- Beranda
- Stories from the Heart
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
...
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue
(私のスレッドへようこそ)
(私のスレッドへようこそ)
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR
Spoiler for Season 1 dan Season 2:
Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:
INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH
Spoiler for INDEX SEASON 3:
Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#1523
Perjalanan Jauh, Lagi
Setelah sebelumnya gue sukses membangun suasana tegang dan nggak enak dengan Emi karena gue terpaksa harus bohong, gue mendapatkan ide. Gue akan mengajak dia untuk nonton acara metal secara langsung. Kebetulan ada band metal kenamaan Indonesia yang manggung, Burgerkill. Saat itu kebetulan acaranya nggak terlalu jauh dari rumah Emi.
Sebuah kesalahan adalah ketika gue lebih banyak mengabaikan Emi beberapa hari kemarin dan malah berkonsentrasi ke Dee. Disitu gue pusing banget karena gue dengan Dee berjalan dalam keterpaksaan. Harusnya nggak pusing kalau gue nggak salah ambil keputusan waktu di Padang dulu.
Gue pun menghindari untuk membahas soal praktikum lapang kemarin dan kemana gue selama Emi praktikum. Obrolan selalu gue arahkan tentang rencana kami untuk menonton langsung acara metal. Sebenarnya agak riskan awalnya untuk mengajak Emi ke acara seperti ini. Tapi gue selalu yakin kalau metalhead itu nggak sebrutal penggemar dangdut ketika menonton konser metal. Mereka punya manner yang lebih baik. Setidaknya pengalaman gue waktu mengisi acara metal ataupun nonton konser metal seperti itu.
Singkat cerita kami sudah berada di venue tempat acara metal digelar. Banyak performer lain selain Burgerkill. Emi kala itu belum banyak tau tentang musik metal lokal. Lebih banyak dia mendengarkan band luar negeri. Itupun sebelum ketemu dengan gue, dia menganggap bahwa musik yang dia dengarkan itu adalah musik rock, bukan metal.
Pada saat menonton acara metal, otomatis gue juga akan memakai kaos berlogo atau bergambar band metal. Saat itu gue memakai kaos hitam bergambar band metal killswitch Engage. Sementara Emi yang waktu itu belum tau banyak skena ini, memakai kaos biasa. Ya wajar. Tapi gue berjanji sama dia kalau kami akan beli kaos metal untuk Emi. tentunya yang original.
“Pecinta metal itu nggak sebrutal pecinta dangdut. Kamu nggak usah khawatir. Insya Alloh nggak ada rusuh. Kalopun ada rusuh, pasti provokator dan langsung diciduk sama keamanan. Santai aja ya. Jangan pernah lepas genggaman tangan aku.” Kata gue ketika kami mendekati panggung.
Ketika Burgerkill manggung, jiwa anak band gue kembali bangkit. Gue mau banget nih manggung lagi, bikin band lagi, biar nggak stres dan bebas berekspresi. Gue pun ikut menyanyi sambil headbang, tanpa melepas tangan Emi. Suara yang cukup lantang secara nggak langsung menarik perhatian orang-orang disekitar, tapi gue sih bodo amat. Hahaha.
Selesai nonton Burgerkill, gue memutuskan untuk langsung pulang. Gue mengantarkan Emi kekostannya. Dia meminta diantar ke kostan. Padahal jarak tempuh lokasi manggung dengan rumah Emi jauh lebih dekat. Tapi yaudah gue antar dia ke kostan.
Dikostan Emi gue menambahkan perbendaharaan lagu metal lokal di laptop Emi dengan lagu-lagu band yang gue punya. Kebetulan gue membawa Harddisk Eksternal. Sementara gue sibuk dengan laptop, Emi sibuk membereskan barang-barang.
Gue kaget ketika gue tanya kok semua barangnya dikemasi, katanya dia mau stop ngekost. Artinya dia akan kembali kerumahnya secara permanen. Dan ini jadi susah kan kalau gue mau minta jatah. Hahaha. Lalu gue teringat mau ngajak Emi tahun baruan di Monas. Emang sih pasti ribet dan banyak orang, tapi nggak apa-apa juga kan kalau sesekali ke acara seperti ini?
“Ke Monas?” tanya Emi sedikit kaget.
“Iya, lo nggak mau ke Monas? Di sana ada acara. Gue belom pernah tuh taun baruan di Monas itu. Gue pingin ngajak lo taun baruan di sana nanti.” Terang gue.
“Lo ajak temen lo aja. Gue nggak bisa ikut. Gue ada acara keluarga. Gue mau taun baruan dilanjut haul almarhum nenek gue. Gue harus ikut taun baruan di rumah kakek gue.”
Gue terdiam sebentar. Gue agak kecewa dengan kenyataan ini. Tapi gue berpikir untuk mencoba cari solusi.
“Harus? Lo udah gede, bisa kali nggak ikut.” Gue melanjutkan obrolan.
“Ya kita bisa pergi kapan-kapan aja, daripada gue nggak ikut. Seluruh keluarga gue bakalan kumpul di sana. Mereka udah pada cuti dari tanggal 30 nya, cuman buat acara itu.” Kata Emi.
“Taun baruan itu cuman sekali setaun. Nggak ada kapan-kapan lagi sampe akhir taunnya lagi. Gimana sih mikirnya?”
“Lo kan bisa ngajak yang lain. Nggak usah ngajak gue. Gimana sih mikirnya?”
Gue pun merebahkan diri dan menutup muka dengan sarung yang gue pakai tadi. Suasana hati Emi pasti masih nggak enak gara-gara urusan kemarin gue nggak ada kabar.
“Taun baruan nggak selalu harus bareng pacar kali.” Lanjut Emi.
“Oke gini aja,” tiba-tiba gue kepikiran ide, “kita taun baruan di Monas, paginya kita berangkat ke rumah kakek lo. Kita naik bis aja. Biar bokap sama nyokap lo berangkat duluan.”
“APAAN? Lo ngapain ikut ke rumah kakek gue? Gue nggak minta lo ikut dan gue nggak sok ngode minta lo ikut kali!” kata Emi kaget.
“Gue yang mau ikut, Mi. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lo. Ini kesempatan gue!” ujar gue mantap.
“Ngapain sih lo ikut begitu? Udah, kita nggak usah ke Monas. Gue ikut acara keluarga besar gue aja.”
“Mi, gue mau seriusin lo. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lo.”
“Terus lo bisa emang balik dari sana tanggal 2 atau 3? Lo mau ambil cuti apa gimana?”
“Gue balik tanggal 4 juga nggak apa-apa. Kan tanggal 3 itu Jum’at. Mending hari Sabtu-nya aja. Biar gue bisa istirahat hari Minggu-nya di rumah.”
“Nggak apa-apa cuti lama begitu?”
“Gue nggak pernah ngambil cuti gue, stok gue masih 12 bahkan kalo bisa diakumulasiin tiap taun, udah berapa puluh tuh? Hahaha.”
“Yakali cuti bisa diakumulasi begitu! Hahaha.”
Gue mengambil HP gue dan menghubungi Mama untuk rencana ini. Mama awalnya kaget, tapi mendengar kalau gue ini nggak main-main, beliau mengizinkan gue untuk ikut acara keluarga Emi. Ada untungnya juga Emi udah pernah gue ajak kenalan sama Mama gue. hehehe.
--
Setelah cukup lelah bekerja demi bisa dapat cuti, gue sampai di mall tempat kami janjian untuk berakhir tahun bersama. Lalu kami memilih resto sushi sebagai tempat makan kami. Seperti biasa, kami memilih banyak menu disana. Gue selalu yakin kalau semua menu pasti akan habis pada waktunya karena Emi itu kalau makan sangat banyak porsinya.
Kami membicarakan kalau kami udah packing barang-barang masing-masing. Lalu gue bilang akan jalan dari rumah Emi siang hari. Karena kalau dipaksa pagi hari akan terlalu capek fisiknya. Emi setuju seperti itu rencananya.
Ketika sedang makan sambil ngobrol santai Dee tiba-tiba menelpon gue. awalnya gue nggak mau angkat. Tapi karena udah keburu kesal dia berulang kali telpon, gue angkat dan gue loudspeaker aja. intinya dia meminta gue untuk datang ke kafe temannya yang baru dibuka. Tapi sebenernya gue tau dia ini mau video call. sesuatu yang biasa kami lakukan di malam tahun baru. Kafe itu hanya alasan aja ketika tau gue sedang jalan sama Emi.
Disini pula gue lebih baik jujur aja kalau gue masih berhubungan dengan baik sama Dee. Diakhir gue meminta maaf soal ini. Emi hanya menganggukkan kepala aja. Gue jadi serba salah dan nggak enak. Lalu gue mengalihkan pembicaraan kami ke musik metal untuk membangkitkan mood Emi lagi.
Kami sudah berada disekitaran monas dan sudah banyak sekali orang saat itu. Mungkin jumlahnya ada ribuan. Bisa nih dijadikan ajang kampanye buat ngerusak mindset pas pemilu. Hahaha. Disana juga ada beberapa panggung yang diisi oleh band-band besar Indonesia. Gue dan Emi hanya bisa melihat dari kejauhan karena didekat panggung sudah sangat penuh orang.
Gue dan Emi juga menaruh HP kami ditempat paling aman. Kami hanya membawa tas kecil aja yang selalu gue genggam erat karena berisi dompet dan HP kami berdua. Saat itu pula Lidya, teman Emi ternyata mau ke monas juga sama dengan gue dan Emi. Tapi mereka nggak tau jalan dan kena macet. Bodohnya, mereka entah gimana mikirnya, ketika macet malah mainan sosmed bahkan main game. Jadi ketika HP dibutuhkan untuk melihat Peta malah udah sekarat baterenya. Saat itu belum banyak colokan gratis diruang publik.
Perayaan tutup tahun ini meriah sekali. baru sekali ini seumur hidup gue menyaksikan kembang api bersama ribuan orang lain di ibukota. Bersama pacar pula. Haha. Senang sekali dengan pengalaman baru ini. Dan hanya Emi yang bisa mengakomodir keinginan-keinginan aneh gue ini selama ini. Dengan yang sebelum-sebelumnya nggak pernah. Bahkan mereka nggak pernah melontarkan ide atau masukan apapun terkait dengan beragam keinginan gue.
Gue merangkul Emi dengan erat. Gue tau dia memberikan kenyamanan bagi gue. tapi Dee selalu sukses mengganggu mindset gue ini. Ini berbahaya. Posisi gue pun nggak jelas ketika itu. Gue hanya yakin kalau rasa sayang gue cuma buat Emi.
Kami sempat berjalan-jalan dulu dan membeli beberapa jajanan. Kerak telor menjadi jajanan incaran kami karena menurut kami penjual kerak telor udah mulai jarang waktu itu. Gue menikmati kenyamanan dalam kesederhanaan ini dengan Emi.
Akhirnya, waktu pulang pun tiba. Tapi semuanya jadi berantakan karena hujan sangat deras yang tiba-tiba turun. Seperti air yang dtumpahkan langsung dari langit waktu itu. Gue dan Emi udah kebasahan untuk sampai ke parkiran motor yang jaraknya cukup jauh dari tempat kami berdiri.
Gue memutuskan untuk tidur di kantor aja dulu mendingan. Gue kan juga punya beberapa kaos dan kemeja diruangan gue. daripada memaksakan pulang dan malah masuk angin terus sakit, malah nggak jadi keacara keluarga Emi nanti. Bahaya, bisa nggak dipercaya gue sama orang tuanya Emi.
--
Siangnya, ketika gue dan Emi sudah berada dirumahnya, gue membuka buku-buku miliknya. Nggak terlihat buku novel, yang ada buku-buku tentang pengetahuan. Macam-macam mulai dari lingkungan sampai dengan sosial. Tulisan Emi pun sangat rapi. Untuk anak yang kelakuannya kadang absurd, tulisannya gue pikir berantakan. Nggak taunya rapi banget.
Dia juga bercerita kalau dia suka mencatat dan merangkum pelajaran-pelajaran yang dia terima. Karena tulisannya yang rapi ini juga makanya catatannya sering di fotokopi sama teman-teman sekelasnya untuk dipakai belajar. Bahkan sampai diperkecil fotokopinya buat dijadikan contekan. Kebiasaan mencatat seperti ini sudah dia lakukan sejak jaman masih SD.
Selesai berkemas di rumah Emi, kami berangkat ke terminal terdekat yang biasa dijadikan terminal bus antar kota antar provinsi. Sekitar setengah jam kami menempuh perjalanan. Sementara motor gue dititipkan di rumah Emi. Bis yang dimaksud sudah tersedia. Hanya saja ketika kami naik ternyata sudah penuh. Bis ini termasuk bis yang jarang. Jadi lama lagi kalau mau nunggu.
Gue kemudian bertanya ke kondekturnya. Dia bilang bis akan jalan kalau sudah penuh. Ini tempat duduk sudah penuh kok belum jalan-jalan? Ternyata di bagian belakang yang dekat mesin dipaksakan menjadi tempat duduk penumpang juga. Gila bener. Mana nyaman duduk disana. Dan kami pun diarahkan untuk duduk disana. Terpaksa lah kami duduk disana. Sakit sakit deh ini pinggang nanti. Haha.
Bis kemudian berangkat. Gue sangat menikmati perjalanan pertama gue dengan bis bersama Emi. bis ini kebetulan nggak pakai AC. Lama kelamaan karena mungkin kami duduk didekat mesin, tempat duduknya terasa semakin panas. Gue juga nggak bisa meluruskan kaki karena terlalu sempit dan nggak ada kolongnya sama sekali.
Gue mulai tersiksa ketika itu. Badan mulai sakit, kaki mulai pegal dan punggung gue mulai berasa nyut-nyutan juga. Di salah satu daerah di jalur pantura, bis sempat berhenti dulu dan gue memanfaatkan kesempatan ini untuk meluruskan kaki dan berdiri dulu. Ternyata cuaca mendung dan ketika bis melanjutkan perjalanan, hujan turun cukup deras.
Kaca jendela sengaja nggak gue tutup rapat karena akan pengap terasanya udara didalam bis walaupun diluar hujan. Gue dan Emi sempat tertidur selama beberapa jam. Tapi akhirnya gue malah kebangun gara-gara batuk-batuk. Kenapa gue batuk? Karena ada orang super gobl*k yang merokok didalam bis! Masa bis kayak gini mentang-mentang nggak pake AC terus seenaknya aja merokok? Nggak ada otaknya ini orang-orang.
Tabiat yang kampungan seperti ini sebenarnya nggak bisa sepenuhnya disalahkan oleh kita yang beruntung mendapatkan pendidikan yang layak. Faktor ekonomi maupun pendidikan yang nggak merata didaerah menjadi alasan mengapa mereka bisa terbentuk menjadi pribadi yang seperti ini.
Mungkin aja mereka mau sekolah, tapi biayanya nggak ada. Walaupun orang yang nggak sekolah tapi bisa berempati terhadap orang lain juga banyak, tapi tetap aja dengan adanya fenomena kelakuan ajaib orang-orang sepertinya yang jumlahnya mungkin ratusan ribu orang di Indonesia ini, harusnya menjadi PR besar bagi kita-kita yang berpendidikan lebih tinggi.
Ini juga menjadi bukti betapa pendidikan di negeri ini seperti masih pilih kasih untuk diberikan. Hanya yang dekat dengan kota-kota besar aja yang bisa mengenyam pendidikan layak. Memang didesa-desa terpencil mulai ada sekolah. Tapi apa berkualitas tenaga pengajarnya? Apa standar mutunya oke punya? Apa fasilitasnya sudah sesuai standar? Variabel kayak gini yang masih dan akan terus menjadi pekerjaan berat untuk menjadikan masyakarat kita secara luas terdidik sebagai mana mestinya.
Warga negara di Indonesia juga harusnya terjamin dan dilindungi loh hak-haknya soal pendidikan ini. Ya gimana mau maju negara ini kalau hanya sebagian kecil orang yang mendapatkan pendidikan layak, sementara sebagian besar orang diluar sana masih susah untuk pergi kesekolah karena ketiadaan biaya. Belum lagi dipekerjaan juga maunya nyari orang-orang berpengalaman sehingga yang baru-baru jadi berkurang kesempatannya untuk bekerja.
Kajian untuk masalah seperti ini harus dilaksanakan dengan baik dan benar jika ingin mendapatkan solusi yang terbaik. Sayangnya para pemangku kepentingan masih mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya ketimbang berjuang demi rakyat banyak. Setidaknya itu adalah pengelihatan gue, dari dulu, dan sampai detik ini.
Orang-orang ini menjadikan gue emosi. Gue mau marah-marah tapi nggak tega juga karena alasan yang gue jabarkan diatas. Gue hanya bisa menggerutu dalam hati. Emi akhirnya membuka jendela dengan lebih lebar, tapi malah ditutup lagi rapat dengan alasan kedinginan. Sudah jendela ditutup rapat, merokok pula. Benar-benar nggak terdidik ini orang-orang.
Gue nggak masalah dengan para perokok. Tapi ya sedikit mikir lah masa ditempat sempit dan banyak orang seperti ini masih merokok juga? Harusnya, orang nggak sekolah juga bisa mikir sih sebenernya. Itu yang gue sayangkan dari para pemuda bermuka sangar ini.
Setelah beberapa jam tersiksa dengan kepungan asap rokok, gue dan Emi berhasil turun. Terminalnya ternyata cukup bersih, tapi sudah sepi penumpang. Ya maklum udah malam waktu itu. Gue dan Emi dijemput oleh paman Emi yang tinggal disana.
Pintu tengah mobil Nissan Serena Silver terbuka dengan sistem geser. Gue masuk kedalam dan berkenalan pertama kali dengan paman Emi yang mana merupakan adik bungsu dari bapaknya Emi. Beberapa sepupu Emi yang ternyata masih SMP juga ikutan dalam mobil itu dan duduk di bangku paling belakang, sementara gue dan Emi dibangku tengah.
Ketika akan jalan, Paman Emi menyetel musik, dan musiknya adalah…….
Prau Layar……
Koplo version…….
Oke. Mobil keren… dengeran lagunya pun…… keren…… menurut mereka. Hahahaha.
Sebuah kesalahan adalah ketika gue lebih banyak mengabaikan Emi beberapa hari kemarin dan malah berkonsentrasi ke Dee. Disitu gue pusing banget karena gue dengan Dee berjalan dalam keterpaksaan. Harusnya nggak pusing kalau gue nggak salah ambil keputusan waktu di Padang dulu.
Gue pun menghindari untuk membahas soal praktikum lapang kemarin dan kemana gue selama Emi praktikum. Obrolan selalu gue arahkan tentang rencana kami untuk menonton langsung acara metal. Sebenarnya agak riskan awalnya untuk mengajak Emi ke acara seperti ini. Tapi gue selalu yakin kalau metalhead itu nggak sebrutal penggemar dangdut ketika menonton konser metal. Mereka punya manner yang lebih baik. Setidaknya pengalaman gue waktu mengisi acara metal ataupun nonton konser metal seperti itu.
Singkat cerita kami sudah berada di venue tempat acara metal digelar. Banyak performer lain selain Burgerkill. Emi kala itu belum banyak tau tentang musik metal lokal. Lebih banyak dia mendengarkan band luar negeri. Itupun sebelum ketemu dengan gue, dia menganggap bahwa musik yang dia dengarkan itu adalah musik rock, bukan metal.
Pada saat menonton acara metal, otomatis gue juga akan memakai kaos berlogo atau bergambar band metal. Saat itu gue memakai kaos hitam bergambar band metal killswitch Engage. Sementara Emi yang waktu itu belum tau banyak skena ini, memakai kaos biasa. Ya wajar. Tapi gue berjanji sama dia kalau kami akan beli kaos metal untuk Emi. tentunya yang original.
“Pecinta metal itu nggak sebrutal pecinta dangdut. Kamu nggak usah khawatir. Insya Alloh nggak ada rusuh. Kalopun ada rusuh, pasti provokator dan langsung diciduk sama keamanan. Santai aja ya. Jangan pernah lepas genggaman tangan aku.” Kata gue ketika kami mendekati panggung.
Ketika Burgerkill manggung, jiwa anak band gue kembali bangkit. Gue mau banget nih manggung lagi, bikin band lagi, biar nggak stres dan bebas berekspresi. Gue pun ikut menyanyi sambil headbang, tanpa melepas tangan Emi. Suara yang cukup lantang secara nggak langsung menarik perhatian orang-orang disekitar, tapi gue sih bodo amat. Hahaha.
Selesai nonton Burgerkill, gue memutuskan untuk langsung pulang. Gue mengantarkan Emi kekostannya. Dia meminta diantar ke kostan. Padahal jarak tempuh lokasi manggung dengan rumah Emi jauh lebih dekat. Tapi yaudah gue antar dia ke kostan.
Dikostan Emi gue menambahkan perbendaharaan lagu metal lokal di laptop Emi dengan lagu-lagu band yang gue punya. Kebetulan gue membawa Harddisk Eksternal. Sementara gue sibuk dengan laptop, Emi sibuk membereskan barang-barang.
Gue kaget ketika gue tanya kok semua barangnya dikemasi, katanya dia mau stop ngekost. Artinya dia akan kembali kerumahnya secara permanen. Dan ini jadi susah kan kalau gue mau minta jatah. Hahaha. Lalu gue teringat mau ngajak Emi tahun baruan di Monas. Emang sih pasti ribet dan banyak orang, tapi nggak apa-apa juga kan kalau sesekali ke acara seperti ini?
“Ke Monas?” tanya Emi sedikit kaget.
“Iya, lo nggak mau ke Monas? Di sana ada acara. Gue belom pernah tuh taun baruan di Monas itu. Gue pingin ngajak lo taun baruan di sana nanti.” Terang gue.
“Lo ajak temen lo aja. Gue nggak bisa ikut. Gue ada acara keluarga. Gue mau taun baruan dilanjut haul almarhum nenek gue. Gue harus ikut taun baruan di rumah kakek gue.”
Gue terdiam sebentar. Gue agak kecewa dengan kenyataan ini. Tapi gue berpikir untuk mencoba cari solusi.
“Harus? Lo udah gede, bisa kali nggak ikut.” Gue melanjutkan obrolan.
“Ya kita bisa pergi kapan-kapan aja, daripada gue nggak ikut. Seluruh keluarga gue bakalan kumpul di sana. Mereka udah pada cuti dari tanggal 30 nya, cuman buat acara itu.” Kata Emi.
“Taun baruan itu cuman sekali setaun. Nggak ada kapan-kapan lagi sampe akhir taunnya lagi. Gimana sih mikirnya?”
“Lo kan bisa ngajak yang lain. Nggak usah ngajak gue. Gimana sih mikirnya?”
Gue pun merebahkan diri dan menutup muka dengan sarung yang gue pakai tadi. Suasana hati Emi pasti masih nggak enak gara-gara urusan kemarin gue nggak ada kabar.
“Taun baruan nggak selalu harus bareng pacar kali.” Lanjut Emi.
“Oke gini aja,” tiba-tiba gue kepikiran ide, “kita taun baruan di Monas, paginya kita berangkat ke rumah kakek lo. Kita naik bis aja. Biar bokap sama nyokap lo berangkat duluan.”
“APAAN? Lo ngapain ikut ke rumah kakek gue? Gue nggak minta lo ikut dan gue nggak sok ngode minta lo ikut kali!” kata Emi kaget.
“Gue yang mau ikut, Mi. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lo. Ini kesempatan gue!” ujar gue mantap.
“Ngapain sih lo ikut begitu? Udah, kita nggak usah ke Monas. Gue ikut acara keluarga besar gue aja.”
“Mi, gue mau seriusin lo. Gue mau kenalin diri gue ke keluarga besar lo.”
“Terus lo bisa emang balik dari sana tanggal 2 atau 3? Lo mau ambil cuti apa gimana?”
“Gue balik tanggal 4 juga nggak apa-apa. Kan tanggal 3 itu Jum’at. Mending hari Sabtu-nya aja. Biar gue bisa istirahat hari Minggu-nya di rumah.”
“Nggak apa-apa cuti lama begitu?”
“Gue nggak pernah ngambil cuti gue, stok gue masih 12 bahkan kalo bisa diakumulasiin tiap taun, udah berapa puluh tuh? Hahaha.”
“Yakali cuti bisa diakumulasi begitu! Hahaha.”
Gue mengambil HP gue dan menghubungi Mama untuk rencana ini. Mama awalnya kaget, tapi mendengar kalau gue ini nggak main-main, beliau mengizinkan gue untuk ikut acara keluarga Emi. Ada untungnya juga Emi udah pernah gue ajak kenalan sama Mama gue. hehehe.
--
Setelah cukup lelah bekerja demi bisa dapat cuti, gue sampai di mall tempat kami janjian untuk berakhir tahun bersama. Lalu kami memilih resto sushi sebagai tempat makan kami. Seperti biasa, kami memilih banyak menu disana. Gue selalu yakin kalau semua menu pasti akan habis pada waktunya karena Emi itu kalau makan sangat banyak porsinya.
Kami membicarakan kalau kami udah packing barang-barang masing-masing. Lalu gue bilang akan jalan dari rumah Emi siang hari. Karena kalau dipaksa pagi hari akan terlalu capek fisiknya. Emi setuju seperti itu rencananya.
Ketika sedang makan sambil ngobrol santai Dee tiba-tiba menelpon gue. awalnya gue nggak mau angkat. Tapi karena udah keburu kesal dia berulang kali telpon, gue angkat dan gue loudspeaker aja. intinya dia meminta gue untuk datang ke kafe temannya yang baru dibuka. Tapi sebenernya gue tau dia ini mau video call. sesuatu yang biasa kami lakukan di malam tahun baru. Kafe itu hanya alasan aja ketika tau gue sedang jalan sama Emi.
Disini pula gue lebih baik jujur aja kalau gue masih berhubungan dengan baik sama Dee. Diakhir gue meminta maaf soal ini. Emi hanya menganggukkan kepala aja. Gue jadi serba salah dan nggak enak. Lalu gue mengalihkan pembicaraan kami ke musik metal untuk membangkitkan mood Emi lagi.
Kami sudah berada disekitaran monas dan sudah banyak sekali orang saat itu. Mungkin jumlahnya ada ribuan. Bisa nih dijadikan ajang kampanye buat ngerusak mindset pas pemilu. Hahaha. Disana juga ada beberapa panggung yang diisi oleh band-band besar Indonesia. Gue dan Emi hanya bisa melihat dari kejauhan karena didekat panggung sudah sangat penuh orang.
Gue dan Emi juga menaruh HP kami ditempat paling aman. Kami hanya membawa tas kecil aja yang selalu gue genggam erat karena berisi dompet dan HP kami berdua. Saat itu pula Lidya, teman Emi ternyata mau ke monas juga sama dengan gue dan Emi. Tapi mereka nggak tau jalan dan kena macet. Bodohnya, mereka entah gimana mikirnya, ketika macet malah mainan sosmed bahkan main game. Jadi ketika HP dibutuhkan untuk melihat Peta malah udah sekarat baterenya. Saat itu belum banyak colokan gratis diruang publik.
Perayaan tutup tahun ini meriah sekali. baru sekali ini seumur hidup gue menyaksikan kembang api bersama ribuan orang lain di ibukota. Bersama pacar pula. Haha. Senang sekali dengan pengalaman baru ini. Dan hanya Emi yang bisa mengakomodir keinginan-keinginan aneh gue ini selama ini. Dengan yang sebelum-sebelumnya nggak pernah. Bahkan mereka nggak pernah melontarkan ide atau masukan apapun terkait dengan beragam keinginan gue.
Gue merangkul Emi dengan erat. Gue tau dia memberikan kenyamanan bagi gue. tapi Dee selalu sukses mengganggu mindset gue ini. Ini berbahaya. Posisi gue pun nggak jelas ketika itu. Gue hanya yakin kalau rasa sayang gue cuma buat Emi.
Kami sempat berjalan-jalan dulu dan membeli beberapa jajanan. Kerak telor menjadi jajanan incaran kami karena menurut kami penjual kerak telor udah mulai jarang waktu itu. Gue menikmati kenyamanan dalam kesederhanaan ini dengan Emi.
Akhirnya, waktu pulang pun tiba. Tapi semuanya jadi berantakan karena hujan sangat deras yang tiba-tiba turun. Seperti air yang dtumpahkan langsung dari langit waktu itu. Gue dan Emi udah kebasahan untuk sampai ke parkiran motor yang jaraknya cukup jauh dari tempat kami berdiri.
Gue memutuskan untuk tidur di kantor aja dulu mendingan. Gue kan juga punya beberapa kaos dan kemeja diruangan gue. daripada memaksakan pulang dan malah masuk angin terus sakit, malah nggak jadi keacara keluarga Emi nanti. Bahaya, bisa nggak dipercaya gue sama orang tuanya Emi.
--
Siangnya, ketika gue dan Emi sudah berada dirumahnya, gue membuka buku-buku miliknya. Nggak terlihat buku novel, yang ada buku-buku tentang pengetahuan. Macam-macam mulai dari lingkungan sampai dengan sosial. Tulisan Emi pun sangat rapi. Untuk anak yang kelakuannya kadang absurd, tulisannya gue pikir berantakan. Nggak taunya rapi banget.
Dia juga bercerita kalau dia suka mencatat dan merangkum pelajaran-pelajaran yang dia terima. Karena tulisannya yang rapi ini juga makanya catatannya sering di fotokopi sama teman-teman sekelasnya untuk dipakai belajar. Bahkan sampai diperkecil fotokopinya buat dijadikan contekan. Kebiasaan mencatat seperti ini sudah dia lakukan sejak jaman masih SD.
Selesai berkemas di rumah Emi, kami berangkat ke terminal terdekat yang biasa dijadikan terminal bus antar kota antar provinsi. Sekitar setengah jam kami menempuh perjalanan. Sementara motor gue dititipkan di rumah Emi. Bis yang dimaksud sudah tersedia. Hanya saja ketika kami naik ternyata sudah penuh. Bis ini termasuk bis yang jarang. Jadi lama lagi kalau mau nunggu.
Gue kemudian bertanya ke kondekturnya. Dia bilang bis akan jalan kalau sudah penuh. Ini tempat duduk sudah penuh kok belum jalan-jalan? Ternyata di bagian belakang yang dekat mesin dipaksakan menjadi tempat duduk penumpang juga. Gila bener. Mana nyaman duduk disana. Dan kami pun diarahkan untuk duduk disana. Terpaksa lah kami duduk disana. Sakit sakit deh ini pinggang nanti. Haha.
Bis kemudian berangkat. Gue sangat menikmati perjalanan pertama gue dengan bis bersama Emi. bis ini kebetulan nggak pakai AC. Lama kelamaan karena mungkin kami duduk didekat mesin, tempat duduknya terasa semakin panas. Gue juga nggak bisa meluruskan kaki karena terlalu sempit dan nggak ada kolongnya sama sekali.
Gue mulai tersiksa ketika itu. Badan mulai sakit, kaki mulai pegal dan punggung gue mulai berasa nyut-nyutan juga. Di salah satu daerah di jalur pantura, bis sempat berhenti dulu dan gue memanfaatkan kesempatan ini untuk meluruskan kaki dan berdiri dulu. Ternyata cuaca mendung dan ketika bis melanjutkan perjalanan, hujan turun cukup deras.
Kaca jendela sengaja nggak gue tutup rapat karena akan pengap terasanya udara didalam bis walaupun diluar hujan. Gue dan Emi sempat tertidur selama beberapa jam. Tapi akhirnya gue malah kebangun gara-gara batuk-batuk. Kenapa gue batuk? Karena ada orang super gobl*k yang merokok didalam bis! Masa bis kayak gini mentang-mentang nggak pake AC terus seenaknya aja merokok? Nggak ada otaknya ini orang-orang.
Tabiat yang kampungan seperti ini sebenarnya nggak bisa sepenuhnya disalahkan oleh kita yang beruntung mendapatkan pendidikan yang layak. Faktor ekonomi maupun pendidikan yang nggak merata didaerah menjadi alasan mengapa mereka bisa terbentuk menjadi pribadi yang seperti ini.
Mungkin aja mereka mau sekolah, tapi biayanya nggak ada. Walaupun orang yang nggak sekolah tapi bisa berempati terhadap orang lain juga banyak, tapi tetap aja dengan adanya fenomena kelakuan ajaib orang-orang sepertinya yang jumlahnya mungkin ratusan ribu orang di Indonesia ini, harusnya menjadi PR besar bagi kita-kita yang berpendidikan lebih tinggi.
Ini juga menjadi bukti betapa pendidikan di negeri ini seperti masih pilih kasih untuk diberikan. Hanya yang dekat dengan kota-kota besar aja yang bisa mengenyam pendidikan layak. Memang didesa-desa terpencil mulai ada sekolah. Tapi apa berkualitas tenaga pengajarnya? Apa standar mutunya oke punya? Apa fasilitasnya sudah sesuai standar? Variabel kayak gini yang masih dan akan terus menjadi pekerjaan berat untuk menjadikan masyakarat kita secara luas terdidik sebagai mana mestinya.
Warga negara di Indonesia juga harusnya terjamin dan dilindungi loh hak-haknya soal pendidikan ini. Ya gimana mau maju negara ini kalau hanya sebagian kecil orang yang mendapatkan pendidikan layak, sementara sebagian besar orang diluar sana masih susah untuk pergi kesekolah karena ketiadaan biaya. Belum lagi dipekerjaan juga maunya nyari orang-orang berpengalaman sehingga yang baru-baru jadi berkurang kesempatannya untuk bekerja.
Kajian untuk masalah seperti ini harus dilaksanakan dengan baik dan benar jika ingin mendapatkan solusi yang terbaik. Sayangnya para pemangku kepentingan masih mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya ketimbang berjuang demi rakyat banyak. Setidaknya itu adalah pengelihatan gue, dari dulu, dan sampai detik ini.
Orang-orang ini menjadikan gue emosi. Gue mau marah-marah tapi nggak tega juga karena alasan yang gue jabarkan diatas. Gue hanya bisa menggerutu dalam hati. Emi akhirnya membuka jendela dengan lebih lebar, tapi malah ditutup lagi rapat dengan alasan kedinginan. Sudah jendela ditutup rapat, merokok pula. Benar-benar nggak terdidik ini orang-orang.
Gue nggak masalah dengan para perokok. Tapi ya sedikit mikir lah masa ditempat sempit dan banyak orang seperti ini masih merokok juga? Harusnya, orang nggak sekolah juga bisa mikir sih sebenernya. Itu yang gue sayangkan dari para pemuda bermuka sangar ini.
Setelah beberapa jam tersiksa dengan kepungan asap rokok, gue dan Emi berhasil turun. Terminalnya ternyata cukup bersih, tapi sudah sepi penumpang. Ya maklum udah malam waktu itu. Gue dan Emi dijemput oleh paman Emi yang tinggal disana.
Pintu tengah mobil Nissan Serena Silver terbuka dengan sistem geser. Gue masuk kedalam dan berkenalan pertama kali dengan paman Emi yang mana merupakan adik bungsu dari bapaknya Emi. Beberapa sepupu Emi yang ternyata masih SMP juga ikutan dalam mobil itu dan duduk di bangku paling belakang, sementara gue dan Emi dibangku tengah.
Ketika akan jalan, Paman Emi menyetel musik, dan musiknya adalah…….
Prau Layar……
Koplo version…….
Oke. Mobil keren… dengeran lagunya pun…… keren…… menurut mereka. Hahahaha.
itkgid dan 25 lainnya memberi reputasi
26
Tutup