- Beranda
- Stories from the Heart
MISTERI (KONTRAKAN)
...
TS
andrialong05
MISTERI (KONTRAKAN)
MISTERI (KONTAKAN)#2
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...972e25851c48d9
MISTERI (KONTRAKAN)#3
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cb9546352bea53
MISTERI (KONTRAKAN)#4
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...c9917875090f1b
MISTERI (KONTRAKAN)#5
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...5c4f614c32fe22
MISTERI (KONTRAKAN) ENDING
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...1d30678c3e7ed9
Setahun yang lalu aku dihadapkan dengan masalah yang berat dalam hidupku, kegagalan dalam menjalin hubungan kasih dengan seorang wanita cantik pilihanku terasa sangat menyakitkan bagiku, bahkan kami sudah merencanakan pertunangan tepat sebulan sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah 4 tahun terjalin secara sepihak.
Berbagai macam pertanyaan mucul dalam fikiranku saat itu, mengapa semuanya harus terjadi? Apa mungkin ini hukuman bagiku sehingga aku dihadapkan masa sulit seperti ini?, tapi apa salahku?.
Aku merasa dunia sangat tidak adil, meski terdengar sedikit cengeng tapi percayalah betapa sakit perasaan ini menerima kenyataan itu.
Namun aku tak ingin terus terpuruk dalam keadaan seperti ini, untuk melupakan semua kenangan yang pernah terjadi aku memutuskan merantau keluar kota, dikota ini aku bekerja sebagai karyawan pabrik.
"Kamu kopi apa teh Ndri?" Tanya Supri, teman satu kontrakan ku
"Tumben nawarin, biasanya juga gak pernah"
"Mau apa enggak?, tak bikinin sekalian ini" Jawabnya sembari melangkah kedapur
"Iya, kopi aja"
Sudah hampir 8 bulan aku tinggal disini bersama Supri, teman yang ku temui saat aku melamar kerja ditempat ia bekerja, meski terbilang belum begitu lama kenal namun Supri begitu baik padaku. Ia juga salah satu karyawan pabrik sama sepertiku, hanya saja ia sudah 2 tahun lebih lama dibanding aku.
Malam ini udara terasa lebih sejuk dari biasanya, sejak awal aku tinggal disini jujur saja baru kali ini aku merasakan dingin yang tak biasa. Aku duduk diteras menunggu Supri yang tak kunjung datang membawa kopi, langit malam tampak gelap tanpa sedikitpun penerangan dari sinar bulan, bintang-bintang pun seolah bersembunyi dibalik awan hitam yang menutup dan membawa kegelapan.
"Mikirin apa?" Supri duduk disampingku dengan membawa dua gelas kopi
"Ngagetin lu ah"
Aku dan Supri larut dalam obrolan-obrolan kecil hingga malam semakin larut, memang begitu lah biasanya. Jika libur kerja bahkan sampai adzan subuh berkumandang, berbagai macam peristiwa kehidupanku dan Supri menjadi topik pembicaraan kami, tak terlepas juga kisah asmara yang pernah masing-masing rasakan.
Supri memang teman curhatku yang baik, begitu pun aku. Tak jarang pula Supri curhat denganku tentang masalah yang ia alami, tak jarang pula aku berusaha mencari penyelesaian dengan gaya sok tau ku.
Kegelapan malam terasa semakin pekat dengan mendung hitam yang menyelimuti langit, rintik hujan mulai turun bersama gemuruh dan kilatan cahaya.
Braaaakkk.
Suara benda jatuh yang sangat keras tiba tiba terdengar dari arah dapur, untuk sesaat aku terdiam menatap Supri, begitu pula yang dilakukan Supri. Ia terdiam menatapku seolah bertanya padaku apa yang terjadi didalam. Tanpa aba-aba aku meninggalkan Supri dan melangkah menuju arah suara tersebut, tapi aku tak menemukan apa-apa disana, setelah aku pastikan tidak ada yang aneh aku pun memutuskan kembali ke teras.
"Woi, kenapa lu?" Tanyaku setelah mendapati ada yang aneh dengan Supri
Tangannya gemetar, raut wajahnya terlihat pucat dan bibirnya seakan melafalkan sesuatu.
"Ndri, malem ini kita jangan nginep disini ya"
"Lah kenapa?"
"Udah pokoknya lu dengerin gue aja"
Aku masih tak mengerti dengan perubahan sifat Supri saat ini, aku pun menentang untuk mengikuti kemauannya.
"Lu kenapa si?"
"Tadi pas lu masuk kedalem sebenernya gue mau nyusul, tapi begitu gue mau masuk tiba-tiba dipintu kamar lu ada orang gede banget, item semua" Jelasnya padaku dengan tubuh yang masih bergetar
Mendengar penjelasan dari Supri spontan aku pun menengok kearah kamarku, dan betapa terkejutnya aku ketika apa yang baru saja Supri bicarakan kini terjadi padaku. Sesosok makhluk hitam besar sedang berdiri menatapku, mata merah dengan mulut yang menganga memperlihatkan gigi-giginya yang kehitaman. Entah binatang apa yang saat ini ada dihadapan mataku, atau bahkan mungkin inilah yang disebut jin.
