatkan dan tinggal menunggu proses perpindahan dari kantor lama mereka.

Sesampainya dikantor, kondisi sudah kosong dan memang sudah dibereskan. Tinggal disana sudah ada Mas Sigit yang bersiap untuk menyambut temannya yang mungkin nanti kedepannya akan jadi atasan gue.

“Mereka udah diperjalanan menuju kesini. Mungkin sekitar 15 menitan lagi sampai Ja.” ujar Mas Sigit.

“Oke deh Mas. Ini gue ada bawa kopi sachetan dari rumah. Barangkali sambil ngobrol kan bisa ngopi juga, sekalian nanti buat nyuguhin mereka kan. Haha.”

“Haha sip deh, untung lo inget Ja.”

“Jadi nanti itu kita gimana sih posisinya Mas?”

“Kita itu jadi freelance tetap. Maksudnya, kita bebas nyari proyek kemanapun, tapi kalau ada proyek dari dari kantor teman gue ini, kita yang diprioritasin untuk mengerjakan.”

“Oh gitu. Terus kita dapet apa lagi?”

“Kita bisa menempati kantor ini juga. lo juga dapet meja sendiri kok, sama kayak gue. sekarang posisi lo sama gue sama. sama-sama freelance. Hahaha.”

“Yah Alhamdulillah mas masih bisa kepake jasa kita kan. Teman-teman kita masih pada nggak jelas kan katanya? Mau freelance juga pada susah gue denger.”

“Iya, karena mereka udah berumur dan nggak secekatan dulu. Pemikirannya juga kan jadul banget. jadi agak susah buat nerapin perkembangan teknologi ke mereka.”

“Nanti mereka bawa PC masing-masing apa gimana? Takutnya ntar nggak muat lagi.”

“Mereka orangnya masih sedikit kok, makanya kita dapet meja sendiri. Cuma nggak ada ruangan khusus kayak dulu Ja. dan mereka nggak bawa PC, pakai laptop kali. Ketinggalan jaman amat kayak kantor bapak lo dulu.”

“Iye mas. Haha. Gue aja males sebenernya kalo sistemnya kayak dulu, jadi nggak bisa mobile. Bagus dong sekarang pakai laptop. Gue juga kan ada laptop.”

“Nah iya. Bagus lah mudah-mudahan kita bisa klop lah ya sama mereka.”

Suara deru mobil terdengar dari luar. Teman Mas Sigit sudah datang. Katanya sih seumuran sama Mas Sigit. Gue dan Mas Sigit bergegas keluar dan menyambut tamu kami. Gue akhirnya bertemu pertama kali oleh Pak Yudi, pemilik perusahaan yang juga teman akrab Mas Sigit.

“Saya Yudi. Senang ketemu dengan kamu Mas Ija.” Kata Pak Yudi, kemudian kami bersalaman.

“Iya Pak saya Firzy, biasa dipanggil Ija. Bapak dengar cerita dari Mas Sigit ya?” ujar gue ramah.

“Saya dulu pernah magang dikantor bapak kamu Ja. saya ketemu dengan Sigit juga disana pertama kali waktu kami masih baru-baru belajar kerja. Ditempanya juga sama bapak kamu dan om kamu.”

“Ooooh gitu toh. Hahaha. Dunia sempit ya pak ternyata.”

“Iya, dan semoga aja kamu bisa berperfoma baik ya Ja. soalnya bapak kamu dan om kamu itu brilian banget.”

“Mudah-mudahan Pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin biar nggak ngecewain pak.”

Gue, Mas Sigit dan Pak Yudi cepat sekali akrab. Selain Pak Yudi, ada juga Mas Yogi. Mas Yogi ini posisinya supervisor teknik. Tapi karena bidang kerjaan gue itu dari pimpinan langsung ke supervisor, tanpa ada general manager, otomatis posisi dia persis dibawah Pak Yudi. Posisi yang sama seperti gue dan Mas Sigit dikantor kami yang lama.

Bincang-bincang kami kemudian mengarah ke hal yang lebih teknis dan seperti wawancara tidak resmi, Pak Yudi dan Mas Yogi lebih banyak bertanya ke gue mengenai pengalaman gue selama ini dan apa yang bisa gue tawarkan untuk memperkuat tim ini.

Gue merasa, harusnya gue bisa menjadi karyawan tetap. Tapi kayaknya nanti dulu deh. Gue akan mengamati situasi dulu, dan sepertinya gue akan mencoba hidup sebagai freelancer dulu aja. Asal rajin harusnya gue bisa mendapatkan proyek besar bernilai tinggi.

Mas Sigit juga membantu ‘mempromosikan’ gue secara nggak langsung. Terkait dengan pendidikan gue yang sudah sampai ke level ujian tertinggi tanpa her diawal karir gue di bidang kerja ini, Pak Yudi dan Mas Yogi sangat terkesan dengan pencapaian ini. Terima kasih buat Mas Sigit yang membantu gue mengangkat ‘nilai jual’ gue. hahaha.

Dalam waktu satu bulan kedepan, migrasi dari kantor lama ke kantor gue yang sekarang tempati mulai dilakukan. Disini gue bersyukur banget nggak harus melakukan penyesuaian lagi. Karena gue nggak perlu pindah kostan, dan lokasi kerja gue pun sudah sangat gue kuasai.
Bidang kerja juga sama seperti sebelumnya, hanya saja dengan tim yang lebih fresh, walaupun lagi-lagi gue menjadi orang yang lebih muda umurnya. Tapi kalau dari pengalaman dan dari segi pendidikan profesi, gue hanya kalah dari Mas Yogi.

Bidang profesi gue mewajibkan semua yang berkecimpung dibidang ini bersertifikat resmi. Dari tiga jenis sertifikasi yang ada, yang tertinggi atau ‘advanced’ dipegang oleh Pak Yudi selaku pemilik dan pastinya berlisensi. Untuk satu tingkat dibawahnya ada Mas Yogi dan gue. Saat itu baru kami berdua yang mencapai level sertifikasi ‘intermediate’ ini.

Untuk yang ‘entry level’-nya ada beberapa orang, termasuk satu rekrutan baru tapi statusnya adalah karyawan tetap bernama Dondi. Mas Sigit juga masih dilevel ini sertifikasinya. Tapi kalau pengalaman mah dia udah setara dengan Pak Yudi. Mas Sigit malas mengikuti pendidikan-pendidikan seperti itu karena dulu belum diwajibkan, sedangkan Pak Yudi orangnya haus akan ilmu, jadinya semuanya dia jabanin. Terlihat sekarang jadinya perbedaan nasibnya.

Sisanya adalah tim yang belum bersertifikat karena syarat utama mengikuti pendidikan bidang profesi untuk mendapatkan sertifikasi resmi adalah lulus minimal D3. Sedangkan ada tim yang bahkan lebih lama dari gue berkecimpungnya dibidang ini, tapi hanya lulusan SMA, belum bisa mengambil pendidikan sertifikasi.

--

Skripsi Emi yang udah diujung ternyata harus molor nggak karuan karena kelakuan para dosennya yang ajaib. Selain itu juga gue makin capek dengan drama yang masih juga ditunjukkan secara terang-terangan oleh teman Emi. Bahkan sekarang ini yang ‘julid’ ke hubungan gue dan Emi nggak cuma orang-orang yang pernah bersinggungan langsung dengan gue. Orang yang antah berantah hanya dengar beberapa cerita dan terkena imbas perjanjian PKAT untuk membersihkan nama gue pun ikut campur.

Mereka merasa angkatannya, yakni angkatan Emi, telah sukses dipermalukan. Woi, bangs*t, angkatan lo itu yang sukses membunuh karakter gue habis-habisan sehingga nama gue jelek dimana-mana. Terus masih bisa berpikir kalau gue yang mempermalukan mereka? Satu lawan banyak, tapi malah yang jumlahnya banyak merasa terzolimi? Udah kayak ormas mayoritas yang doyan koar-koar tapi takut eksistensi keyakinannya diganggu sama minoritas aja ini. Hahaha.

Gue biasanya menumpahkan pikiran gue di twitter. Entah bagaimana, teman-teman Emi ini mengetahui twitter gue. Gue curiga dari Uun ini. Karena yang tau akun gue ya Uun, selain Emi. Kekesalan selalu gue curahkan di twitter. Termasuk juga ketika nggak henti-hentinya omongan tentang Emi datang silih berganti.

Pernah ketika gue dan Emi sedang makan malam di sebuah restoran dan Emi sedang bercerita tentang keluh kesahnya di kampus, gue hanya bisa mendengarkan lalu meluapkan kekesalan gue di twitter. Tapi apa yang terjadi? Emi memberitahu kalau ada beberapa teman dia yang tergabung dalam sebuah geng yang isinya kebanyakan anak-anak orang kaya dengan otak pas-pasan tapi entah kenapa bisa masuk kampus ini, melakukan sindiran-sindiran terhadap twit-twit gue. setelah gue tanyakan mana akunnya, ternyata di protect.

