- Beranda
- Stories from the Heart
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
...
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:
*********
RULES
- Ikuti perarturan SFTH
- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.
- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.
- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis
index
Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
agusmulyanti
#84
Part - 12
Gue duduk disebelah kyai Hasan, sambil meluruskan kaki gue yang nyeri dan kram, sehabis jatuh tadi. Hari mulai gelap dan halimun dingin yang teramat pekat disertai hujan deras yang turun dengan tiba-tiba, memaksa kami untuk berhenti dan mencari tempat berlindung.
"Sepertinya disebelah sana ada rumah kyai. Kita ijin berteduh saja sebentar," ujarku refleks.
Kyai Hasan mengangguk, dan mengajak semua santri untuk berteduh di rumah itu. Saat kami memasuki halamannya, rumah itu begitu sunyi, seperti tak berpenghuni, tetapi sebuah lampu teplok terlihat berpendar terang dalam bilik.
"Assalamualaikum...spada...punten."
Tak ada sahutan, hingga akhirnya muncul seorang wanita tua, bungkuk dan berambut putih dari balik pintu.
"Maaf nek, kami numpang berteduh, kami kehujanan," ujar gue sambil mencium tangan nenek tua itu.
"hihihihi.....hihihihihi....hihihi, silahkan, istirahatlah sesuka kalian, bermalamlah, karena malam ini akan sangat panjang..hihihihi....hihihihi...hihihihi, lalu nenek itu berjalan masuk sambil terus tertawa."
Sumpah buluk kuduk gue langsung berdiri, ketika nenek tua itu ketawa, tawanya serem banget, kayak tawa kuntilanak atau tawa nenek-nenek di film cerita horor. Gue menghampiri kyai Hasan yang terlihat diam sambil memejamkan mata.
"Kita harus hati-hati. Fatimah, kamu beritahu semua agar hati-hati."
"Baik Abi."
Gue gak ngerti apa yang ada di fikiran kyai Hasan, ada apa ini ?, kenapa semua harus hati-hati ?.
Kyai Hasan meminta santrinya shalat bergantian. Hingga tiba giliranku berwudhu. Keinginan buang air, memaksa gue mencari tempat untuk menuntaskan hajat gue. Hingga akhirnya gue melihat sebuah WC di sudut bilik. Aku mendorong pintunya dan memulai aktivitas alami yang tak bisa gue tunda. Saat gue hampir selesai bersuci, gue dikejutkan dengan sesuatu yang menyentuh kepala gue, makin lama makin terasa, panjang dan menjuntai. Gue refleks menoleh keatas aarrkkgghhh, gue berteriak sekuat tenaga, saat gue lihat yang ada diatas gue adalah rambut seorang wanita yang tak terlihat wajahnya. Gue mencoba membuka pintu dengan sekuat tenaga, tapi pintu itu tak bisa terbuka, bergerakpun tidak, hingga akhirnya..braakkk
Sebuah hentakan telah membuat pintu itu terbuka.
"Cepat keluar nak !," teriak kyai Hasan.
Gue berlari dan merapikan celana gue yang masih belum gue seletingin. Sementara kyai Hasan, berusaha menghalau ghoib wanita dengan membaca ayat-ayat suci. Gue terus berlari, dan brukk, tubuh gue menabrak Fatimah yang sedang berdiri mengawasi santri yang sedang shalat.
"Ma..ma..maaf Fatimah."
"Akang kenapa?, Abi dari tadi ngikutin akang, takut akang kenapa-napa, makanya Imah yang jaga disini."
"Aku diganggu hantu wanita Imah, rambutnya panjang banget...hiyyy, serem banget."
"Akang sudah shalat ?,"
Gue menggeleng, masih dengan nafas senin kamis.
"Ya udah, kalau gitu akang shalat dulu, nanti maghribnya keburu habis."
Gue mengangguk dan mulai menjalankan shalat.
Fatimah mengawasi gue, gue sebenernya malu, koq malah gue yang dijaga, bukan gue yang jaga dia. Tak lama berselang kyai Hasan datang.
"Bagaimana Abi ?,"
"Pertarungan sudah dimulai neng. Nenek tadi adalah kuntilanak yang tadi mengganggu nak Linggar."
"Terus gimana bi?."
"Kita harus tinggalkan tempat ini, sekarang juga, karena kalau tidak, akan ada hal-hal buruk yang lebih menyeramkan lagi."
Gue yang mendengarkan percakapan kyai Hasan dan Fatimah, memang merasakan hal ganjil saat memasuki pekarangan rumah ini, seperti ada berpasang-pasang mata yang mengawasi gue dan temen-temen.
"Ayo semua, kita berangkat." teriak kyai Hasan.
"Dengan hujan yang demikian besar kyai."
"Kyai Hasan mengangguk."
Akhirnya kami berjalan diderasnya hujan dan gelapnya malam. Dinginnya air hujan, seperti meremukan tulang-tulang gue, badan gue seperti membeku dan menggigil, hingga tiba-tiba
awass...berhentii semua !!
Sebuah teriakan keras, membuat kami menghentikan perjalanan. Seseorang berlari dibelakang kami, di derasnya hujan dan digelapnya malam, dengan cepat.
"Abi..," Fatimah berteriak dengan nada kaget.
Lalu yang didepan itu siapa ?
Fatimah dan para santri bingung, kyai Hasan ada dua. Saat tubuh yang berlari, telah sampai, Fatimah surut kebelakang.
"Siapa kamu ?, mengapa kamu menyerupai abiku."
"Aku abimu Fatimah."
"Lalu yang didepan sana ?."
Fatimah dan seseorang yang mengaku kyai Hasan menghampiri kyai Hasan yang sedang berjalan bersama gue.
"Kang Linggar !, kang berhenti." ujar Fatimah, sambil menarik tangan gue.
Kyai Hasan yang tadi berjalan bersama gue, diam dan tak bergetak.
"Siapa kamu ?," terdengar suara Kyai Hasan yang baru datang, membentak dengan keras.
Wajah itu menoleh sambil menjawab.
"Aku kyai Hasan....hahaha...hahaha...hahaha."
Wajah yang teramat menyeramkan, dengan taring dan mata merah menyala, terus tertawa. Kyai Hasan mengeluarkan jurusnya sambil membaca ayat-ayat suci, sebelum akhirnya mahluk itu hilang dan berteriak dengan suara keras..aaarrrkghhhh
"Sepertinya disebelah sana ada rumah kyai. Kita ijin berteduh saja sebentar," ujarku refleks.
Kyai Hasan mengangguk, dan mengajak semua santri untuk berteduh di rumah itu. Saat kami memasuki halamannya, rumah itu begitu sunyi, seperti tak berpenghuni, tetapi sebuah lampu teplok terlihat berpendar terang dalam bilik.
"Assalamualaikum...spada...punten."
Tak ada sahutan, hingga akhirnya muncul seorang wanita tua, bungkuk dan berambut putih dari balik pintu.
"Maaf nek, kami numpang berteduh, kami kehujanan," ujar gue sambil mencium tangan nenek tua itu.
"hihihihi.....hihihihihi....hihihi, silahkan, istirahatlah sesuka kalian, bermalamlah, karena malam ini akan sangat panjang..hihihihi....hihihihi...hihihihi, lalu nenek itu berjalan masuk sambil terus tertawa."
Sumpah buluk kuduk gue langsung berdiri, ketika nenek tua itu ketawa, tawanya serem banget, kayak tawa kuntilanak atau tawa nenek-nenek di film cerita horor. Gue menghampiri kyai Hasan yang terlihat diam sambil memejamkan mata.
"Kita harus hati-hati. Fatimah, kamu beritahu semua agar hati-hati."
"Baik Abi."
Gue gak ngerti apa yang ada di fikiran kyai Hasan, ada apa ini ?, kenapa semua harus hati-hati ?.
Kyai Hasan meminta santrinya shalat bergantian. Hingga tiba giliranku berwudhu. Keinginan buang air, memaksa gue mencari tempat untuk menuntaskan hajat gue. Hingga akhirnya gue melihat sebuah WC di sudut bilik. Aku mendorong pintunya dan memulai aktivitas alami yang tak bisa gue tunda. Saat gue hampir selesai bersuci, gue dikejutkan dengan sesuatu yang menyentuh kepala gue, makin lama makin terasa, panjang dan menjuntai. Gue refleks menoleh keatas aarrkkgghhh, gue berteriak sekuat tenaga, saat gue lihat yang ada diatas gue adalah rambut seorang wanita yang tak terlihat wajahnya. Gue mencoba membuka pintu dengan sekuat tenaga, tapi pintu itu tak bisa terbuka, bergerakpun tidak, hingga akhirnya..braakkk
Sebuah hentakan telah membuat pintu itu terbuka.
"Cepat keluar nak !," teriak kyai Hasan.
Gue berlari dan merapikan celana gue yang masih belum gue seletingin. Sementara kyai Hasan, berusaha menghalau ghoib wanita dengan membaca ayat-ayat suci. Gue terus berlari, dan brukk, tubuh gue menabrak Fatimah yang sedang berdiri mengawasi santri yang sedang shalat.
"Ma..ma..maaf Fatimah."
"Akang kenapa?, Abi dari tadi ngikutin akang, takut akang kenapa-napa, makanya Imah yang jaga disini."
"Aku diganggu hantu wanita Imah, rambutnya panjang banget...hiyyy, serem banget."
"Akang sudah shalat ?,"
Gue menggeleng, masih dengan nafas senin kamis.
"Ya udah, kalau gitu akang shalat dulu, nanti maghribnya keburu habis."
Gue mengangguk dan mulai menjalankan shalat.
Fatimah mengawasi gue, gue sebenernya malu, koq malah gue yang dijaga, bukan gue yang jaga dia. Tak lama berselang kyai Hasan datang.
"Bagaimana Abi ?,"
"Pertarungan sudah dimulai neng. Nenek tadi adalah kuntilanak yang tadi mengganggu nak Linggar."
"Terus gimana bi?."
"Kita harus tinggalkan tempat ini, sekarang juga, karena kalau tidak, akan ada hal-hal buruk yang lebih menyeramkan lagi."
Gue yang mendengarkan percakapan kyai Hasan dan Fatimah, memang merasakan hal ganjil saat memasuki pekarangan rumah ini, seperti ada berpasang-pasang mata yang mengawasi gue dan temen-temen.
"Ayo semua, kita berangkat." teriak kyai Hasan.
"Dengan hujan yang demikian besar kyai."
"Kyai Hasan mengangguk."
Akhirnya kami berjalan diderasnya hujan dan gelapnya malam. Dinginnya air hujan, seperti meremukan tulang-tulang gue, badan gue seperti membeku dan menggigil, hingga tiba-tiba
awass...berhentii semua !!
Sebuah teriakan keras, membuat kami menghentikan perjalanan. Seseorang berlari dibelakang kami, di derasnya hujan dan digelapnya malam, dengan cepat.
"Abi..," Fatimah berteriak dengan nada kaget.
Lalu yang didepan itu siapa ?
Fatimah dan para santri bingung, kyai Hasan ada dua. Saat tubuh yang berlari, telah sampai, Fatimah surut kebelakang.
"Siapa kamu ?, mengapa kamu menyerupai abiku."
"Aku abimu Fatimah."
"Lalu yang didepan sana ?."
Fatimah dan seseorang yang mengaku kyai Hasan menghampiri kyai Hasan yang sedang berjalan bersama gue.
"Kang Linggar !, kang berhenti." ujar Fatimah, sambil menarik tangan gue.
Kyai Hasan yang tadi berjalan bersama gue, diam dan tak bergetak.
"Siapa kamu ?," terdengar suara Kyai Hasan yang baru datang, membentak dengan keras.
Wajah itu menoleh sambil menjawab.
"Aku kyai Hasan....hahaha...hahaha...hahaha."
Wajah yang teramat menyeramkan, dengan taring dan mata merah menyala, terus tertawa. Kyai Hasan mengeluarkan jurusnya sambil membaca ayat-ayat suci, sebelum akhirnya mahluk itu hilang dan berteriak dengan suara keras..aaarrrkghhhh
Diubah oleh agusmulyanti 03-02-2020 11:25
anwaranwar93 dan 18 lainnya memberi reputasi
19