Kaskus

Story

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:


*********

RULES

- Ikuti perarturan SFTH

- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.

- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.

- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis


index






































Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
theoscusAvatar border
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
#179
Part - 21
Mang Asep, ijin keluar malam ini, katanya dia hendak mengunjungi ponakkannya yang sedang sakit.

"Sakit apa mang ponakannya ?."
"Gak tau den, sudah tiga hari panas, katanya gak sembuh-sembuh."
"Diantar saja mang, sama mas Tono, pake motor."
"Gak usah den, mamang sudah biasa jalan kaki."

Gue tau mang Asep bukan hendak mengunjungi keponakannya, tapi dia hendak pergi ke tempat ki Anom, dukun sakti dari kampung sebelah.
Sesudah kepergiannya, gue diam-diam menyelinap ke paviliun.
Tanpa sepengetahuan gue, ternyata mas Tono membuntuti gue dari belakang. Gue mencoba masuk dari pintu depan, tapi, ternyata pintunya terkunci, lalu gue berjalan ke belakang rumah, ternyata pintu belakang tidak dikunci.

Dengan mengendap-endap gue masuk dan brakkk , kaki gue menabrak sesuatu, ternyata nampan sesajen yang lengkap dengan bunga setaman dan dupa, astaghfirullah, bulu kuduk gue meremang, saat gue lihat ada sesuatu berwarna merah dalam gelas, saat gue dekati ternyata darah dari ayam hitam yang masih menetes, yang tergantung diatasnya dan segelas kopi hitam.

uhekk...uhekk, seketika isi perut gue seperti diaduk-aduk dan mendadak ingin keluar, tapi gue tahan, karena gue gak mau, mang Asep tau kehadiran gue, tapi akibatnya kepala gue rasanya kayak dipukul dengan palu, pusing, berat, hingga akhirnya gue limbung dan jatuh.
Gue terbangun, saat gue merasakan ada tangan yang menyentuh dahi gue.

"Saya dimana ?, aduh...kepala saya sakit dan berat banget."
"Aden di rumah, tadi mas Tono yang bawa aden pulang."
"Di rumah ?, mas Tono ?."

Mas Tono menjelaskan apa yang terjadi, hingga ia menemukan gue terbaring di lantai.

"Aduh mas, bisa ketahuan mang Asep nanti, saya udah masuk ke tempatnya."
"Tenang den, udah saya beresin, dan pintunya juga, sudah saya tutup lagi."
"Oh..yasudah kalau gitu. Terimakasih ya mas."
"Tapi mas Linggar, kenapa mang Asep harus menampung darah ayam hitam ya ?, pasti dia mau nyelakain orang tuh, gila banget sih."

psttt, gue meletakan jari telunjuk gue di mulut.

"Jangan keras-keras mas dan jangan buruk sangka dulu ke orang, gak baik."
"Maaf den, sekali lagi saya minta maaf."

Gue mengangguk dan bangkit dari tempat tidur, lalu gue meminta bi Inah dan mas Tono untuk tidak buka mulut, gue ceritakan apa yang sudah gue denger.

"Tapi ingat, ini baru dugaan, jadi tolong jangan cerita ke siapa-siapa dulu."

Mas Tono dan bi Inah mengangguk berbarengan.

*********

Malam ini gue tidur lebih awal, karena kepala gue masih terasa berat. Bi Narti membawakan gue secangkir jahe hangat. Tapi semakin malam, kepala gue bukannya semakin membaik, tapi malah semakin sakit dan seperti ditusuk tusuk. Dada gue juga serasa ada yang meremas remas.

duarrrr, terdengar ledakan hebat di atap rumah.

Kyai Hasan yang sedang berdzikir, menghentikan dzikirnya.

astaghfirullah...ada kiriman, ujarnya sambil beranjak dan berjalan ke kamar gue. Sepertinya orang ini, sangat faham, bahwa ada sesuatu yang sedang mengancam jiwa gue.

"Anak-anak tolong lindungi yang lain dan bersiagalah, jangan lupa dzikir !"

Kyai Hasan lalu mengetuk kamar gue, dengan menahan sakit gue berjalan menghampiri pintu dan membukanya. Belum lagi gue sempat bicara, tiba-tiba jantung gue, seperti ada yang berusaha menariknya dengan paksa, gue menggelepar dilantai.

"Nak Linggar, istighfar nak, kamu harus kuat !."

Gue terus berjuang dengan rasa sakit yang teramat sangat.

"Fatimah, ambilkan abi air rebusan daun bidara. Didalam botol di mushala."

Fatimah berlari, dan kembali dengan botol di tangannya. Diberikannya botol itu ke abinya.

"Abi, mas Linggar kenapa abi ?, tolong selamatkan dia abi !," ujar Fatimah sambil menangis.

Meski gue sedang berjuang melawan rasa sakit, gue masih bisa melihat air yang keluar dari matanya, dan jatuh di pipi gue.

"Berdoa neng!, kita mohon perlindungan Allah dari gangguan syaiton yang terkutuk dan dari para penyihir. Kamu harus kuat, ya nduk."

Fatimah mengangguk, tanpa sadar gue merengkuh jemarinya, dan gue merasa seperti ada kekuatan yang masuk ke dalam tubuh gue..gue harus kuat, gue harus lawan kekuatan iblis dan gue harus bisa menaklukannya, batin gue.
Kyai Hasan, memberikan gue air rebusan daun bidara, yang sudah beliau bacakan doa dan meminumkannya. Dengan ijin Allah, dada gue yang tadinya sakit, perlahan-lahan berkurang dan terus berkurang, hingga akhirnya gue gak lagi merasakan sakit, tubuh gue kembali normal. Lepas dari pengaruh ghoib, tubuh gue serasa lemas dan keringat membasahi tubuh gue. Fatimah melepaskan pegangan tangan gue perlahan, dia tak ingin di akhirat nanti orang yang ia sayang celaka karenanya.
Gue lihat ia mengucapkan syukur. Air matanya yang tulus kembali tumpah, diciumnya tangan abinya dan dipeluk tubuh tua itu.

"Abi, terimakasih. Abi udah nyelamatin nyawa mas Linggar."

Kyai Hasan mengusap-usap rambut Fatimah.

"Bukan abi neng, tapi Allah. Allahlah yang sudah menolong calon suamimu."

Fatimah tersenyum, dan kembali memeluk abinya.
Santri kyai mengangkat tubuh gue, dan meletakannya di tempat tidur, sementara itu bi Inah membuka baju gue yang basah dan menggantinya dengan yang kering.
Diubah oleh agusmulyanti 05-02-2020 12:26
MontanaRivera
black392
anwaranwar93
anwaranwar93 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.