Kalau memang mau twitwar ya silakan aja. Gue akan meladeni dengan senang hati kok. Bingungnya gue adalah, kenapa anak-anak yang nggak kenal dengan gue, nggak ada urusannya dengan gue, tiba-tiba ikut campur sama urusan gue dan Emi. Emi juga nggak pernah bersinggungan dengan mereka.

Anak-anak ini juga seperti tidak menganggap gue ini adalah kakak kelas yang jaraknya cukup jauh dari mereka. Bukannya gila hormat, tapi hargailah orang yang lebih tua, itu prinsip dasar sih sebenarnya. Tapi ya karena kebobrokan pendidikan budi pekerti kita, hal-hal seperti ini seperti udah nggak bisa lagi dihindarkan.

Gue sebenarnya juga nggak masalah kalau ada yang memanggil gue dengan nama saja walaupun orang tersebut seangkatan dengan Emi, dan emang ada kok yang begitu. Bahkan angkatan bawah gue satu tahun aja semuanya gue suruh manggil nama aja tanpa ada embel-embel kak atau bang. Dengan memberikan sebuah fitnah, label negatif, serta sindiran-sindiran kasar terhadap orang yang lebih tua dan nggak ada urusannya sama sekali karena tidak saling kenal itu benar-benar berlebihan menurut gue.

Lama-lama keadaan ini juga membuat Emi menjadi sangat gerah dan nggak enak hati. Untung saja perkuliahan Emi sudah selesai jadi nggak selalu harus bertemu dengan mereka. Kalau aja masih ada ketemu dikampus, mungkin Emi sudah menjadi bulan-bulanan sindiran yang nggak selalu bisa dia lawan.

Inilah salah satu pemicu Emi ingin segera bekerja kembali. Emi saat itu mendapat panggilan wawancara disebuah Kafe dibilangan Pusat Ibukota.

“Besok gue wawancara di Anomali Coffee. Lo nggak usah nganterin.” Kata Emi.

“Kenapa? Lo tau nggak tempatnya dimana?” tanya gue.

“Santai aja, gue bisa naik busway kok.”

“Beneran bisa?”

“Santai aja. Gue udah dikasih ancang-ancang kok di email nih.”

“Yaudah, nanti kalo urusan gue di kantor udah beres, gue jemput ya.”

“Siiip, gampang!”

Saat itu belum banyak yang mengenal perusahaan rintisan ini. Ternyata Emi pun menjadi calon karyawan ketiga yang direkrut. Perusahaan ini dibangun benar-benar dari nol oleh para foundernya, yang mana dari segi usia mereka lebih muda dari gue, tapi masih lebih tua dari Emi.

Beberapa kawan Emi yang mendengar perusahaan ini pun mengernyit tanda nggak percaya ada perusahaan seperti ini. Tapi saat ini, di bumi nusantara ini kayaknya nggak ada yang nggak tau perusahaan ini. Promosinya aja kuat bener. Haha.

Walaupun belum berstatus unicorn, tapi dalam waktu yang cukup cepat mereka berkembang dengan sangat pesat. Apalagi mendapatkan dukungan pendanaan dari perusahaan modal ventura yang terkenal, ya semakin mudah untuk mengembangkan bisnisnya pasti.

Sebelum di perusahaan ini, sebenarnya gue dan Emi sempat mendatangi interview disebuah perusahaan rintisan juga, perusahaan pengembang game mobile yang didirikan oleh lulusan-lulusan UMN (Univeristas Multimedia Nusantara). Gue dan Emi berangkat ke daerah BSD sana menggunakan motor. Tadinya gue mau naik mobil aja biar cepat, tapi Emi bilang sekalian bertualang lagi kedaerah yang sebelumnya belum pernah dia datangi.

Perjalanan yang seru ini akhirnya berakhir dilantai paling atas gedung kampus UMN yang mana sangat membuat gue iri. Arsitekturnya sangat memukau, fasilitas kekinian yang mendukung para mahasiswanya, dan tentunya ini diperuntukkan bagi orang-orang mampu secara finansial. Disini pun gue menemukan banyak mahasiswa cupu. Gue pikir anak dari daerah doang yang cupu, ternyata anak orang-orang tajir melintir pun banyak yang cupu. Hehe.

Emi pada akhirnya harus melepas peluang bekerja ditempat ini karena faktor jarak dari rumah, biaya hidup jika harus ngekost didaerah BSD, dan tentunya gaji yang tidak akan sepadan dengan biaya hidupnya. Setelah berdiskusi dengan gue kemudian memperhitungkan segala plus minusnya, akhirnya diputuskan untuk tidak berlanjut. Padahal dari segi kultur kerja yang santai, jam kerja fleksibel dan juga tim yang asyik membuat suasana kerja disana sangat menyenangkan.

Sebagai milenial cerdas tentunya segala macam harus diperhitungkan. Banyak anak-anak milenial yang silau akan fleksibilitas kerja sehingga bertindak dulu baru berpikir. Ujung-ujungnya malah jadi kacau. Perusahaan rintisan atau start-up ini membangunnya susah-susah gampang. Jadi tetap dibutuhkan konsistensi dan fokus dalam mengembangkannya.

Banyak start-up yang akhirnya gugur sebelum berkembang. Pada akhirnya gue dan Emi pun berpikir dan bersemangat untuk brainstorming masalah pendirian perusahaan rintisan berbasis teknologi seperti ini. Tentunya Emi nggak ingin dia salah pilih perusahaan dan pada akhirnya perusahaan baru seperti ini hanya mengikuti tren kemudian hilang.

--

Saat itu gue sedang santai dikantor karena baru saja menyelesaikan proyek pekerjaan, tapi bukan dari calon kolega kantor gue nanti. Setelah selesai, saat sedang bersantai, tiba-tiba Dee menelpon. Dia menelpon karena sedang suntuk dengan pekerjaannya. Gue berpikir yaudah toh Emi juga masih lama. Jarak dari kantor gue menuju tempat Emi interview tidak terlalu jauh, apalagi ada jalan tembus yang bisa gue lewati.

Gue dan Dee membahas masalah pekerjaan Dee dan atasannya yang selalu komplain masalah performa. Ya, topik basi ini selalu aja diangkat oleh dia. Gue meletakkan HP gue di meja dengan menyalakan loud speaker, sementara gue sambil main game di laptop. Nggak kerasa banget ternyata gue sudah terlewat dari waktu yang udah gue tentukan agar nggak telat gue ke lokasi interview Emi.

Hampir dua jam gue telat menjemput Emi. ini murni kesalahan gue. dan gue akhirnya mencari alasan jalanan macet. Klasik, tapi cukup ampuh harusnya. Tapi ya harus ada perjuangan dulu untuk meyakinkan bahwa kemacetan menjadi hal yang logis untuk dijadikan alasan.

“Gimana tadi? lancar?” tanya gue mencairkan suasana.

“Alhamdulillah sih, lancar.” Jawab Emi singkat.

“Terus apa aja yang ditanyain?”

“Biasa visi misi, terus kenapa tertarik sama perusahaan baru, terus ditanya lagi yakin nggak perusahaan ini bisa maju kedepannya mengingat perusahaan ini kan baru aja berdiri. Apalagi ternyata gue itu karyawan ketiga yang direkrut sama mereka, Zy.”

“Terus kamu yakin nggak sama perusahaan ini?”

“Awalnya nggak yakin, karena CEO nya masa wawancara pake celana pendek, tapi emang atasannya kemeja sih. Terus pake topi ala Tompi gitu. Haha. Seru sih, jadi rileks. Dan pada akhirnya aku tau kalau founder ini sangat cerdas. Kayaknya juga udah punya nama sebelum dia bikin perusahaan ini deh. Dari situ aku jadinya yakin ini perusahaan bakalan punya prospek cerah kedepannya.”

“Oh iya? Asik dong. Nggak kolot kan jadinya. Terus apa lagi yang kamu dapet dari wawancara ini?”

“Aku sih mau banyak belajar di perusahaan rintisan kayak gini. Apalagi kalau aku diterima bakalan jadi salah satu karyawan awal mereka. Jadinya kan perusahaan ini bener-bener masih berkembang, masih nyari bentuk, masih butuh masukan sana sini. Ini bisa jadi modal aku buat belajar gimana ngurus sebuah perusahaan. Gitu deh kurang lebih dalam pikiran aku.”

“Naaah. Ini dia baru otaknya cerdas. Pengalaman ini bisa kita pake nih kedepannya kan kalau mau bikin usaha. Usaha apapun pasti awalnya kurang lebih sama. tinggal konsistensinya aja gimana. Dan nggak lupa juga koneksinya kayak gimana. Kadang aku nggak percaya keberuntungan, tapi lebih percaya dengan banyak koneksi, membuat segala hal jadi lebih mudah. Apalagi kalau yang punya koneksi warisan alias anak pengusaha sukses, kalau mereka otaknya jalan dan nggak hedon, pasti bisa cepet berkembang deh usahanya. Hahaha.”

“Haha iya sih, tapi aku saat ini nggak mau mikir kesana dulu. Aku mau banyak belajar disini. Cari pengalaman. Nantinya kalau udah cukup pengalaman, ya aku coba cari kerja di perusahaan settle. Abis itu baru deh bikin usaha.”

“Pemikiran yang oke banget Mi itu. Aku bakal selalu dukung kamu kok.”

Dalam hati, gue sebenarnya iri dengan pencapaian Emi ini. Belum juga lulus, dia sudah dipanggil dibeberapa perusahaan. Ya memang bukan perusahaan besar, tapi setidaknya dia punya sesuatu yang bisa dijual. Sementara gue stuck disatu bidang pekerjaan gue. gue sebenarnya sudah pernah melamar ke beberapa tempat, tapi setelah proses wawancara bahkan sampai negosiasis gaji, semuanya mentah dan nggak ada yang ketemu dealnya.

“Yuk kita makan dulu Mi. buat ngerayain kamu kerja lagi. Hehehe.”

“Tapi kan aku belum pasti keterima.”

“Pasti keterima, percaya sama aku.”

“Kok kamu pede?”

“Orang dengan kemampuan kayak kamu pasti gampang nyari kerja. Beda sama aku yang seperti kejebak di profesi ini.”

“Kamu nggak boleh gitu dong. Profesi kamu kan nggak semua orang bisa.”

“Iya tapi hati aku seperti nggak pernah seratus persen di profesi ini Mi. tapi gimana, udah terlalu spesifik dan cukup lama aku berkecimpung di bidang ini. Mana umur aku kan juga udah lewat dari masa rekrutmen entry level. Kalau aku pindah tempat lain, ngulang lagi dari awal itu berat menurut aku sih. Makanya aku juga jadi belajar-belajar dan nyari info tentang wirausaha. Eh ternyata Tuhan kasih jalan dengan kamu kerja di start up. Semoga ini bisa jadi manfaat buat kita kedepannya ya Mi.”

“Aku belum pasti keterima Zy. Tapi kalau feeling kamu keterima sih aku bersyukur aja. teman-teman aku aja belum pada jelas mau kerja dimana. Bahkan ada yang saking bingungnya mending lanjut S2 aja, kayak nggak mau beranjak dari zona nyamannya. Mudah-mudahan aja kalau aku keterima aku jadi banyak ilmunya Zy.”

“Aku berharap gitu sih. Soalnya perusahaan-perusahaan yang bergerak diprofesi aku ini banyakan kuno para pemimpinnya, karena ya emang profesi ini udah ada dari lama. Jadinya ya banyakan orang-orang tua yang mimpin. Sementara anak-anak sekarang kan maunya kerja fleksibel dengan teknologi yang makin canggih. Ini yang aku mau sebenernya, tapi seperti susah aja peluangnya untuk bikin profesi aku ini jadi lebih kekinian. Dan itu bikin aku seperti setengah hati, Mi”

“Berdoa aja, kamu bisa jadi penggerak perubahan Zy di profesi ini. Yakin deh kamu bisa bikin sesuatu pasti. Mulai aja dari usaha kamu yang sama teman-teman kamu itu yang jadi makelar kapal. Itu sama prinsipnya Zy sama perusahaan ini. Bedanya mereka mengembangkan lewat internet, sementara usaha kamu masih konvensional. Bikin web atau aplikasinya kan bisa tuh.”

“Nggak segampang itu. Infrastruktur teknologinya mesti kuat. Sedangkan tim aku nggak ada yang nguasain soal teknologi informasi kayak gitu Mi.”

“Itulah sebabnya kita butuh koneksi, kayak yang kamu bilang kan?”

“Justru itu lemahnya. Kami nggak punya banyak koneksi dibidang teknologi informasi.”

“Kalau ngerekrut?”

“Yaelah, dengan tim yang ada aja ini usaha megap-megap, apalagi nambah personil lagi. Bisa KO ntar. Hahaha. Udahlah, yang penting sekarang berdoa aja semoga kamu benar-benar bisa keterima ya Mi. nggak usah mikirin aku Mi.”

“Iya mudah-mudahan semuanya dilancarin ya Zy.”

“Amiiin.”

annisasutarn967
trikarna
itkgid
itkgid dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.