Kaskus

Story

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:


*********

RULES

- Ikuti perarturan SFTH

- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.

- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.

- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis


index






































Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
theoscusAvatar border
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
#141
Part - 18
Malam jum'at kliwon adalah malam yang seringkali dikaitkan dengan munculnya mahluk halus. Hal itu juga yang jadi topik pembicaraan mas Parjo dan mas Tono sore ini.

Desir angin yang menerpa dedaunan dan gemericik air hujan yang turun sejak sore tadi, membuat suasana malam semakin mencekam.

"Jo, koq aku ngerasa malam ini beda ya."
"Iya mas, aku baru mau ngomong gitu. Perasaan aku juga ndak enak je, rasanya gimana gitu, nih lihat bulu kuduk aku berdiri semua," ujar Parjo, sambil menunjukan bulu-bulu di tangannya yang memang terlihat berdiri.
"Jo..ini malam Jum'at apa to?."
"Bentar mas, aku lihat," Parjo beranjak masuk, dan kembali lagi dengan wajah takut.
"Jum'at Kliwon mas."
"E lha dalah...pantes aja rasanya beda."
"Beda apanya to mas, bikin takut aja sampeyan."
"Lho aku ndak bohong Jo, kata orang-orang tua, ini malamnya mahluk halus gentayangan...hiyyy."

Gue yang dari tadi mendengar percakapan mereka, berniat menjaili mereka. Perlahan gue mengendap endap, dan ketika tubuh gue tepat di belakang mereka, gue diam mematung dan mengeluarkan suara seperti rintihan...sakitttt....sakitttt....tolongg

"Jo, kamu dengar suara orang merintih nggak ?."
"Iya mas...suaranya deket banget ya."

Parjo dan mas Tono, menoleh perlahan, dan saat mata mereka mendapati ada orang yang sedang berdiri dengan baju putih, sontak mereka berteriak.

huaaaaa.....whuaaaaa

Mereka tersungkur bertindihan. Melihat ulah mereka, gue tak dapat menahan tawa.

"Bwahahaha....hahahaha, kaget ya ?."
"Mas Linggar bikin kaget saja. Nih jantung aku sudah mau copot," sungut Parjo.

Mas Tono, mengusap lututnya yang sakit.

"Ya ampun, jangan gitu ah becandanya mas, situasi lagi kayak gini juga."
"Habis kalian ngomongnya ngelantur sih. Malam Jum'at tuh ngaji, surat Al Kahfi, bukan ngomongin setan dan demit."
"Eh mas, ati-ati kalo ngomong, pamali tau, ketulah nanti."

Gue hanya tersenyum, menanggapi ocehan mereka.

"Mas Parjo, tolong kopi ya."
"Panas apa dingin den ?," canda mas Parjo
"Suka-suka deh mas."

Lalu mas Parjo masuk ke dalam, diikuti mas Tono. Tiba-tiba sebuah tangan menyodorkan gue segelas kopi. Gue yang sedang asik dengan game, menerima dan meletakannya dihadapan gue.

"Makasih ya mas, koq cepet banget."

Tak ada sahutan. Selang lima belas menit kemudian, mas Parjo datang membawa tiga gelas kopi, di susul mas Tono yang membawa gedang rebus.

"Loh mas Linggar, koq bikin kopi sendiri."
"Loh tadikan mas Parjo yang ngasih ke aku."
"Eh mas, aku sama mas Tono nih, baru dateng, ini bawa kopi panas sama gedang rebus."

Gue diam, dan berfikir siapa yang memberikan kopi ini ke gue tadi.

********

Lantunan ayat suci yang dibaca Fatimah, membuat hati gue adem. Suara Fatimah, benar-benar merdu. Dengan paras cantik, shalihah dan santun, ia seolah diciptakan Allah khusus buat gue, buat nemenin hari-hari gue, dan buat memberikan keturunan yang shalih dan shalihah.

"Sedang apa nak Linggar ?, kenapa bengong?, ayo mengaji."
"Iya kyai. Terus terang saya tidak pandai mengaji, dari kecil saya tinggal dengan bi Inah, karena orang tua saya sudah meninggal, dan saya tidak pernah diajarkan mengaji, karena.bi Inah pun, tidak pandai mengaji."

Kyai Hasan menepuk punggung gue.

"Tidak pernah ada kata terlambat nak. Jika nyawa sudah ditenggorokan, menyesal sudah tak ada gunanya lagi."

Gue mengangguk, dan berjanji untuk mulai belajar mengaji. Kyai Hasan memaklumi kondisi gue, dan bisa menerima kekurangan gue.
mincli69
MontanaRivera
black392
black392 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.