Kaskus

Story

agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:


*********

RULES

- Ikuti perarturan SFTH

- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.

- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.

- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis


index






































Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
theoscusAvatar border
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
agusmulyantiAvatar border
TS
agusmulyanti
#54
Part - 11
Kyai Hasan meminta Fatimah menyiapkan makan siang untuk gue dan mas Tono. Fatimah dengan cekatan menyiapkan semuanya sendiri. Gue begitu kagum dengan kecantikannya, hingga tak sadar kalau kyai Hasan sedang bertanya. Mas Tono menyenggol tangan gue, sambil berbisik..

"Mas...mas Linggar, ditanya kyai tuh.."
"Ah...apa mas Tono?."
"Kyai Hasan, tadi nanya sesuatu mas."

Gue gak bisa menyembunyikan rasa malu gue, karena ketahuan sedang memperhatikan putrinya.

"Maaf kyai...tadi kyai tanya apa?."
"Begini nak, sebaiknya kita harus berangkat sebelum adzan Ashar, agar kita tidak kemalaman sampai di rumah nak Linggar."
"Baik kyai."

Fatimah muncul dari balik pintu, dengan lembut ia berbisik ke abinya.

"Maaf Abi, makanannya sudah siap. Abi jadi berangkat siang ini ?."
"Iya neng. Eneng sebaiknya ikut, karena Abi enggak tega ninggalin eneng sendiri. Oh iya neng, jangan lupa bilangin beberapa santri, untuk ikut dengan kita. Kita berangkat setengah jam lagi."
"Baik Abi."

Fatimah bergegas mempersiapkan segalanya, tubuhnya yang tinggi semampai terlihat sangat gesit dan energik.

"Fatimah itu juara silat loh nak Linggar. Dia melatih beladiri Santriwati di pondok kalau malam, sedangkan kalau siang, ia membantu saya di perkebunan teh."

"Wah..saya gak nyangka kyai. Saya fikir Fatimah itu, cuma perempuan biasa."

"Perempuan itu harus pintar, kuat dan berakhlak. Karena seorang perempuan kelak akan menjadi seorang ibu, dan dialah yang akan menjadi madrasah pertama buat anak-anak kita."

Gue hanya mengangguk mendengar tausiyah singkat kyai. Dalam hati gue berdoa, mudah-mudahan gue bisa menghalalkan Fatimah jadi istri gue.

"Aamiin," ucap kyai Hasan. Sumpah saat ini gue merasa terciduk, karena kyai Hasan, sepertinya dapat membaca isi hati gue...haduh malu bangat.

********

Waktu menunjukan pukul 13.15 menit, saat kami memutuskan untuk berangkat, cuaca terlihat sangat bersahabat, tidak terlalu panas dan juga tidak mendung. Sebelum berangkat kyai Hasan memberikan beberapa petunjuk yang harus kami lakukan sebagai antisipasi terhadap segala kemungkinan. Beberapa santri dengan seksama memperhatikan instruksi yang diberikan. Setelah berdoa, gue dan rombongan bergerak menaiki lereng bukit, hati gue seperti berbunga bunga, karena Fatimah ikut bergabung dalam rombongan.

********

Gawai gue berbunyi...bi Inah. Gue emang sengaja memberikan bi Inah handphone, agar kalau terjadi sesuatu, bi Inah bisa langsung menghubungi gue.

"Assalamualaikum. Iya bi, ada apa ?."
"Waalaikumusallam. Den..dari semenjak aden pergi, mang Asep gak keluar-keluar dari paviliun, udah gitu, bibi ngeliat mang Asep bawa ayam hitam keluar dari rumah dan menyembelihnya. Bibi takut den."

"Bibi jangan kemana-mana ya. Pintu rumah di kunci saja, bilang Parjo, periksa semua pintu."
"Iya den."

Lalu telfhone terputus. Kyai Hasan seperti mengerti situasinya, beliau menginstruksikan santri-santrinya untuk bergerak lebih cepat, agar tiba sebelum maghrib.
Fatimah dengan gesit dan cekatan berjalan menaiki kaki bukit, gue gak melihat adanya rasa lelah diwajahnya yang rupawan. Bahkan dengan semangat ia memberikan aba-aba kepada para santri. Sementara gue sendiri, udah sedikit ngos-ngosan, begitu juga dengan mas Tono.
Saat adzan ashar, kami sudah hampir sampai di rumah. Kami berhenti sesaat untuk mengerjakan shalat. Meskipun kami sedang dalam keadaan darurat, namun kami tetap khusuk dalam beribadah dan berharap semua rombongan selamat dalam perjalanan ini.

************

Rumah gue sudah mulai terlihat. Jika tidak ada halangan, sepuluh menit lagi, kami sudah sampai. Saking senangnya, gue sampai gak ngeliat, kalau di depan gue ada lubang. Tubuh gue sempoyongan, sebelum akhirnya, jatuh di tanah.
Fatimah yang melihat kondisi gue, refleks mendekat, dan mencoba untuk menolong, tapi niat itu diurungkannya. Dia lalu memanggil seorang santri pria, dan menyuruhnya untuk mengobati luka-luka yang ada ditubuh gue.
Gue sempet kecewa, tp setelah santri yang nolong gue ngejelasin, gue bisa memahami kondisinya. Fatimah belum halal buat gue.
Diubah oleh agusmulyanti 02-02-2020 22:55
MontanaRivera
black392
anwaranwar93
anwaranwar93 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.