- Beranda
- Stories from the Heart
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
...
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:
*********
RULES
- Ikuti perarturan SFTH
- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.
- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.
- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis
index
Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
agusmulyanti
#7
Part - 4
Hari sudah mendekati senja, tatkala gue memutuskan untuk kembali pulang. Hingga ketika mobil mulai dihidupkan, tiba-tiba mang Asep berlari ke arah gue.
"Den!...den Linggar !, maaf den."
"Ada apa mang."
"Anu den, sepertinya aden dan rombongan gak bisa pulang sekarang."
"Loh, memang kenapa mang ?."
"Anu den, tebing yang ke arah rumah ini longsor, jadi jalannya gak bisa dilalui."
"Wah koq bisa sih, padahal gak hujan. Emang sering ya mang longsor kayak gini ?."
"Gak pernah den, baru kali ini. Mamang juga gak ngerti kenapa."
Gue bingung dan gak nyangka, kalau bisa ketemu masalah kayak gini.
"Ada jalan alternatif lain gak mang, untuk keluar dari sini ?."
"Ada den, tapi butuh waktu berhari hari, karena harus melewati bukit itu. Udah gitu jalannya terjal dan berbahaya."
Akhirnya gue dan semua yang ada dalam mobil turun, dan kembali kedalam rumah.
********
Gue diem gak bisa ngomong apa-apa, fikiran gue buntu. Gue langkahkan kaki ke halaman samping yang dipenuhi bunga-bunga, tiba-tiba layar gawai gue berdering...VC dari Ayu.
"Hallo....sayang."
"Hallo mas. Mas kamu dimana ? Koq WA aku gak dibalas sih?. Besok kamu datang kan?."
"Aku gak bisa pulang sayang, aku terjebak di rumah baru yang ada diatas bukit. Tanahnya longsor."
"Mas..siapa perempuan yang sama2 kamu itu, kamu selingkuh ya mas, kamu jahat mas...huhuhu...huhuhu, aku benci sama kamu mas...huhuhuhu....huhuhuhuhu."
"Perempuan mana sayang, aku sendiri."
"Kamu gak usah bohong mas, udah ketangkep basah, masih mau ngelak. Udah jelas-jelas dia ada dibelakang kamu...huhuhuhu...aku benci kamu mas, kita putusss."..
tuttttt.....tuttttt.....tutttt, Ayu memutuskan pembicaraannya bersamaan dengan putusnya hubungan kami.
Gue memandang sekeliling gue, gak ada siapa-siapa, kenapa Ayu bisa bilang gue sama cewek. Gue coba menghubungi dia sekali lagi, sayang sinyal di tempat ini sangat buruk, hingga berkali kali gue coba, tetep gak bisa....Fuck...ja**uk
Bi Inah yang memperhatikan gue dari dalam rumah, berlari mendekat sambil membawa jacket.
"Kenapa den?, ada masalah?," tanyanya sambil menyodorkan jacket ke arah gue
Gue gak pernah bisa menyembunyikan masalah sekecil apapun dari bi inah. Perempuan paruh baya ini, emang sedari kecil udah nemenin gue, semenjak gue baru lahir, hingga gue sebesar ini.
Gue duduk di bangku taman, gue minta bi Inah duduk di sebelah gue.
"Bi..sebenarnya aku ini dikutuk atau apa sih ?."
"Loh..koq aden bicara begitu, gak baik den. Ada masalah apa den ?, apa ada kaitannya sama mbak Ayu ?."
Gue mengangguk, lalu gue ceritain masalahnya, hingga dia mutusin gue.
"Aku gak tau bi, kenapa dia bilang aku selingkuh, karena dia lihat dibelakang aku ada cewek cantik, kan konyol bi, padahal jelas-jelas aku lagi sendiri. Ya Allah."
Bi Inah menghela nafas panjang. Lalu dengan lembut ia berkata.
"Den...kalau mbak Ayu itu jodoh aden, pasti ia akan kembali ke aden, tapi kalau tidak, berdoa saja, agar Allah mendekatkan aden dengan wanita yang lebih baik. Percayalah den, suatu saat aden akan mendapatkan seorang istri yang cantik dan shalihah. Bibi selalu berdoa untuk aden. Ayo kita masuk den, kabut sudah mulai turun."
Gue berjalan mengikuti langkah bi Inah, entah kenapa, setelah berbicara dengan bi Inah, dada gue rasanya lebih plong.
********
Kabut semakin malam semakin tebal. Mas Tono dan Parjo membawa kayu bakar untuk ditempatkan di perapian. Udara di rumah inipun semakin malam semakin dingin.
Bi Narti dan bi Inah, menyiapkan makan malam di depan perapian, karena gue mau semua bisa makan malam bersama sama.
*******
Bi Narti merapikan piring dan gelas kotor serta sibuk mencucinya. Sementara bi Inah membereskan lauk pauk sisa makan.
awwww....., tiba-tiba terdengar suara bi Narti berteriak. Bi Inah berlari diikuti mas Tono dan Parjo. Gue yang sedang berada di beranda, mendengar keributan itu.
"Ada apa ini ?."
"Itu mas Linggar, Narti katanya kakinya seperti ada yang narik, waktu sedang mencuci piring."
"Betul itu bi ?."
"Iya mas Linggar...hiyyy, saya takut banget mas," ujar bi Narti, masih dengan raut ketakutan
Gue jongkok di tempat yang ditunjukan bi Narti, dan memperhatikan dengan seksama, gak ada yang aneh.
"Mungkin bibi kecapekan kali, yasudah sesudah shalat isya, kita semua istirahat saja."
"Iya den."
Usai shalat Isya berjamaah, gue langsung menuju kamar besar disebelah kamar ayah. Sedang bi Narti dan bi Inah, tidur di kamar dekat ruang makan, sementara mas Tono dan Parjo tidur di kamar atas berseberangan dengan paviliun tempat mang Asep tinggal.
Jangan lupa gan n sist
dan 
"Den!...den Linggar !, maaf den."
"Ada apa mang."
"Anu den, sepertinya aden dan rombongan gak bisa pulang sekarang."
"Loh, memang kenapa mang ?."
"Anu den, tebing yang ke arah rumah ini longsor, jadi jalannya gak bisa dilalui."
"Wah koq bisa sih, padahal gak hujan. Emang sering ya mang longsor kayak gini ?."
"Gak pernah den, baru kali ini. Mamang juga gak ngerti kenapa."
Gue bingung dan gak nyangka, kalau bisa ketemu masalah kayak gini.
"Ada jalan alternatif lain gak mang, untuk keluar dari sini ?."
"Ada den, tapi butuh waktu berhari hari, karena harus melewati bukit itu. Udah gitu jalannya terjal dan berbahaya."
Akhirnya gue dan semua yang ada dalam mobil turun, dan kembali kedalam rumah.
********
Gue diem gak bisa ngomong apa-apa, fikiran gue buntu. Gue langkahkan kaki ke halaman samping yang dipenuhi bunga-bunga, tiba-tiba layar gawai gue berdering...VC dari Ayu.
"Hallo....sayang."
"Hallo mas. Mas kamu dimana ? Koq WA aku gak dibalas sih?. Besok kamu datang kan?."
"Aku gak bisa pulang sayang, aku terjebak di rumah baru yang ada diatas bukit. Tanahnya longsor."
"Mas..siapa perempuan yang sama2 kamu itu, kamu selingkuh ya mas, kamu jahat mas...huhuhu...huhuhu, aku benci sama kamu mas...huhuhuhu....huhuhuhuhu."
"Perempuan mana sayang, aku sendiri."
"Kamu gak usah bohong mas, udah ketangkep basah, masih mau ngelak. Udah jelas-jelas dia ada dibelakang kamu...huhuhuhu...aku benci kamu mas, kita putusss."..
tuttttt.....tuttttt.....tutttt, Ayu memutuskan pembicaraannya bersamaan dengan putusnya hubungan kami.
Gue memandang sekeliling gue, gak ada siapa-siapa, kenapa Ayu bisa bilang gue sama cewek. Gue coba menghubungi dia sekali lagi, sayang sinyal di tempat ini sangat buruk, hingga berkali kali gue coba, tetep gak bisa....Fuck...ja**uk
Bi Inah yang memperhatikan gue dari dalam rumah, berlari mendekat sambil membawa jacket.
"Kenapa den?, ada masalah?," tanyanya sambil menyodorkan jacket ke arah gue
Gue gak pernah bisa menyembunyikan masalah sekecil apapun dari bi inah. Perempuan paruh baya ini, emang sedari kecil udah nemenin gue, semenjak gue baru lahir, hingga gue sebesar ini.
Gue duduk di bangku taman, gue minta bi Inah duduk di sebelah gue.
"Bi..sebenarnya aku ini dikutuk atau apa sih ?."
"Loh..koq aden bicara begitu, gak baik den. Ada masalah apa den ?, apa ada kaitannya sama mbak Ayu ?."
Gue mengangguk, lalu gue ceritain masalahnya, hingga dia mutusin gue.
"Aku gak tau bi, kenapa dia bilang aku selingkuh, karena dia lihat dibelakang aku ada cewek cantik, kan konyol bi, padahal jelas-jelas aku lagi sendiri. Ya Allah."
Bi Inah menghela nafas panjang. Lalu dengan lembut ia berkata.
"Den...kalau mbak Ayu itu jodoh aden, pasti ia akan kembali ke aden, tapi kalau tidak, berdoa saja, agar Allah mendekatkan aden dengan wanita yang lebih baik. Percayalah den, suatu saat aden akan mendapatkan seorang istri yang cantik dan shalihah. Bibi selalu berdoa untuk aden. Ayo kita masuk den, kabut sudah mulai turun."
Gue berjalan mengikuti langkah bi Inah, entah kenapa, setelah berbicara dengan bi Inah, dada gue rasanya lebih plong.
********
Kabut semakin malam semakin tebal. Mas Tono dan Parjo membawa kayu bakar untuk ditempatkan di perapian. Udara di rumah inipun semakin malam semakin dingin.
Bi Narti dan bi Inah, menyiapkan makan malam di depan perapian, karena gue mau semua bisa makan malam bersama sama.
*******
Bi Narti merapikan piring dan gelas kotor serta sibuk mencucinya. Sementara bi Inah membereskan lauk pauk sisa makan.
awwww....., tiba-tiba terdengar suara bi Narti berteriak. Bi Inah berlari diikuti mas Tono dan Parjo. Gue yang sedang berada di beranda, mendengar keributan itu.
"Ada apa ini ?."
"Itu mas Linggar, Narti katanya kakinya seperti ada yang narik, waktu sedang mencuci piring."
"Betul itu bi ?."
"Iya mas Linggar...hiyyy, saya takut banget mas," ujar bi Narti, masih dengan raut ketakutan
Gue jongkok di tempat yang ditunjukan bi Narti, dan memperhatikan dengan seksama, gak ada yang aneh.
"Mungkin bibi kecapekan kali, yasudah sesudah shalat isya, kita semua istirahat saja."
"Iya den."
Usai shalat Isya berjamaah, gue langsung menuju kamar besar disebelah kamar ayah. Sedang bi Narti dan bi Inah, tidur di kamar dekat ruang makan, sementara mas Tono dan Parjo tidur di kamar atas berseberangan dengan paviliun tempat mang Asep tinggal.
Jangan lupa gan n sist
dan 
Diubah oleh agusmulyanti 01-02-2020 19:27
anwaranwar93 dan 29 lainnya memberi reputasi
30