Namun kejadian itu tak lantas membuatku terperanjat hingga hampir mampus seperti adegan-adegan difilm horor, bahkan aku sempat mendekat beberapa langkah sebelum akhirnya ia menghilang menjadi kepulan asal tebal yang dengan seketika melenyapkan wujudnya.
Disaat itulah aku benar-benar menyadari bahwa apa yang aku lihat bukan lah hal yang biasa, dari arah dapur aku mendengar suara orang yang sedang berbincang namun sangat pelan, seperti berbisik.
Dengan langkah pelan aku mendekat kearah pintu dapur, suara itu semakin jelas terdengar dan kini berubah menjadi suara tangisan, perlahan aku mulai mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka dan disana aku tak melihat apapun.
Aku sadar dan sangat sadar jika saat ini ada yang tidak beres dirumah ini, dan aku juga sangat sadar bahwa apa yang saat ini aku alami adalah ulah dari makhluk gaib.
"Supri, astaga"
Aku telah melupakan Supri, aku berlari kearah pintu depan dan mendapati pintunya terkunci, beberapa kali aku memanggil-manggil Supri namun tak ada jawaban darinya, aku masih berusaha membuka pintu dengan memutar-mutarkan gagangnya, usahaku sia-sia. Pintu terkunci dari luar, tidak mungkin jika Supri sengaja mengunciku disini dan meninggalkanku sendiri, suasana malam ini benar-benar kacau.
Tak berapa lama aku mendengar suara langkah kaki, pintu terbuka dan Supri masuk kedalam.
"Pri, dari mana lu?"
"Eh sorry Ndri, gue terpaksa ninggalin lu buat nyari orang pinter yang bisa ngusir makhluk halus"
Supri masih tampak berdiri didepan pintu seolah menunggu seseorang yang akan datang, wajahnya pun tersenyum saat melihat orang ditunggu sudah terlihat didepan rumah.
"Ayo mbah masuk" Ajaknya pada tamunya itu
"Ayo, mari-mari mbah langsung masuk aja" Lanjut Supri
Deg deg deg
Suara langkah kaki yang terdengar mendekat, aku masih terduduk dikursi tamu sembari menanti siapa gerangan yang Supri ajak kesini, dan sampai akhirnya aku dibuat terdiam seribu bahasa saat melihat siapa yang kini berdiri disamping Supri.
Sesosok pocong dengan balutan kain kumuh yang sangat kotor, bau busuk seketika menyengat indra penciumanku. Wajahnya yang sudah hancur dan hampir tak seperti wajah, satu bola matanya terlihat tidak ada pada posisi dimana seharusnya ia terpasang.
Sesosok pocong tersebut tak henti menggeleng-gelengkan kepalanya, dan tatapannya mulai tertuju padaku.
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...972e25851c48d9
MISTERI (KONTRAKAN)#3
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...cb9546352bea53
MISTERI (KONTRAKAN)#4
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...c9917875090f1b
MISTERI (KONTRAKAN)#5
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...5c4f614c32fe22
MISTERI (KONTRAKAN) ENDING
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...1d30678c3e7ed9
Setahun yang lalu aku dihadapkan dengan masalah yang berat dalam hidupku, kegagalan dalam menjalin hubungan kasih dengan seorang wanita cantik pilihanku terasa sangat menyakitkan bagiku, bahkan kami sudah merencanakan pertunangan tepat sebulan sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah 4 tahun terjalin secara sepihak.
Berbagai macam pertanyaan mucul dalam fikiranku saat itu, mengapa semuanya harus terjadi? Apa mungkin ini hukuman bagiku sehingga aku dihadapkan masa sulit seperti ini?, tapi apa salahku?.
Aku merasa dunia sangat tidak adil, meski terdengar sedikit cengeng tapi percayalah betapa sakit perasaan ini menerima kenyataan itu.
Namun aku tak ingin terus terpuruk dalam keadaan seperti ini, untuk melupakan semua kenangan yang pernah terjadi aku memutuskan merantau keluar kota, dikota ini aku bekerja sebagai karyawan pabrik.
"Kamu kopi apa teh Ndri?" Tanya Supri, teman satu kontrakan ku
"Tumben nawarin, biasanya juga gak pernah"
"Mau apa enggak?, tak bikinin sekalian ini" Jawabnya sembari melangkah kedapur
"Iya, kopi aja"
Sudah hampir 8 bulan aku tinggal disini bersama Supri, teman yang ku temui saat aku melamar kerja ditempat ia bekerja, meski terbilang belum begitu lama kenal namun Supri begitu baik padaku. Ia juga salah satu karyawan pabrik sama sepertiku, hanya saja ia sudah 2 tahun lebih lama dibanding aku.
