- Beranda
- Stories from the Heart
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
...
TS
agusmulyanti
RUMAH WARISAN ATAS BUKIT
Spoiler for prolog:
*********
RULES
- Ikuti perarturan SFTH
- Agan2 dan Sista bebas berkomentar, memberikan kritik dan saran yang membangun.
- Selama Kisah ini Ditulis, mohon untuk berkomentar seputar cerita.
- Dilarang meng-copas atau meng copy segala bentuk di dalam cerita ini tanpa seizin penulis
index
Diubah oleh agusmulyanti 07-12-2022 06:16
theoscus dan 56 lainnya memberi reputasi
55
43.4K
590
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•2Anggota
Tampilkan semua post
TS
agusmulyanti
#1
Part - 1
Malam ini, gue mengumpulkan keluarga ayah, untuk membicarakan masalah harta waris, yang belum lama ini diberikan ke gue. Gue pandangi wajah ibu tiri gue dan dua anak gadisnya. Yang tertua bernama Kirana Harum Sari dan si bungsu Melati Suci.
Mereka terlihat tertunduk dan pasrah dengan keputusan gue, terutama ibu Hanum, yang sejak kepulangannya dari penjara, hanya diam dan tak banyak bicara.
ehmm..gue berdehem untuk menghilanglan kekakuan suasana, sebelum akhirnya gue bicara.
"Ibu Hanum, mbak Kirana dan Melati, aku mendapatkan warisan berupa dua buah rumah dari ayah ganjar."
Ibu Hanum sedikit terkejut dan menatap gue sambil bertanya.
"Dua nak Linggar?. Nak Linggar mungkin salah baca, atau mungkin papap salah ketik, karena setahu ibu, papap hanya punya rumah besar ini."
"Betul bu Hanum, ini ada sertifikatnya," ujar gue sambil menyodorkan serifikat atas nama ayah.
Bu Hanum memperhatikan sertifikat itu, begitu juga dengan Kirana dan Melati, sesaat kemudian terlihat ia mengerutkan dahinya yang sudah dipenuhi garis-garis ketuaan, sambil bergumam..
"Koq mamih gak tau ya, papap punya rumah lagi, bener-bener keterlaluan papap kalian."
"Iya mih, aku dan Melati juga gak tau, karena, papap gak pernah ngajak kita kesana."
Gue menangkap gurat kekecewaan diwajah mereka. Mereka wajar merasa kecewa, karena masalah sebesar ini, mereka tidak diberi tahu.
"Ibu Hanum tenanglah !, aku sangat menghargai ibu, sebagai istri ayah. Jadi meski ayah mewariskan semuanya untukku, aku tidak akan mengambil semua rumah itu, aku akan membaginya dengan ibu. Rumah ini dan semua isinya, aku serahkan untuk Ibu Hanum, mbak Kirana dan Melati. Aku tau rumah ini punya banyak kenangan untuk kalian, jadi aku ikhlas bu."
Ibu Hanum menatap gue dengan wajah seolah tak percaya, lalu ia memeluk kedua putrinya sambil menangis, mereka bertiga saling bertangisan. Dengan langkah tertatih, ia melangkah ke arah gue, dipeluknya tubuh gue erat-erat dengan tubuh gempalnya sambil menangis.
"Terimakasih nak, terimakasih. Ternyata kamu memang benar-benar anak yang baik. Padahal pada saat ayahmu menuliskan akan mewariskan rumah ini kepada kamu, ibu begitu marah lalu memukulnya hingga ayah kamu meninggal. Ibu betul-betul minta maaf nak, ibu ini gak pantes jadi ibu tiri kamu nak, ibu jahattt...plak....plak...plak," ujarnya sambil memukul-mukul wajahnya.
Gue raih tangannya dan mencoba menenangkannya.
"Tenanglah bu Hanum, yang sudah, ya sudah, gak usah difikirin lagi, yang penting ibu sudah tau kesalahan ibu, dan mau bertobat. InsyaAllah, Allah akan memaafkan ibu, begitu juga ayah."
*******
Malam telah semakin larut, semuanya sudah kembali ke kamar masing-masing. Gue pun sudah kembali pulang ke rumah.
Bi Inah membuatkan wedang hangat dan setangkup roti untuknya.
"Wah..bi Inah nih juara banget kalau soal bikin wedang, ini uweenakk tenan bi," ujar gue sambil memejamkan mata.
"Ah..den Linggar bisa saja. Ayo cepat diminum den !, nanti keburu dingin. Oh iya den besok jadi kita pergi ke rumah warisan aden, yang dimana itu ? lali aku."
"Diatas bukit bi. Jadi lah, besok kita berangkat agak pagian saja bi, takut macet. Ajak bi Narti, mas Tono dan Parjo juga, biar bisa bantu bersih-bersih."
"Baik den, nanti bibi kasih tau semua."
"Ya wes, aku ke kamar dulu ya, mau istirahat, capek bi," ujar gue sambil berjalan meninggalkannya.
******
tring...tring...tring
Gue lihat WA masuk, dari Ayu. Ayu adalah pacar gue. Sesudah berkali kali gue gagal menjalin kasih dengan wanita karena dendam Lidia, akhirnya gue menemukan tambatan hati yang cantik dan shalihah.
"Mas..mas lagi apa?, koq gak telfon aku."
"Mas..aku kangeen."
"Mas...ya mas udah tidur ya. Ya sudah met bobo mas..night."
Gue tersenyum membaca WA darinya, tapi malam ini, gue gak ingin membalas WA nya, gue begitu lelah dan ingin segera tidur. Gue pejamkan mata, dan sesaat kemudian dinginnya malam telah membuai gue, hanyut dalam mimpi.
Mereka terlihat tertunduk dan pasrah dengan keputusan gue, terutama ibu Hanum, yang sejak kepulangannya dari penjara, hanya diam dan tak banyak bicara.
ehmm..gue berdehem untuk menghilanglan kekakuan suasana, sebelum akhirnya gue bicara.
"Ibu Hanum, mbak Kirana dan Melati, aku mendapatkan warisan berupa dua buah rumah dari ayah ganjar."
Ibu Hanum sedikit terkejut dan menatap gue sambil bertanya.
"Dua nak Linggar?. Nak Linggar mungkin salah baca, atau mungkin papap salah ketik, karena setahu ibu, papap hanya punya rumah besar ini."
"Betul bu Hanum, ini ada sertifikatnya," ujar gue sambil menyodorkan serifikat atas nama ayah.
Bu Hanum memperhatikan sertifikat itu, begitu juga dengan Kirana dan Melati, sesaat kemudian terlihat ia mengerutkan dahinya yang sudah dipenuhi garis-garis ketuaan, sambil bergumam..
"Koq mamih gak tau ya, papap punya rumah lagi, bener-bener keterlaluan papap kalian."
"Iya mih, aku dan Melati juga gak tau, karena, papap gak pernah ngajak kita kesana."
Gue menangkap gurat kekecewaan diwajah mereka. Mereka wajar merasa kecewa, karena masalah sebesar ini, mereka tidak diberi tahu.
"Ibu Hanum tenanglah !, aku sangat menghargai ibu, sebagai istri ayah. Jadi meski ayah mewariskan semuanya untukku, aku tidak akan mengambil semua rumah itu, aku akan membaginya dengan ibu. Rumah ini dan semua isinya, aku serahkan untuk Ibu Hanum, mbak Kirana dan Melati. Aku tau rumah ini punya banyak kenangan untuk kalian, jadi aku ikhlas bu."
Ibu Hanum menatap gue dengan wajah seolah tak percaya, lalu ia memeluk kedua putrinya sambil menangis, mereka bertiga saling bertangisan. Dengan langkah tertatih, ia melangkah ke arah gue, dipeluknya tubuh gue erat-erat dengan tubuh gempalnya sambil menangis.
"Terimakasih nak, terimakasih. Ternyata kamu memang benar-benar anak yang baik. Padahal pada saat ayahmu menuliskan akan mewariskan rumah ini kepada kamu, ibu begitu marah lalu memukulnya hingga ayah kamu meninggal. Ibu betul-betul minta maaf nak, ibu ini gak pantes jadi ibu tiri kamu nak, ibu jahattt...plak....plak...plak," ujarnya sambil memukul-mukul wajahnya.
Gue raih tangannya dan mencoba menenangkannya.
"Tenanglah bu Hanum, yang sudah, ya sudah, gak usah difikirin lagi, yang penting ibu sudah tau kesalahan ibu, dan mau bertobat. InsyaAllah, Allah akan memaafkan ibu, begitu juga ayah."
*******
Malam telah semakin larut, semuanya sudah kembali ke kamar masing-masing. Gue pun sudah kembali pulang ke rumah.
Bi Inah membuatkan wedang hangat dan setangkup roti untuknya.
"Wah..bi Inah nih juara banget kalau soal bikin wedang, ini uweenakk tenan bi," ujar gue sambil memejamkan mata.
"Ah..den Linggar bisa saja. Ayo cepat diminum den !, nanti keburu dingin. Oh iya den besok jadi kita pergi ke rumah warisan aden, yang dimana itu ? lali aku."
"Diatas bukit bi. Jadi lah, besok kita berangkat agak pagian saja bi, takut macet. Ajak bi Narti, mas Tono dan Parjo juga, biar bisa bantu bersih-bersih."
"Baik den, nanti bibi kasih tau semua."
"Ya wes, aku ke kamar dulu ya, mau istirahat, capek bi," ujar gue sambil berjalan meninggalkannya.
******
tring...tring...tring
Gue lihat WA masuk, dari Ayu. Ayu adalah pacar gue. Sesudah berkali kali gue gagal menjalin kasih dengan wanita karena dendam Lidia, akhirnya gue menemukan tambatan hati yang cantik dan shalihah.
"Mas..mas lagi apa?, koq gak telfon aku."
"Mas..aku kangeen."
"Mas...ya mas udah tidur ya. Ya sudah met bobo mas..night."
Gue tersenyum membaca WA darinya, tapi malam ini, gue gak ingin membalas WA nya, gue begitu lelah dan ingin segera tidur. Gue pejamkan mata, dan sesaat kemudian dinginnya malam telah membuai gue, hanyut dalam mimpi.
Diubah oleh agusmulyanti 31-01-2020 13:36
oktavp dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup