- Beranda
- Stories from the Heart
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
...
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue
(私のスレッドへようこそ)
(私のスレッドへようこそ)
TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR
Spoiler for Season 1 dan Season 2:
Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:
INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH
Spoiler for INDEX SEASON 3:
Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 10:25
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
342.8K
4.9K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
yanagi92055
#1474
Kejutan Baru
Satu siang Emi bilang mau nonton bersama teman-temannya. Gue bilang oke aja biar cepat karena gue sedang mempersiapkan pekerjaan gue menghadapi audit dari OJK. Hal ini yang cukup menguras tenaga dan pikiran gue. Gue pun akhirnya harus ngelembur. Dan disela-sela lembur itupun gue banyak chat dengan Dee karena Emi agak susah dihubungi sementara uniknya, Dee chat disaat Emi lagi nggak bisa gue hubungi. Hahaha.
Dee meminta diunduhkan beberapa lagu. Gue udah bilang kalau unduh aja sendiri nanti dikasih linknya, tapi dia menolak. Ini salah satu strategi Dee sih biar bisa komunikasi dengan gue. gue pun terpaksa mengiyakan. Gue juga mendengarkan lagu ini. Pada akhirnya gue sempat terbawa suasana dan membayangkan jika dulu gue nggak berpisah, mungkin lagu ini bisa dibawakan dihari pernikahan gue dengan Dee.
Kemudian setelah selesai mengunduh, gue kirimkan lagu ini melalui email ke alamat email Dee. Ribet banget kan? Padahal kalau gue kasih linknya dia ngunduh sendiri. Kalau dari email begini sebenarnya kan Dee juga ngunduh toh? Haha. Emang benar sudah ini hanya akal-akalan Dee untuk berkomunikasi dengan gue. Yaudah nggak apa-apa, daripada nanti dia macem-macem sama Emi. Gue pun teringat dengan perjanjian yang udah kami buat di Padang beberapa waktu lalu.
--
Gue berencana menjemput Emi dikampus pada sebuah akhir pekan. Gue pun konfirmasi dulu sebelum gue kesana. Gue mengirimkan beberapa chat tapi bahkan sampai gue menjelang tiba dilokasi kampus, Emi belum juga membalas chat gue. Kenapa ya? Aneh bener. Atau mungkin dia lagi konsentrasi skripsinya barangkali.
Gue sempat membeli McD dulu sebelum sampai di kampus. karena Emi nggak balas, yaudah gue langsung beli aja. Pasti dimakan juga kok. Emi kan makannya banyak banget. Setelah gue mendapatkan pesanan gue, gue langsung berangkat menuju ke kampus.
Kala itu mendung. Jadi gue agak ngebut sedikit memacu motornya. Gue malas kalau harus kehujanan. Untung beberapa kaos gue ada di kostan Emi. tapi ya tetap aja gue malas kalau harus kehujanan. Apalagi gue memakai sneakers. Malas nyucinya. Hahaha.
Sesampainya dikampus setelah sekitar 45 menit gue menempuh perjalanan, gue langsung masuk ke gedung fakultas. Benar saja, nggak lama gue masuk ke dalam gedung, hujan turun cukup deras. Gue langsung menuju ke koridor jurusan gue. Emi gue cchat lagi tapi belum balas juga. Kemana ya ini anak?
Pada perjalanan menuju koridor jurusan, gue lihat Bimo. Saat itu gue belum terlalu kenal baik dengan Bimo. Tapi Emi selalu cerita kalau Bimo dan Lidya adalah orang yang paling dekat dengan dia diantara teman-temannya yang lain. Sebelum gue nyamperin langsung, gue agak sedikit nguping pembicaraan Bimo dan anak-anak yang sepertinya adik kelas Bimo.
Inti dari percakapan Bimo dengan beberapa anak ini adalah, beberapa anak ini melihat Emi jalan di sebuah mall dan terlihat bersama seorang temannya. Gue masih berpikir ini ya teman biasa aja. Toh Emi kan juga udah bilang dia mau nonton kemarin ketika gue sedang meeting dan mempersiapkan audit OJK.
“Halo, Bim.” Sapa gue.
“Eh ada bang Ija. Apa kabar bang? tumben udah sampe aja disini?” kata Bimo, kelihatan agak kaget dia.
“Iya nih gue mau jemput si Emi. haha. Katanya kan jalan-jalan sama mau nonton tuh bareng teman-temannya. Lo nggak ikutan?”
“Haha iya bang. tapi gue nggak ikutan soalnya gue lagi ada beberapa urusan yang mesti diselesaiin bang disini.”
“Nah terus si Emi jalan sama siapa aja?”
“Oh jadinya kemarin sama Bang Teguh, Bang.”
“Oh sama si Teguh.”
“
Iya Bang, santai aja udah. Kan udah akrab ini mereka.”
"Haha iya santai kok gue. kan gue kenal Teguh lebih duluan bahkan daripada si Teguh kenal kalian. Hahaha.”
“Iya akrab banget mereka bang. haha. Dulu aja pas lagi berangkat bareng survey, si Emi, Lidya, itu pada buka kerudung kok. Jadi ya santai aja emang mereka bang. Nggak ada hubungan apapun. Emi udah nganggep Teguh itu kayak abangnya sendiri. Hehe.”
“Bener Bim. Gue juga mikir gitu kok. Makanya gue santai aja. haha.”
Gue langsung berpikir, kok si Emi nggak pernah cerita sebelumnya ya soal beginian? Mungkin terdengar egois dan gue pun belum secara keseluruhan menceritakan masa lalu gue. Tapi kalau sampai buka-buka kerudung sama yang bukan pacar kok gue ngerasa nggak enak hati ya. Kalau misalnya sama pacar oke lah nggak masalah karena gue juga bukan orang baik, tapi kalau sama yang bukan pacar? Agak gimana gitu.
Sesampainya di kostan Emi, gue langsung menanyakan hal tersebut guna mendapatkan klarifikasi dari Emi.
"Aku denger gosip kamu kemaren jalan sama Teguh, aku nggak apa-apa kok. Mereka bilang mesra-mesraan, aku masih nggak apa-apa soalnya aku tau Teguh dan hafal kelakuan adik kelas kamu yang suka melebihkan apapun. Tapi tadi pas Bimo nenangin aku bilang kalo Teguh pernah liat kamu nggak pake kerudung dan make baju terbuka, itu yang bikin aku kenapa-napa. Kamu nggak pernah cerita sama aku kalo Teguh itu pernah liat kamu nggak pake kerudung?! HAH? KENAPA?” tanya gue langsung dengan nada emosi.
“Emang Bimo bilangnya gimana?” Emi nanya balik ke gue.
“Bimo bilang ke aku kalau emang beneran Teguh yang jalan sama kamu ya nggak usah khawatir, kamu sama Teguh biasa mesra-mesraan katanya. Lebay aja yang ngeliat. Teguh udah pernah liat kamu nggak pake kerudung! Di situ aku kepikiran. KENAPA NGGAK PERNAH CERITA SAMA AKU?"
“Aku bukan nggak pernah cerita tapi BELUM PERNAH cerita. Lagian menurut aku nggak begitu penting.”
“NGGAK PENTING? URUSAN BEGITU NGGAK PENTING? YANG LEBIH PENTING APAAN? TELANJANG? HAH? IYA?”
“Zy, dengerin dulu, itu kan sebelum kita jadian.”
“IYA NGERTI, TAPI KENAPA NGGAK DICERITAIN DARI AWAL? KENAPA AKU HARUS TAU DARI ORANG LAIN, MI?”
“Soalnya kamu nggak pernah nanya sejauh mana hubungan aku sama Bang Teguh kan.”
“EMANG MAU SEJAUH MANA LAGI HUBUNGAN KAMU SAMA TEGUH??? APA YANG AKU NGGAK TAU??? BAHKAN KAMU KEMARIN TERNYATA ABIS JALAN SAMA TEGUH PUN NGGAK BILANG SAMA AKU! KAMU CUMAN BILANG ABIS KE BIOSKOP DOANG!”
"Yaudah, kemarin aku jalan sama Ngguh, Zy. Dan urusan nggak pake kerudung, Bimo juga udah pernah liat kok.”
"BIMO JUGA? NGGAK TEGUH, NGGAK BIMO, UDAH PADA PERNAH LIAT SEMUA???"
"Kenapa jadi perkara banget sih? Masa lalu pas sama mantan aku juga pernah kok ngebuka kerudung begini. Kamu juga pasti nggak sesuci itu di masa lalu bukan?"
"Tapi aku pengen jadi satu-satunya yang ngeliat aurat kamu saat ini sampai nanti, Mi. Cuman aku. Karena aku serius sama kamu. Cuman sama kamu."
Perbincangan berlanjut hanya adu argumen. Kemudian gue keluar dari kostan Emi. gue juga bingung kenapa gue bisa seemosi itu. Tapi yaudah biarkan aja dulu deh. Gue mau menenangkan diri dulu. Emi nggak lama kemudian chat gue. intinya dia mau meminta maaf. Gue nggak balas dulu sampai pikiran gue benar-benar tenang.
Pikiran gue yang kacau saat itu membuat gue malah chat Dee. Entah keracunan apa gue. gue menanyakan pendapatnya mengenai kejadian yang gue alami tadi.
“Gimana?” tanya gue.
“Menurut aku sih ya sebenernya wajar dia kayak gitu. Kan itu bukan merupakan hal yang benar. kalau emang dia maunya baik dan nggak mau ngecewain kamu, ya dia bilang dari awal.” Kata Dee.
“Hmm. Gitu ya. Tapi dulu juga kamu gitu kan pas awal-awal kita jadian. Kamu nggak cerita sebelumnya tentang masa lalu kamu. Kamu juga bilang itu kalau nggak begitu penting. Apa bedanya sama sekarang yang Emi lakuin?”
“Hm…ya kalau itu kan aku nggak ngapa-ngapain. Cuman sedikit ciuman aja sama mantan.”
“Ya kan sama, Emi bahkan nggak ngapa-ngapain.”
“Yaudahlah ngapain bahas yang udah lalu Zi. Yang penting sekarang hubungan kita udah bisa lebih baik lagi kan?”
“Ya terserah kamu aja Dee. Aku pusing.”
“Hahaha. Yaudah kalau kamu pusing, aku siap dengerin kamu kok.”
Gue tau Dee mengambil kesempatan ini untuk bisa lebih dekat lagi dengan gue. gue nggak menolak, tapi nggak mengiyakan juga. Gue sangat bingung dengan keputusan yang gue buat sendiri. Kenapa gue jadi aneh begini. Biasanya gue kalau membuat keputusan itu pasti dan nggak bisa diganggu gugat. Tapi sekarang gue gampang banget bimbang kayak gini. Sudahlah, mungkin emang lagi masanya gue galau dalam sebuah hubungan. Lagi.
Dee meminta diunduhkan beberapa lagu. Gue udah bilang kalau unduh aja sendiri nanti dikasih linknya, tapi dia menolak. Ini salah satu strategi Dee sih biar bisa komunikasi dengan gue. gue pun terpaksa mengiyakan. Gue juga mendengarkan lagu ini. Pada akhirnya gue sempat terbawa suasana dan membayangkan jika dulu gue nggak berpisah, mungkin lagu ini bisa dibawakan dihari pernikahan gue dengan Dee.
Kemudian setelah selesai mengunduh, gue kirimkan lagu ini melalui email ke alamat email Dee. Ribet banget kan? Padahal kalau gue kasih linknya dia ngunduh sendiri. Kalau dari email begini sebenarnya kan Dee juga ngunduh toh? Haha. Emang benar sudah ini hanya akal-akalan Dee untuk berkomunikasi dengan gue. Yaudah nggak apa-apa, daripada nanti dia macem-macem sama Emi. Gue pun teringat dengan perjanjian yang udah kami buat di Padang beberapa waktu lalu.
--
Gue berencana menjemput Emi dikampus pada sebuah akhir pekan. Gue pun konfirmasi dulu sebelum gue kesana. Gue mengirimkan beberapa chat tapi bahkan sampai gue menjelang tiba dilokasi kampus, Emi belum juga membalas chat gue. Kenapa ya? Aneh bener. Atau mungkin dia lagi konsentrasi skripsinya barangkali.
Gue sempat membeli McD dulu sebelum sampai di kampus. karena Emi nggak balas, yaudah gue langsung beli aja. Pasti dimakan juga kok. Emi kan makannya banyak banget. Setelah gue mendapatkan pesanan gue, gue langsung berangkat menuju ke kampus.
Kala itu mendung. Jadi gue agak ngebut sedikit memacu motornya. Gue malas kalau harus kehujanan. Untung beberapa kaos gue ada di kostan Emi. tapi ya tetap aja gue malas kalau harus kehujanan. Apalagi gue memakai sneakers. Malas nyucinya. Hahaha.
Sesampainya dikampus setelah sekitar 45 menit gue menempuh perjalanan, gue langsung masuk ke gedung fakultas. Benar saja, nggak lama gue masuk ke dalam gedung, hujan turun cukup deras. Gue langsung menuju ke koridor jurusan gue. Emi gue cchat lagi tapi belum balas juga. Kemana ya ini anak?
Pada perjalanan menuju koridor jurusan, gue lihat Bimo. Saat itu gue belum terlalu kenal baik dengan Bimo. Tapi Emi selalu cerita kalau Bimo dan Lidya adalah orang yang paling dekat dengan dia diantara teman-temannya yang lain. Sebelum gue nyamperin langsung, gue agak sedikit nguping pembicaraan Bimo dan anak-anak yang sepertinya adik kelas Bimo.
Inti dari percakapan Bimo dengan beberapa anak ini adalah, beberapa anak ini melihat Emi jalan di sebuah mall dan terlihat bersama seorang temannya. Gue masih berpikir ini ya teman biasa aja. Toh Emi kan juga udah bilang dia mau nonton kemarin ketika gue sedang meeting dan mempersiapkan audit OJK.
“Halo, Bim.” Sapa gue.
“Eh ada bang Ija. Apa kabar bang? tumben udah sampe aja disini?” kata Bimo, kelihatan agak kaget dia.
“Iya nih gue mau jemput si Emi. haha. Katanya kan jalan-jalan sama mau nonton tuh bareng teman-temannya. Lo nggak ikutan?”
“Haha iya bang. tapi gue nggak ikutan soalnya gue lagi ada beberapa urusan yang mesti diselesaiin bang disini.”
“Nah terus si Emi jalan sama siapa aja?”
“Oh jadinya kemarin sama Bang Teguh, Bang.”
“Oh sama si Teguh.”
“
Iya Bang, santai aja udah. Kan udah akrab ini mereka.”
"Haha iya santai kok gue. kan gue kenal Teguh lebih duluan bahkan daripada si Teguh kenal kalian. Hahaha.”
“Iya akrab banget mereka bang. haha. Dulu aja pas lagi berangkat bareng survey, si Emi, Lidya, itu pada buka kerudung kok. Jadi ya santai aja emang mereka bang. Nggak ada hubungan apapun. Emi udah nganggep Teguh itu kayak abangnya sendiri. Hehe.”
“Bener Bim. Gue juga mikir gitu kok. Makanya gue santai aja. haha.”
Gue langsung berpikir, kok si Emi nggak pernah cerita sebelumnya ya soal beginian? Mungkin terdengar egois dan gue pun belum secara keseluruhan menceritakan masa lalu gue. Tapi kalau sampai buka-buka kerudung sama yang bukan pacar kok gue ngerasa nggak enak hati ya. Kalau misalnya sama pacar oke lah nggak masalah karena gue juga bukan orang baik, tapi kalau sama yang bukan pacar? Agak gimana gitu.
Sesampainya di kostan Emi, gue langsung menanyakan hal tersebut guna mendapatkan klarifikasi dari Emi.
"Aku denger gosip kamu kemaren jalan sama Teguh, aku nggak apa-apa kok. Mereka bilang mesra-mesraan, aku masih nggak apa-apa soalnya aku tau Teguh dan hafal kelakuan adik kelas kamu yang suka melebihkan apapun. Tapi tadi pas Bimo nenangin aku bilang kalo Teguh pernah liat kamu nggak pake kerudung dan make baju terbuka, itu yang bikin aku kenapa-napa. Kamu nggak pernah cerita sama aku kalo Teguh itu pernah liat kamu nggak pake kerudung?! HAH? KENAPA?” tanya gue langsung dengan nada emosi.
“Emang Bimo bilangnya gimana?” Emi nanya balik ke gue.
“Bimo bilang ke aku kalau emang beneran Teguh yang jalan sama kamu ya nggak usah khawatir, kamu sama Teguh biasa mesra-mesraan katanya. Lebay aja yang ngeliat. Teguh udah pernah liat kamu nggak pake kerudung! Di situ aku kepikiran. KENAPA NGGAK PERNAH CERITA SAMA AKU?"
“Aku bukan nggak pernah cerita tapi BELUM PERNAH cerita. Lagian menurut aku nggak begitu penting.”
“NGGAK PENTING? URUSAN BEGITU NGGAK PENTING? YANG LEBIH PENTING APAAN? TELANJANG? HAH? IYA?”
“Zy, dengerin dulu, itu kan sebelum kita jadian.”
“IYA NGERTI, TAPI KENAPA NGGAK DICERITAIN DARI AWAL? KENAPA AKU HARUS TAU DARI ORANG LAIN, MI?”
“Soalnya kamu nggak pernah nanya sejauh mana hubungan aku sama Bang Teguh kan.”
“EMANG MAU SEJAUH MANA LAGI HUBUNGAN KAMU SAMA TEGUH??? APA YANG AKU NGGAK TAU??? BAHKAN KAMU KEMARIN TERNYATA ABIS JALAN SAMA TEGUH PUN NGGAK BILANG SAMA AKU! KAMU CUMAN BILANG ABIS KE BIOSKOP DOANG!”
"Yaudah, kemarin aku jalan sama Ngguh, Zy. Dan urusan nggak pake kerudung, Bimo juga udah pernah liat kok.”
"BIMO JUGA? NGGAK TEGUH, NGGAK BIMO, UDAH PADA PERNAH LIAT SEMUA???"
"Kenapa jadi perkara banget sih? Masa lalu pas sama mantan aku juga pernah kok ngebuka kerudung begini. Kamu juga pasti nggak sesuci itu di masa lalu bukan?"
"Tapi aku pengen jadi satu-satunya yang ngeliat aurat kamu saat ini sampai nanti, Mi. Cuman aku. Karena aku serius sama kamu. Cuman sama kamu."
Perbincangan berlanjut hanya adu argumen. Kemudian gue keluar dari kostan Emi. gue juga bingung kenapa gue bisa seemosi itu. Tapi yaudah biarkan aja dulu deh. Gue mau menenangkan diri dulu. Emi nggak lama kemudian chat gue. intinya dia mau meminta maaf. Gue nggak balas dulu sampai pikiran gue benar-benar tenang.
Pikiran gue yang kacau saat itu membuat gue malah chat Dee. Entah keracunan apa gue. gue menanyakan pendapatnya mengenai kejadian yang gue alami tadi.
“Gimana?” tanya gue.
“Menurut aku sih ya sebenernya wajar dia kayak gitu. Kan itu bukan merupakan hal yang benar. kalau emang dia maunya baik dan nggak mau ngecewain kamu, ya dia bilang dari awal.” Kata Dee.
“Hmm. Gitu ya. Tapi dulu juga kamu gitu kan pas awal-awal kita jadian. Kamu nggak cerita sebelumnya tentang masa lalu kamu. Kamu juga bilang itu kalau nggak begitu penting. Apa bedanya sama sekarang yang Emi lakuin?”
“Hm…ya kalau itu kan aku nggak ngapa-ngapain. Cuman sedikit ciuman aja sama mantan.”
“Ya kan sama, Emi bahkan nggak ngapa-ngapain.”
“Yaudahlah ngapain bahas yang udah lalu Zi. Yang penting sekarang hubungan kita udah bisa lebih baik lagi kan?”
“Ya terserah kamu aja Dee. Aku pusing.”
“Hahaha. Yaudah kalau kamu pusing, aku siap dengerin kamu kok.”
Gue tau Dee mengambil kesempatan ini untuk bisa lebih dekat lagi dengan gue. gue nggak menolak, tapi nggak mengiyakan juga. Gue sangat bingung dengan keputusan yang gue buat sendiri. Kenapa gue jadi aneh begini. Biasanya gue kalau membuat keputusan itu pasti dan nggak bisa diganggu gugat. Tapi sekarang gue gampang banget bimbang kayak gini. Sudahlah, mungkin emang lagi masanya gue galau dalam sebuah hubungan. Lagi.
itkgid dan 20 lainnya memberi reputasi
21