Malam ini udara terasa lebih sejuk dari biasanya, sejak awal aku tinggal disini jujur saja baru kali ini aku merasakan dingin yang tak biasa. Aku duduk diteras menunggu Supri yang tak kunjung datang membawa kopi, langit malam tampak gelap tanpa sedikitpun penerangan dari sinar bulan, bintang-bintang pun seolah bersembunyi dibalik awan hitam yang menutup dan membawa kegelapan.
"Mikirin apa?" Supri duduk disampingku dengan membawa dua gelas kopi
"Ngagetin lu ah"
Aku dan Supri larut dalam obrolan-obrolan kecil hingga malam semakin larut, memang begitu lah biasanya. Jika libur kerja bahkan sampai adzan subuh berkumandang, berbagai macam peristiwa kehidupanku dan Supri menjadi topik pembicaraan kami, tak terlepas juga kisah asmara yang pernah masing-masing rasakan.
Supri memang teman curhatku yang baik, begitu pun aku. Tak jarang pula Supri curhat denganku tentang masalah yang ia alami, tak jarang pula aku berusaha mencari penyelesaian dengan gaya sok tau ku.
Kegelapan malam terasa semakin pekat dengan mendung hitam yang menyelimuti langit, rintik hujan mulai turun bersama gemuruh dan kilatan cahaya.
Braaaakkk.
Suara benda jatuh yang sangat keras tiba tiba terdengar dari arah dapur, untuk sesaat aku terdiam menatap Supri, begitu pula yang dilakukan Supri. Ia terdiam menatapku seolah bertanya padaku apa yang terjadi didalam. Tanpa aba-aba aku meninggalkan Supri dan melangkah menuju arah suara tersebut, tapi aku tak menemukan apa-apa disana, setelah aku pastikan tidak ada yang aneh aku pun memutuskan kembali ke teras.
"Woi, kenapa lu?" Tanyaku setelah mendapati ada yang aneh dengan Supri
Tangannya gemetar, raut wajahnya terlihat pucat dan bibirnya seakan melafalkan sesuatu.
"Ndri, malem ini kita jangan nginep disini ya"
"Lah kenapa?"
"Udah pokoknya lu dengerin gue aja"
Aku masih tak mengerti dengan perubahan sifat Supri saat ini, aku pun menentang untuk mengikuti kemauannya.
"Lu kenapa si?"
"Tadi pas lu masuk kedalem sebenernya gue mau nyusul, tapi begitu gue mau masuk tiba-tiba dipintu kamar lu ada orang gede banget, item semua" Jelasnya padaku dengan tubuh yang masih bergetar
Mendengar penjelasan dari Supri spontan aku pun menengok kearah kamarku, dan betapa terkejutnya aku ketika apa yang baru saja Supri bicarakan kini terjadi padaku. Sesosok makhluk hitam besar sedang berdiri menatapku, mata merah dengan mulut yang menganga memperlihatkan gigi-giginya yang kehitaman. Entah binatang apa yang saat ini ada dihadapan mataku, atau bahkan mungkin inilah yang disebut jin.
Namun kejadian itu tak lantas membuatku terperanjat hingga hampir mampus seperti adegan-adegan difilm horor, bahkan aku sempat mendekat beberapa langkah sebelum akhirnya ia menghilang menjadi kepulan asal tebal yang dengan seketika melenyapkan wujudnya.
Disaat itulah aku benar-benar menyadari bahwa apa yang aku lihat bukan lah hal yang biasa, dari arah dapur aku mendengar suara orang yang sedang berbincang namun sangat pelan, seperti berbisik.
Dengan langkah pelan aku mendekat kearah pintu dapur, suara itu semakin jelas terdengar dan kini berubah menjadi suara tangisan, perlahan aku mulai mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka dan disana aku tak melihat apapun.
Aku sadar dan sangat sadar jika saat ini ada yang tidak beres dirumah ini, dan aku juga sangat sadar bahwa apa yang saat ini aku alami adalah ulah dari makhluk gaib.
"Supri, astaga"
Aku telah melupakan Supri, aku berlari kearah pintu depan dan mendapati pintunya terkunci, beberapa kali aku memanggil-manggil Supri namun tak ada jawaban darinya, aku masih berusaha membuka pintu dengan memutar-mutarkan gagangnya, usahaku sia-sia. Pintu terkunci dari luar, tidak mungkin jika Supri sengaja mengunciku disini dan meninggalkanku sendiri, suasana malam ini benar-benar kacau.
Tak berapa lama aku mendengar suara langkah kaki, pintu terbuka dan Supri masuk kedalam.
"Pri, dari mana lu?"
"Eh sorry Ndri, gue terpaksa ninggalin lu buat nyari orang pinter yang bisa ngusir makhluk halus"
Supri masih tampak berdiri didepan pintu seolah menunggu seseorang yang akan datang, wajahnya pun tersenyum saat melihat orang ditunggu sudah terlihat didepan rumah.
"Ayo mbah masuk" Ajaknya pada tamunya itu
"Ayo, mari-mari mbah langsung masuk aja" Lanjut Supri
Deg deg deg
Suara langkah kaki yang terdengar mendekat, aku masih terduduk dikursi tamu sembari menanti siapa gerangan yang Supri ajak kesini, dan sampai akhirnya aku dibuat terdiam seribu bahasa saat melihat siapa yang kini berdiri disamping Supri.
Sesosok pocong dengan balutan kain kumuh yang sangat kotor, bau busuk seketika menyengat indra penciumanku. Wajahnya yang sudah hancur dan hampir tak seperti wajah, satu bola matanya terlihat tidak ada pada posisi dimana seharusnya ia terpasang.
Sesosok pocong tersebut tak henti menggeleng-gelengkan kepalanya, dan tatapannya mulai tertuju padaku.
Diubah oleh andrialong05 25-01-2020 04:43
nona212 dan 34 lainnya memberi reputasi
35
17.6K
141
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
andrialong05
#114
MISTERI (KONTRAKAN) ENDING
Tak berselang lama warga sekitarpun berbondong-bondong mendatangi kontrakanku, membuatku semakin bingung dan tak mengerti apa sebenarnya yang terjadi malam ini, suasana malam ini benar-benar begitu membingungkan bagiku. Beberapa warga mulai membrondongku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjurus pada keadaanku, mungkin saja mereka mendengar teriakkan ku sehingga membuat mereka terbangun dan ramai-ramai mendatangi kontrakan ini. Hm, masuk akal.
"Pak! Pelakunya sudah ketangkep?" Tanya seorang Pemuda yang baru saja datang kepada Pak RT
"Sudah" Jawab Pak RT tanpa menoleh dan terus memperhatikan seorang Kakek yang sedang mengelilingi kontrakan ku
"Pelaku apa Mas? Tanyaku
" Pembunuh Dita yang udah belasan tahun hilang" Jawab Pemuda itu
"Pembunuh Dita?….siapa Mas?
Pertanyaanku tak dijawab oleh Pemuda itu setelah mendapatkan kode dari Pak RT yang seolah menyuruhnya menutup mulut. Aku pun teringat Mas Gito, tak terlihat batang hidungnya disini, bergegas aku menuju motorku, dan..
" Heh, mau kemana?" Tanya Pak RT
"Kerumah Mas Gito Pak, dia harus tau kalau pembunuh adiknya udah ketemu"
"Kamu dibutuhkan disini, tunggu dulu jangan kemana-mana" Ucap Pak RT sembari menarik pergelangan tanganku
"Iya Mas, sebentar lagi Mas Gito juga dateng kok" Lanjut pemuda bertubuh kekar yang berdiri disamping Pak RT
Dengan lesu aku pun mengurungkan niatku, para warga mulai sibuk dengan obrolannya masing-masing tentang misteri hilangnya Dita dan Farid belasan tahun lalu, tapi diantara puluhan warga yang berkumpul, ada satu orang yang terlihat aneh dan terus menatapku dengan senyum tipis dibibirnya.
Seorang wanita tua dengan sanggul dirambutnya yang sudah beruban, wajahnya berseri dan entah dari mana datangnya cahaya yang seolah hanya menyorot kearah wanita itu. Aku pun membalas senyumnya, lantas wanita itu pergi dan menghilang diantara kerumunan warga disekitar rumahku, aku mencoba menajamkan pengelihatanku namun wanita itu sudah tak terlihat lagi.
Sudah sekitar setengah jam sejak Kakek itu mengelilingi rumah dan menyuruhku menghafalkan satu kalimat pada kertas yang saat ini ada digenggaman ku.
Ia datang, menatapku dengan tatapan tajam, menatap dengan tatapan penuh selidik. Dengan sesekali mengerutkan keningnya.
"Apa sebenernya yang dipikirin orang tua ini" Batinku
Semua orang diam, suasana berubah menjadi hening ketika Kakek itu mendekat kearahku, seluruh tatapan warga tertuju padaku, Pak RT hanya menundukkan kepala. Tanpa berucap sepatah katapun Kakek itu memegang pergelangan tanganku dengan dan lantas menarikku masuk kedalam rumah. Aku hanya bisa menuruti saja, tanpa berontak sedikitpun aku ikuti kemana langkah orang tua ini.
"Kamu yang namanya Andri?" Tanya Kakek tua itu dengan terus berjalan dan menarik tanganku
"Iya Kek" Jawabku
"Kamu sudah hafal yang tadi saya kasih"
"Sudah"
"Bagus, sekarang kamu masuk kekamar itu, baca kalimatnya sebanyak 22 kali" Pintanya
"Lah kok cuma saya yang masuk, buat apa Kek?" Tanyaku dengan sedikit menolak
Suasana mendadak sepi meski terlihat banyak warga diluar, aku dapat melihat banyak warga yang hanya diam mematung melihat rumah ini. Aku merasa canggung dan tak mengerti, entah apa yang akan terjadi setelah aku membaca kalimat ini nantinya, yang jelas saat ini adalah aku akan menjadi pemeran utama pada kasus hilangnya Dita dan Farid.
"Percaya sama saya, tapi inget!! Tutup matamu dan jangan dibuka sebelum kamu selesai mengucapkan kalimat itu sebanyak 22 kali" Jelasnya
Kakek itu pun beranjak meninggalkan ku yang masih berdiri mematung didepan pintu kamar, untuk beberapa saat aku berdiri dan menatap seluruh ruangan dengan sesekali melirik kearah dalam kamar yang gelap ini. Setelah memasuki kamar aku merasa ada hawa tak biasa yang menyelimuti tubuhku.
Dengan perasaan tidak yakin aku pun mulai melakukan apa yang diperintahkan Kakek itu.
"$@##&+)&/(#-($-+)#-#(#)#+$@$@-#;:*'@$#+)"
Entah berapa lama aku memejamkan mata tiba-tiba tubuhku terasa ringan, seolah terbang pun bukan lagi hal mustahil bagiku. Apa sebenarnya yang terjadi?. Dingin, aku rasakan dingin yang sangat luar biasa, berusaha tetap terpejam meski sebenarnya tubuhku tak kuasa menahan hembusan angin kencang yang saat ini aku rasakan.
"Andri"
Terdengar sayup suara yang begitu lembut memanggil namaku, bahkan sampai berkali-kali. Aku berusah tak menghiraukan suara itu, hingga sebuah sentuhan terasa dipundakku. Berat, sangat berat aku rasakan ketika sentuhan itu terus menekan tubuku, aku tak kuasa menahan tekanan itu hingga membuatku berlutut dilantai.
"Andri….bangun sayang"
Tiba-tiba suara itu terdengar jelas seolah berada didepan ku saat ini, perlahan aku membuka mata dan melihat seorang gadis cantik dengan mengenakan jaket levi's berwarna dongker, memakai celana jeans biru dengan memakai anting panjang dikedua daun telinganya. Aku sempat terdiam menikmati kecantikan gadis yang saat ini ada didepan ku dengan senyuman manisnya, meskipun aku sadar siapa yang saat ini aku lihat, tak membuatku pergi menjauh dan berlari ketakutan.
"Om, main yuk!!"
Tiba-tiba suara seorang anak kecil membuyarkan semua imajinasiku terhadap gadis ini, tepat disampingku ada seorang anak kecil membawa mobil mainan berwarna kuning-biru.
"Farid. Kamu Farid?" Tanyaku
Anak itu terus menarik bajuku mengajakku bermain bersamanya, ia tak menjawab pertanyaanku, aku pun tak mengiyakan ajakannya. Lantas ia berlari membawa mainannya dengan raut wajah gembira layaknya anak-anak pada umumnya, kembali aku menatap gadis yang masih terlihat berdiri ditempatnya.
"Dita, mungkin ada yang pengen kamu omongin, omongin sama aku, siapa tau aku bisa bantu" Ucapku dengan terus menatap matanya
Seketika raut wajahnya berubah, tampak kesedihan terpancar dikedua bola mata indahnya itu hingga meneteskan air mata, aku tak melepaskan tatapanku terhadap gadis yang mengaku padaku bernama Dita.
"Tolong, tolong aku. Aku tidak tenang, rumahku bukan disini, aku sakit".
" Dita, kenapa?. Apa yang terjadi?"
"Mas Gito"
"Kenapa Mas Gito?" Tanyaku dengan rasa penuh penasaran
"Dia tega membunuh adik-adiknya, demi harta"
Aku tersentak, seluruh aliran darahku seolah berhenti mendengar perkataan Dita, panas dingin kurasakan. Gemetar sekujur tubuhku.
"Apa???…Mas Gito pelakunya?" Batinku
Merasa tak percaya dan berasumsi bahwa ini bukan Dita, ini jin. Dan tugas jin adalah membohongi manusia, tiba-tiba Dita menatapku tajam. Seolah mendengar apa yang baru saja aku ucapkan didalam hati.
Tiba-tiba ruangan mendadak gelap gulita tidak ada sedikitpun penerangan, aku merasa tubuku melayang, membuatku kaget dan panik karena merasa tidak menopangkan sedikitpun tubuku pada alas atau lantai seperti sebelumnya.
Samar-samar aku melihat ada sesosok bayangan laki-laki membawa sebalok kayu melangkah menghampiriku, mendekat dan terus mendekat. Tidak, dia tidak menghampiriku, ia terus saja berjalan melewatiku dan….
"Ditaaaaa" Teriakku
Mimpiku seakan terulang, apa yang aku lihat hampir sama persis dengan mimpiku saat itu. Bukan, ini tidak sama. Dimana lelaki tua yang membunuh Dita dan Farid dimimpiku itu? Mengapa kini seakan berganti peran menjadi Mas Gito yang ada disana.
"Jika kau mengira jin adalah penipu, itu benar. Kau sudah tertipu, manusia itu yang menipumu. Seolah aku lah pelakunya" Ujar seorang lelaki tua yang tiba-tiba muncul dihadapanku
"Pak Bowok, anda Pak Bowok?" Tanyaku
Lelaki itu hanya tersenyum tipis sembari menyaksikan kejadian yang ada di depan kami berdua. Ia tak menjawab pertanyaanku.
"Jika memang benar aku tertipu, apa alasan Mas Gito melakukan itu Pak?"
"Karna dia tau, kamu bukan orang sembarangan" Jawabnya dan langsung menghilang begitu saja
"Bukan orang sembarangan?" Batinku
SREK SREK SREK
Suara itu terdengar begitu jelas membuatku tersentak dalam kebisuan, tidak ada Dita dan Mas Gito disana. Kemana mereka?, sudah berakhirkah ritual ini?…
Kini aku sudah kembali ketempatku semula, tapi kemana semua warga yang sedari tadi menunggu diluar, semuanya tampak sepi.
Suara itu masih saja kudengar, aku melangkah pelan menajamkan indera pendengaranku mencari arah suara tersebut.
"Loh, Mas Gito ngapain disitu Mas?" Tanyaku setelah mendapati Mas Gito sedang mengerjakan sesuatu
Beberapa kali aku memanggil namanya tapi Mas Gito tak bergeming sama sekali, wajahnya terlihat seperti orang yang baru saja mengerjakan pekerjaan yang sangat berat, keringat bercucuran.
Gerak geriknya terlihat mencurigakan.
"Ndri..Ndri…eh bangun"
Aku terkejut saat mendapati tubuhku sudah terbaring diatas ranjang kamarku, terlihat Pak RT dan Si Kakek Tua dan juga beberapa warga sudah berada didalam kamar.
"Gimana?"
"Dimana jasadnya?"
"Eee jasad?" Ucapku sembari menggaruk kepalaku
"Iya, kamu tau dimana jasad Dita. Karna cuma kamu yang mampu berkomunikasi dengan dia"
Cukup lama aku terdiam, sampai aku ingat sesuatu.
"Di gudang Pak, dipojok kanan di bawah lemari, jasadnya disemen dilantai" Spontan aku menjawab tanpa mampu aku mengontrolnya
Akhirnya wargapun beramai-ramai memasuki gudang yang aku sebutkan, dan betapa terkejutnya kami yang berada disana saat mendapati tulang belulang terbungkus kain hitam yang disemen dibawah lantai, tanpa terasa aku meneteskan air mata mengingat kekejaman yang dialami Dita dan Farid. Ingin rasanya aku bertemu mereka lagi untuk yang terakhir kali, namun mereka kini sudah tenang dialam sana. Doa terbaik selalu aku panjatkan untuk Dita dan Farid, begitu juga untuk Pak Bowok.
Sedangkan Mas Gito, ia sudah mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya selama ini, benar-benar sulit dipercaya jikaas Gito tega melakukan hal keji itu. Tapi inilah hidup, yang tampak baik tak selalu baik, yang tampak buruk tak selalu buruk. Semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua.
Story By: Andri Ardiansyah
"Pak! Pelakunya sudah ketangkep?" Tanya seorang Pemuda yang baru saja datang kepada Pak RT
"Sudah" Jawab Pak RT tanpa menoleh dan terus memperhatikan seorang Kakek yang sedang mengelilingi kontrakan ku
"Pelaku apa Mas? Tanyaku
" Pembunuh Dita yang udah belasan tahun hilang" Jawab Pemuda itu
"Pembunuh Dita?….siapa Mas?
Pertanyaanku tak dijawab oleh Pemuda itu setelah mendapatkan kode dari Pak RT yang seolah menyuruhnya menutup mulut. Aku pun teringat Mas Gito, tak terlihat batang hidungnya disini, bergegas aku menuju motorku, dan..
" Heh, mau kemana?" Tanya Pak RT
"Kerumah Mas Gito Pak, dia harus tau kalau pembunuh adiknya udah ketemu"
"Kamu dibutuhkan disini, tunggu dulu jangan kemana-mana" Ucap Pak RT sembari menarik pergelangan tanganku
"Iya Mas, sebentar lagi Mas Gito juga dateng kok" Lanjut pemuda bertubuh kekar yang berdiri disamping Pak RT
Dengan lesu aku pun mengurungkan niatku, para warga mulai sibuk dengan obrolannya masing-masing tentang misteri hilangnya Dita dan Farid belasan tahun lalu, tapi diantara puluhan warga yang berkumpul, ada satu orang yang terlihat aneh dan terus menatapku dengan senyum tipis dibibirnya.
Seorang wanita tua dengan sanggul dirambutnya yang sudah beruban, wajahnya berseri dan entah dari mana datangnya cahaya yang seolah hanya menyorot kearah wanita itu. Aku pun membalas senyumnya, lantas wanita itu pergi dan menghilang diantara kerumunan warga disekitar rumahku, aku mencoba menajamkan pengelihatanku namun wanita itu sudah tak terlihat lagi.
Sudah sekitar setengah jam sejak Kakek itu mengelilingi rumah dan menyuruhku menghafalkan satu kalimat pada kertas yang saat ini ada digenggaman ku.
Ia datang, menatapku dengan tatapan tajam, menatap dengan tatapan penuh selidik. Dengan sesekali mengerutkan keningnya.
"Apa sebenernya yang dipikirin orang tua ini" Batinku
Semua orang diam, suasana berubah menjadi hening ketika Kakek itu mendekat kearahku, seluruh tatapan warga tertuju padaku, Pak RT hanya menundukkan kepala. Tanpa berucap sepatah katapun Kakek itu memegang pergelangan tanganku dengan dan lantas menarikku masuk kedalam rumah. Aku hanya bisa menuruti saja, tanpa berontak sedikitpun aku ikuti kemana langkah orang tua ini.
"Kamu yang namanya Andri?" Tanya Kakek tua itu dengan terus berjalan dan menarik tanganku
"Iya Kek" Jawabku
"Kamu sudah hafal yang tadi saya kasih"
"Sudah"
"Bagus, sekarang kamu masuk kekamar itu, baca kalimatnya sebanyak 22 kali" Pintanya
"Lah kok cuma saya yang masuk, buat apa Kek?" Tanyaku dengan sedikit menolak
Suasana mendadak sepi meski terlihat banyak warga diluar, aku dapat melihat banyak warga yang hanya diam mematung melihat rumah ini. Aku merasa canggung dan tak mengerti, entah apa yang akan terjadi setelah aku membaca kalimat ini nantinya, yang jelas saat ini adalah aku akan menjadi pemeran utama pada kasus hilangnya Dita dan Farid.
"Percaya sama saya, tapi inget!! Tutup matamu dan jangan dibuka sebelum kamu selesai mengucapkan kalimat itu sebanyak 22 kali" Jelasnya
Kakek itu pun beranjak meninggalkan ku yang masih berdiri mematung didepan pintu kamar, untuk beberapa saat aku berdiri dan menatap seluruh ruangan dengan sesekali melirik kearah dalam kamar yang gelap ini. Setelah memasuki kamar aku merasa ada hawa tak biasa yang menyelimuti tubuhku.
Dengan perasaan tidak yakin aku pun mulai melakukan apa yang diperintahkan Kakek itu.
"$@##&+)&/(#-($-+)#-#(#)#+$@$@-#;:*'@$#+)"
Entah berapa lama aku memejamkan mata tiba-tiba tubuhku terasa ringan, seolah terbang pun bukan lagi hal mustahil bagiku. Apa sebenarnya yang terjadi?. Dingin, aku rasakan dingin yang sangat luar biasa, berusaha tetap terpejam meski sebenarnya tubuhku tak kuasa menahan hembusan angin kencang yang saat ini aku rasakan.
"Andri"
Terdengar sayup suara yang begitu lembut memanggil namaku, bahkan sampai berkali-kali. Aku berusah tak menghiraukan suara itu, hingga sebuah sentuhan terasa dipundakku. Berat, sangat berat aku rasakan ketika sentuhan itu terus menekan tubuku, aku tak kuasa menahan tekanan itu hingga membuatku berlutut dilantai.
"Andri….bangun sayang"
Tiba-tiba suara itu terdengar jelas seolah berada didepan ku saat ini, perlahan aku membuka mata dan melihat seorang gadis cantik dengan mengenakan jaket levi's berwarna dongker, memakai celana jeans biru dengan memakai anting panjang dikedua daun telinganya. Aku sempat terdiam menikmati kecantikan gadis yang saat ini ada didepan ku dengan senyuman manisnya, meskipun aku sadar siapa yang saat ini aku lihat, tak membuatku pergi menjauh dan berlari ketakutan.
"Om, main yuk!!"
Tiba-tiba suara seorang anak kecil membuyarkan semua imajinasiku terhadap gadis ini, tepat disampingku ada seorang anak kecil membawa mobil mainan berwarna kuning-biru.
"Farid. Kamu Farid?" Tanyaku
Anak itu terus menarik bajuku mengajakku bermain bersamanya, ia tak menjawab pertanyaanku, aku pun tak mengiyakan ajakannya. Lantas ia berlari membawa mainannya dengan raut wajah gembira layaknya anak-anak pada umumnya, kembali aku menatap gadis yang masih terlihat berdiri ditempatnya.
"Dita, mungkin ada yang pengen kamu omongin, omongin sama aku, siapa tau aku bisa bantu" Ucapku dengan terus menatap matanya
Seketika raut wajahnya berubah, tampak kesedihan terpancar dikedua bola mata indahnya itu hingga meneteskan air mata, aku tak melepaskan tatapanku terhadap gadis yang mengaku padaku bernama Dita.
"Tolong, tolong aku. Aku tidak tenang, rumahku bukan disini, aku sakit".
" Dita, kenapa?. Apa yang terjadi?"
"Mas Gito"
"Kenapa Mas Gito?" Tanyaku dengan rasa penuh penasaran
"Dia tega membunuh adik-adiknya, demi harta"
Aku tersentak, seluruh aliran darahku seolah berhenti mendengar perkataan Dita, panas dingin kurasakan. Gemetar sekujur tubuhku.
"Apa???…Mas Gito pelakunya?" Batinku
Merasa tak percaya dan berasumsi bahwa ini bukan Dita, ini jin. Dan tugas jin adalah membohongi manusia, tiba-tiba Dita menatapku tajam. Seolah mendengar apa yang baru saja aku ucapkan didalam hati.
Tiba-tiba ruangan mendadak gelap gulita tidak ada sedikitpun penerangan, aku merasa tubuku melayang, membuatku kaget dan panik karena merasa tidak menopangkan sedikitpun tubuku pada alas atau lantai seperti sebelumnya.
Samar-samar aku melihat ada sesosok bayangan laki-laki membawa sebalok kayu melangkah menghampiriku, mendekat dan terus mendekat. Tidak, dia tidak menghampiriku, ia terus saja berjalan melewatiku dan….
"Ditaaaaa" Teriakku
Mimpiku seakan terulang, apa yang aku lihat hampir sama persis dengan mimpiku saat itu. Bukan, ini tidak sama. Dimana lelaki tua yang membunuh Dita dan Farid dimimpiku itu? Mengapa kini seakan berganti peran menjadi Mas Gito yang ada disana.
"Jika kau mengira jin adalah penipu, itu benar. Kau sudah tertipu, manusia itu yang menipumu. Seolah aku lah pelakunya" Ujar seorang lelaki tua yang tiba-tiba muncul dihadapanku
"Pak Bowok, anda Pak Bowok?" Tanyaku
Lelaki itu hanya tersenyum tipis sembari menyaksikan kejadian yang ada di depan kami berdua. Ia tak menjawab pertanyaanku.
"Jika memang benar aku tertipu, apa alasan Mas Gito melakukan itu Pak?"
"Karna dia tau, kamu bukan orang sembarangan" Jawabnya dan langsung menghilang begitu saja
"Bukan orang sembarangan?" Batinku
SREK SREK SREK
Suara itu terdengar begitu jelas membuatku tersentak dalam kebisuan, tidak ada Dita dan Mas Gito disana. Kemana mereka?, sudah berakhirkah ritual ini?…
Kini aku sudah kembali ketempatku semula, tapi kemana semua warga yang sedari tadi menunggu diluar, semuanya tampak sepi.
Suara itu masih saja kudengar, aku melangkah pelan menajamkan indera pendengaranku mencari arah suara tersebut.
"Loh, Mas Gito ngapain disitu Mas?" Tanyaku setelah mendapati Mas Gito sedang mengerjakan sesuatu
Beberapa kali aku memanggil namanya tapi Mas Gito tak bergeming sama sekali, wajahnya terlihat seperti orang yang baru saja mengerjakan pekerjaan yang sangat berat, keringat bercucuran.
Gerak geriknya terlihat mencurigakan.
"Ndri..Ndri…eh bangun"
Aku terkejut saat mendapati tubuhku sudah terbaring diatas ranjang kamarku, terlihat Pak RT dan Si Kakek Tua dan juga beberapa warga sudah berada didalam kamar.
"Gimana?"
"Dimana jasadnya?"
"Eee jasad?" Ucapku sembari menggaruk kepalaku
"Iya, kamu tau dimana jasad Dita. Karna cuma kamu yang mampu berkomunikasi dengan dia"
Cukup lama aku terdiam, sampai aku ingat sesuatu.
"Di gudang Pak, dipojok kanan di bawah lemari, jasadnya disemen dilantai" Spontan aku menjawab tanpa mampu aku mengontrolnya
Akhirnya wargapun beramai-ramai memasuki gudang yang aku sebutkan, dan betapa terkejutnya kami yang berada disana saat mendapati tulang belulang terbungkus kain hitam yang disemen dibawah lantai, tanpa terasa aku meneteskan air mata mengingat kekejaman yang dialami Dita dan Farid. Ingin rasanya aku bertemu mereka lagi untuk yang terakhir kali, namun mereka kini sudah tenang dialam sana. Doa terbaik selalu aku panjatkan untuk Dita dan Farid, begitu juga untuk Pak Bowok.
Sedangkan Mas Gito, ia sudah mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya selama ini, benar-benar sulit dipercaya jikaas Gito tega melakukan hal keji itu. Tapi inilah hidup, yang tampak baik tak selalu baik, yang tampak buruk tak selalu buruk. Semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua.
Story By: Andri Ardiansyah
Diubah oleh andrialong05 25-01-2020 04:52
forlano dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup