Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Demo Tolak Ratusan WNI dari Wuhan, Kerusuhan Pecah di Natuna


Demo Tolak Ratusan WNI dari Wuhan, Kerusuhan Pecah di Natuna

Suara.com - Kerusuhan massa terjadi di akses jalan gerbang menuju Bandara Raden Sadjad, Ranai, Kabupaten Natuna, Minggu (2/2/2020). Ratusan orang terlibat aksi dorong-dorongan dengan aparat menjelang ketibaan WNI evakuasi Wuhan dari Batam menuju daerah ini.

Kekhawatiran yang tinggi akan virus corona memantik warga Natuna menolak upaya karantina ratusan WNI dari Wuhan yang dijadwalkan tiba hari ini. Kendati Kemenkes memastikan para WNI yang dievakuasi dalam kondisi sehat, namun warga tetap menolak proses karantina di Natuna.

Pemerintah sebelumnya sudah menyiapkan hanggar Lanud Raden Sadjad Natuna sebagai lokasi observasi selama masa inkubasi yang dilakukan terhadap WNI sebelum mereka dinyatakan 100 persen aman dari virus corona. Tenaga medis dan psikis sudah diturunkan Kemenkes ke Natuna.

Aksi penolakan sudah terjadi sejak, Sabtu (1/1/2020) setelah kabar bahwa Natuna dijadikan lokasi observasi selama 14 hari. Bahkan hingga malam, demonstrasi warga pecah di Kantor DPRD hingga gerbang Bandara Lanud Raden Sadjad.

"Apapun alasannya, kenapa harus Natuna? kalau iya mereka sudah sehat, kenapa nggak pulang ke rumah saja langsung. Berarti kan itu ada kemungkinan masih bisa tertular, makanya dibawa ke Natuna untuk observasi," ujar salah seorang warga yang ikut berdemo.

Massa membakar ban bekas sambil menyorakkan penolakan kedatangan ratusan WNI Wuhan. Selain syok dengan sikap pemerintah pusat yang tiba-tiba mengambil kebijakan ini, mereka juga kecewa dengan Bupati Natuna yang hingga saat ini tidak berada di Natuna.

Wakil Bupati Natuna, Ngesti Yuni Suprapti angkat suara terkait penolakan masyarakat Natuna sebagai lokasi evakuasi WNI dari Wuhan. Diakui Ngesti, warga syok mendengar kabar tiba-tiba dari pemerintah pusat. Apalagi mereka dibayangi ganasnya virus corona yang santer diberitakan di televisi.

"Warga Natuna menolak. Kami dari Pemda juga tidak ada konfirmasi (dari pemerintah pusat," kata Ngesti, kepada Batamnews, Sabtu (1/2/2020).

Menurutnya, warga hanya mengetahui dari surat kabar dan video yang beredar. "Tadi malam, mereka mendatangi Kantor DPRD juga ingin menanyakan ke pemerintah pusat yang mengurusi evakuasi tersebut," ujar Ngesti.
sumber

☆☆☆☆☆

Hmmm...
Kemarin-kemarin ada yang memaki pemerintah soal evakuasi para mahasiswa dar Wuhan.
Pemerintah dianggap lalai, lambat, masa bodo, dan macam-macam makian. Mereka merasa soal evakuasi itu soal mudah. Ambil, angkut, taruh, seperti barang. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa yang diangkut oleh pemerintah adalah manusia. Dan mereka diangkut dari pusat wabah mematikan dari negara lain. Ini artinya pemerintah membawa sekelompok orang yang belum bisa dipastikan terkena wabah tersebut atau tidak.

Tapi jika kita mau menduga-duga apakah mereka yang dievakuasi ini aman atau tidak dari Corona, nyatanya ada beberapa mahasiswa yang tidak diangkut karena tidak lolos tes kesehatan dari pihak setempat. Ada pula yang justru enggan untuk dievakuasi, entah apa yang melatari keputusan mereka. Apakah mereka lebih nyaman hidup di pusat wabah dengan segala keterbatasan, ataukah ada itikad lain didalam hati mereka.

Kalau kita mau berpikir dengan pikiran jernih, seharusnya yang lebih ditakutkan adalah mereka, para mahasiswa Aceh yang pulang dengan swadaya sendiri, sebab tanpa karantina lagi, mereka langsung berbaur dengan masyarakat sekitar. Dan jumlah mereka ada belasan orang. Jika 1 orang sanggup menulari 10 orang sekitarnya, maka jumlah orang yang akan tertular virus Corona bisa ratusan jiwa. Ini patut disesalkan.

Evakuasi para mahasiswa Indonesia dari Wuhan, melalui 1 gerbang, dan masuk ke gerbang lainya untuk dipusatkan pada pusat karantina, dengan prosedur yang ketat.

Jadi ketakutan masyarakat Natuna sebenarnya terlalu berlebihan. Apalagi mereka yang dievakuasi tidak dibiarkan berbaur dengan masyarakat. Mereka menempati hanggar yang sudah disterilisasi.

Jika sampai ada kerusuhan seperti itu, artinya yang patut dipersalahkan adalah pemimpin wilayah setempat yang tidak bisa menjelaskan secara jernih kepada masyarakat setempat. Alih-alih memberi penjelasan, justru Wakil Bupatinya malah ikut memprotes keputusan pemerintah pusat. Ini sebuah pembangkangan. Seolah-olah keputusan pemerintah pusat adalah keputusan bodoh.

Mana suara mereka yang kemarin menghina-hina pemerintah yang mengaakan bahwa pemerintah pusat mengabaikan keselamatan jiwa para mahasiswa Indonesia di Wuhan? Menghilang? Diam? Atau tak punya jawaban?

Lu pikir ini barang impor?
hadli30
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 39 lainnya memberi reputasi
38
8.6K
182
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Tampilkan semua post
i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
#3
extreme78
meowzie
itkgid
itkgid dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.